PANASNYA surya terasa menyengat pori-poriku. Siang itu mentari setia menemaniku menyusuri lorong Gista, Bandar Jaya, Lampung Tengah, Jumat, 12 Juni 2020.
Sampailah tempat yang dituju, rumah biara SND (Soeurs de Notre Dame). Sudah lebih dari tiga tahun para suster SND ini hadir di Keuskupan Tanjungkarang.
Kedatanganku disambut ramah oleh empat suster berjubah khas Kongregasi SND.
Udara panas berubah menjadi sejuk, saat berjumpa dengan para suster SND ini. Satu suster yang paling muda tersenyum sambil menyajikan hidangan berbagai kue dan teh manis.
Tentu saja bagi saya momen ini menjadi ajang perkenalan, melihat dari dekat dan mendengarkan kisah kasih kehidupan mereka yang menambah pengalaman dan pengetahuanku.
Empat Suster SND itu bernama:
- Sr. M. Anita SND (63) sebagai penanggungjawab komunitas.
- Sr. M. Etha SND (64) bertugas sebagai Pengurus Harian Yayasan Yos Sudarso.
- Sr. M. Irenia SND (31) guru agama di Yos Sudarso.
- Sr. M. Garsia SND (70), penanggungjawab komunitas lama telah digantikan oleh Sr. M. Anita SND.
Permintaan Uskup
Kongregasi SND hadir di Keuskupan Tanjungkarang menanggapi permintaan Uskup Mgr. Yohanes Harun Yuwono untuk membantu sekolah milik Paroki St. Lidwina, Bandar Jaya.
Propvinsial SND beserta Dewan Penasihatnya akhirnya mengutus Sr. M. Etha SND dan Sr. M. Martha SND.
Sebelum tinggal di biara, selama dua pekan lamanya, kedua suster ini tinggal di Pastoran Bandar Jaya. Itu karena rumah yang akan mereka tempati belum selesai direnovasi.
Barulah pada tanggal 1 Juli 2017, mereka mulai menempati rumah kontrakan sederhana di Gang Gista ini untuk jangka waktu empat tahun lamanya.
Tanggal 13 Juli 2017 rumah biara itu diberkati oleh Pastor Paroki Bandar Jaya, Romo Agustinus Sunarto.
Terkejut
Semakin siang percakapan kami semakin asyik. Wajah Sr. M. Etha SND berubah serius , ketika ditanya perasaannya selama tinggal di keuskupan ini. Suster yang sudah lama terjun di dunia pendidikan ini dengan rendah hati mengatakan sangat terkejut.
Pasalnya, Sr. M. Etha SND mendapat informasi kalau sekolah yang akan ia bantu itu termasuk sekolah favorit di Lampung. Maka ia merasa tak perlu merencanakan apa pun untuk ‘membangun.’
Sekolah Yos Sudarso Bandar Jaya butuh banyak penyegaran di segala bidang.
Sebagai suster biarawati yang berkaul, saat itulah sungguh-sungguh ia menghayati, ‘kehendak-Mu, Tuhan, bukanlah kehendakku. Dari hari ke hari Sr. M. Etha menyesuaikan diri dengan yang ada, baik dengan umat, masyarakat, maupun fasilitas.
“Yang ada ini harus menuju pada sesuai kehendak-Nya, karena kami ingin menjadi berkat bagi orang lain,” tegas Sr. M. Etha.
Apalagi pimpinan komunitasnya, Sr. M. Martha SN , sering pulang ke Jawa karena tugas. “Saya mencoba bertahan sendiri demi ketaatan dan pengutusan,” kenang Sr. M. Etha agak sendu.
Mengetuk hati umat
Setelah melihat situasi dan kondisi yang ada, Sr. M. Etha SND mengajak para pengurus Yayasan Yos Sudarso untuk bekerja keras. Ini karena dunia pendidikan tidak mudah, butuh komitmen, visi misi yang jelas, bersinergi dan keterikatan satu sama lain. “Mereka sepertinya tertatih-tatih dan kepontal-pontal,” jelas Sr. M. Etha.
Di sekolah mereka sering duduk bersama untuk perlahan-lahan memperbaiki sistim, membuat visi-misi, dan mengetuk hati umat agar peduli, terlibat dan mendukung sekolah Katolik satu-satunya di Bandar Jaya ini.
Keterlibatan umat itu sangat penting. Siapa lagi yang akan memajukan sekolah milik Paroki Bandar Jaya ini. Dukungan itu dapat berupa mempercayakan putra-putrinya untuk dididik di Sekolah Yos Sudarso ini atau memberi bantuan berupa pikiran dan finansial agar sekolah dapat berkembang.
Tak segan-segan pula Sr. M. Etha bersama pengurus berkunjung dari pintu ke pintu membuka hati dan pikiran umat. Ini semua dilakukannya demi karya kerasulan Gereja.
Merambat
Perlahan-lahan, Sekolah Yos Sudarso mulai bangun dari “tidurnya” dan mulai merambat. Umat pun sedikit-demi sedikit tumbuh rasa memiliki.
Terbukti, ada juga yang mendaftarkan diri di sekolah Yos Sudarso ini, meski masih bisa dihitung dengan jari, bila dibandingkan dengan satu atau dua tahun yang lalu. Juga dalam keterbatasannya umat peduli dan mau terlibat dalam membangun insfrastruktur sekolah.
Menurut Sr. M. Etha, saat-saat ini sudah menjadi jauh lebih baik. Perjuangannya bersama para pengurus Yayasan Yos Sudarso menjadi kenangan indah terukir di hatinya.
Tak ada yang sia-sia bila semua dilakukan demi kemuliaan Tuhan.
“Saya bersyukur ternyata kami mampu memenuhi kehendak-Nya untuk mendatangkan berkat Tuhan lewat dunia pendidikan sebagai satu-satunya karya kerasulan di paroki ini, sebagai pewartaan sukacita. Inilah cara Tuhan mendewasakan dan mendidik iman kita,” ujar suster kelahiran Tulungagung, Jatim ini.
Rumah Biara Yang Baru
Percakapan kami berakhir. Kami beranjak menuju lokasi gedung biara SND yang baru, jaraknya sekitar 100 meter dari biara lama. Gedung itu adalah gedung SMK Yos Sudarso yang sudah lama ditutup.
Luas tanah 1,8 hektar itu selain untuk Susteran SND juga akan dibangun asrama sekolah.
Tahun 2021 rumah kontrakan biara SND yang lama sudah habis. Pastor Paroki Bandar Jaya Romo Agustinus Sunarto bersama Dewan Pastoral Paroki Bandar Jaya telah lama memikirkan hal itu. Maka, mereka membentuk panitia pembangunan, dengan Ketuanya Paulus Suparjo.
Gedung SMK mulai direnovasi pada 20 November 2019 dan diadakan kenduri 21 November 2019. Kini proses bangunan biara itu telah selesai sekitar 90 persen. Rencana akan diberkati Bapak Uskup Tanjungkarang.
Mimpi bersama
Romo Agus, sapaan akrabnya bersama Ketua Yayasan Yos Sudarso, Lambok Nainggolan sangat berterimakasih atas kehadiran para suster SND ini. Mereka sungguh sangat terbantu.
Mimpi mereka bersama adalah membangkitkan kembali Sekolah Katolik Yos Sudarso kini mulai menampakkan hasilnya Selain itu, agar umat punya rasa memiliki sekolah.
Juga ingin menjadikan sekolah Yos Sudarso ini berbasis karakter. Tak mudah memang. Butuh kerja keras dan saling bersinergi.
Data dari Lambok Nainggolan, tercatat jumlah murid TK 39 siswa dengan tenaga pengajar 3 orang. SD sebanyak 91 siswa, 10 orang tenaga pengajar.
Sementara SMP ada 36 siswa dengan 9 tenaga pengajar. Para pendidik di Yos Sudarso ini dapat dikatakan mengabdikan diri mereka demi anak-anak bangsa.
Selama ini sekolah Yos Sudarso banyak dibantu oleh donatur. Tetapi tidak mungkin mengandalkan donatur selamanya. Maka, para pengurus yayasan ini harus memutar otak dan bekerja keras agar sekolah Yos Sudarso tetap dapat hidup, kembali dilirik dan diminati banyak orang.
Kehadiran para suster SND ini bukan hanya untuk membantu di sekolah Yos Sudarso. Mereka juga mendampingi BIR, OMK, dan Legio Mariae.
Mereka ingin bersinergi dengan umat, menghidupkan iman dan karya pastoral Gereja. Mereka ingin berjalan bersama umat agar dapat mencintai dan membangun Gereja dan karya-karyanya.
Begitulah kisah kasih kehadiran suster SND di Keuskupan Tanjungkarang ini. Dari yang tiada menjadi ada, yang tidur dibangunkan, yang berkedip-kedip diberi semangat agar tetap hidup.