Home RESENSI FILM “Spectre”, Musuh dalam Selimut

“Spectre”, Musuh dalam Selimut

1

DI tengah kegalauan setengah ngantuk di hotel L’Americain di Tangiers, Dr. Madeleine Swann (Lea Seydoux) lalu bergumam: tuer, menteur, partout… Berikutnya, lagi-lagi bergumam: tuer, menteur, partout yang berarti membunuh, pembual  (ada) dimana-mana…. membunuh, pembual (ada) dimana-mana. Barangkali gumaman ini menunjukkan inti cerita film anyar James Bond 007 dengan lakon agak berbelit: Spectre.

Dalam film kondang ini, musuh digambarkan ada dimana-mana. Dan siapa nyana, kalau musuh James Bond kali ini justru ada di kandang pusat intelijen Inggris itu sendiri.

James Bond  kali ini membuat onar di Meksiko. Ia akhirnya diganjar hukuman suspensi (tidak boleh bertugas) oleh bosnya yakni Mallory “M” (Ralp Fiennes). Namun, alih-alih taat, Bond (Daniel Craig) malah memburu kawasan organisasi kejahatan dengan label simbol gurita yang berhasil dia bawa usai membunuh Sciarra di Meksiko.

Perburuan ini membawa Bond berkenalan dengan janda Sciarra (Monica Bellucci) yang kemudian membawanya lagi berkenalan dengan beberapa pentolan organisasi mafia kejahatan ini. Di ujung cerita, Bond terbawa arus harus menyelamatkan Dr. Madeleine Swann (Lea Seydoux), putri Mr. White, karena dari dialah pucuk pimpinan organisasi mafia kejahatan itu akan bermuara.

Perburuan Bond membawa dia beradu kekerasan melawan Ernst Stravo Blofeld (Christoph Waltz) dengan kemampuannya memindai seluruh kegiatan orang melalui layar monitor. Barulah di sini menjadi jelas, bahwa ternyata Mr. C yang kini menjadi pimpinan dinas intelijen Inggris adalah kaki tangan Ernst.

Intel dalam format digital

Satu issue yang menarik dalam film ini adalah kenyataan bahwa informasi itu bisa dikumpulkan melalui rekaman CCTV. Dengan demikian, begini argumen C, agen-agen intelijen dalam format manusia digdaya juga sudah tidak diperlukan lagi. Bond di mata C adalah manusia usang. Kini saatnya, dunia telik sandi harus mengandalkan perangkat-perangkat elektronik untuk kegiatan penyadapan, pemindaian dan sistem transfer informasi yang cepat, real time, dan akurat.

Karenanya, C sangat ambisius mendepak Bond dan bosnya “M” keluar dari dinas intelijen Inggris. Kini saatnya, dunia telik sandi harus pandai bermain dengan sistem jaringan virtual untuk meretas gerak-gerik musuh.

Musuh dalam selimut

Namun, siapa nyana kalau C itu ternyata musuh dalam selimut. Ia pimpinan baru dinas intelijen Inggris hasil leburan MI5 dan MI6. Dengan demikian, tamat pula riwayat Mallory dan Bond serta para sekutunya yang selama ini membidani peralatan-peralatan canggih untuk memburu musuh-musuh Barat.

Ketika poros Blok Barat dan Blok Timur sudah tidak ada lagi, maka jalinan cerita Bond rasanya seperti kehilangan ‘gigi’ karena harus mencari sosok musuh baru. Kali ini, musuh baru itu justru datang dari kandang sendiri: Mr. C yang diam-diam menjadi kaki tangan jaringan organisasi mafia kejahatan Spectre.

Pada hemat saya, Spectre ini kurang menggigit dibanding serial Bond sebelumnya yakni Skyfall yang lebih dramatis dengan theme song-nya yang juga menawan. Spectre seperti kehilangan roh-nya, ketika Bond dibuat tak berdaya oleh sistem pemindaian yang dilakukan Ernst dan semua antek-nya.

1 COMMENT

  1. Masih lumayan bagus dibandingkan “Quantum of Solace”. Tapi setuju, Skyfall lebih lumayan. Secara keseluruhan film ini cUkup menghibur.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version