LAHIR dan besar di Temanggung, Jawa Tengah, Sr. Laurentina SDP mulai mengolah minatnya akan karya pastoral bidang sosial-kemanusiaan sejak muda. Diawali ketika ia dimintai mengelola karya asrama puteri di Maubessi di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT.
Di situlah minat pertamanya akan seluk-beluk praktik perdagangan manusia (human trafficking) mulai bersemi. Sejak tahun 2004 sampai sekarang.
Namun sebelumnya, minat akan misi kemanusiaan itu sudah terolah dengan intensif saat Kongregasi Suster Penyelenggaraan Ilahi (PI) di Semarang mengutusnya agar mengampu karya pastoral di lingkungan anak-anak jalanan yang dibesut oleh Yayasan Soegijapranata Semarang (YSS).
Itu terjadi kurun waktu 2004-2007.
Nyambi jadi relawan di Sahabat Insan
Usai menyelesaikan kuliahnya di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Widuri di bilangan Palmerah, Jakarta Barat, ia kembali menekuni karya sosial pastoral di kalangan masyarakat terpinggirkan.
Minatnya dan perhatiannya akan seluk-beluk praktik perdagangan manusia semakin terasah, setelah mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan oleh CWCT IBSI (Counter, Woman, Trafficking Commision Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia) – kini menjadi Gerakan Thalitakum Indonesia yang menjadi bagian dari Thalitakum Asia-Pacific.
Saat menjalani studi di Widuri yang waktu kuliahnya terjadi malam hari, maka untuk mengisi waktu siang harinya, Sr. Laurentina SDP lalu menceburkan diri menjadi relawan kemanusiaan di Sahabat Insan – semacam pemerhati kemanusiaan besutan Romo Ismartono SJ.
“Selama menjadi relawan di Sahabat Insan, saya sering mengunjungi para pasien rumah sakit yang merawat orang-orang kecanduan narkoba dan sudah terinfeksi HIV-AIDS,” tutur Sr. Laurentina SDP dalam program Bincang-bincang Panjang bersama Titch TV dan Sesawi.Net di Susteran SDP di bilangan Dwiwarna, Mangga Besar, Jakarta Barat, Jumat 7 Oktober 2022.
Selama kurun waktu tahun-tahun itu pula, Sr. Laurentina SDP sering mengunjungi anak-anak remaja asal dari wilayah Provinsi NTT yang ditampung di shelter milik Kemensos RI di bilangan Bambu Apus, Jakarta Timur. Ia lakukan guna bisa mendampingi para remaja yang menjadi korban praktik perdagangan manusia tersebut.
Pendekatannya berhasil, berkat tahun-tahun sebelumnya Sr. Laurentina SDP sudah banyak makan “asam dan garam” tentang situasi kehidupan sosial di wilayah Kabupaten TTU, NTT.
Berikut ini kisah Sr. Laurentina SDP membangun minat besarnya untuk mengurusi para korban praktik perdagangan manusia.
Ref:
- https://www.asianews.it/news-en/The-mission-of-the-Indonesian-Church-against-child-trafficking-50576.html.
- https://spotlight.licas.news/a-nun-s-trip-to-a-devastated-indonesian-island/index.html
- https://www.sesawi.net/seruan-dari-kupang-ntt-mari-merawat-kehidupan-dan-nyawa-manusia/
- https://www.sesawi.net/talithakum-indonesia-wadah-baru-tampung-korban-perdagangan-manusia-besutan-cwtc-ibsi/