BAGI Sr. Maria Sondakh SJMJ, butuh waktu sangat lama dan mengalami proses “berbelit” untuk masuk biara dan menjadi suster biarawati Kongregasi Suster Jesus Maria Joseph (SJMJ).
Anak perempuan satu-satunya dalam keluarga
Ia merupakan anak perempuan satu-satunya di dalam keluarga. Punya kakak dan adik – semuanya lelaki. Maka, bisa dimengerti kalau kedua orangtuanya sangat keberatan, anak perempuan satu-satunya ini malah masuk biara. Menjadi suster biarawati.
Karena itu, berbagai upaya sengaja dilakukan oleh kedua orangtuanya. Untuk bisa menghalangi kemauan keras Sr. Maria SJMJ bisa bergabung masuk biara Kongregasi SJMJ. Dilakukan antara lain dengan:
- Tidak membayari uang kos, ketika Sr. Maria SJMJ masih ngekos dan sekolah di luar kota.
- Tidak bersedia membuat surat pernyataan orangtua mendukung anaknya boleh masuk biara.
Karena itu semua, kata Sr. Maria SJMJ menjawab Ping dari Titch TV di Kupang, NTT, beberapa waktu lalu, “Saya merasa kok ‘tiket masuk’ saya ke biara itu luar biasa mahalnya.”
The last minute
Padahal pihak Kongregasi SJMJ jelas membutuhkan bukti tanda persetujuan orangtua kalau anaknya ingin bergabung masuk. Untuk urusan ini, Sr. Maria SJMJ sungguh dibuat pusing tujuh keliling.
Saat masih sebagai Aspiran, maka urusan izin orangtua ini sedikit bisa dia “akalin”. Namun, saat masuk ke tahapan pembinaan berikutnya -sebagai Postulan- maka sekali lagi dia dibuat pusing tujuh keliling. Karena surat bukti izin dari orangtua itu tidak kunjung datang.
Untunglah, the last minute, surat izin orangtua itu akhirnya datang menghampirinya. Diantar kakak kandungnya yang dengan terburu-buru mengantarnya ke Postulat-Novisiat SJMJ di Tomohon, Sulawesi Utara, tempatnya dia akan menjalani masa pembinaan tahap berikutnya sebelum akhirnya menjadi Novis.
“Kakak saya harus izin libur sehari dari kantornya. Dengan naik sepeda motor, kakak membawa surat izin orangtua, semua ijazah sekolah dari SD sampai SMA. Semua persyaratan administratif yang diperlukan orang bisa bergabung masuk Kongregasi SJMJ,” terang Sr. Maria SJMJ yang sering dikira berasal “artis” dari Korea ini.
Kalau mau pulang, ayolah jo pulang saja
Ganjalan untuk jadi suster itu tetap saja datang menghadang Sr. Maria Sondakh SJMJ.
Persis sehari menjelang kleding -seremoni penerimaan busana biara- kedua orangtuanya tetap saja bersikukuh ingin mengajaknya mau pulang ke rumah.
“Kalau sekarang mau pulang, ayolah jo pulang saja. Kami masih mau terima kamu di rumah,” tutur Sr. Maria SJMJ dengan sedikit mata berkaca-kaca. Tanda mulai sembab, karena mengingat pergolakan batin yang membebati hatinya saat itu.
Usai berlangsung kleding, hatinya malah justru merasa lebih mantap mau melanjutkan jalan panjang menuju hidup bakti sebagai suster religius anggota Kongregasi SJMJ.
Pengalaman masa lalu jadi penguat motivasi
Kalau harus mengingat kembali betapa banyak kerikil tajam yang pernah dan sering menghalangi jalannya menjadi seorang suster biarawati, maka Sr. Maria SJMJ justru semakin dikuatkan untuk selalu setia di “jalan Tuhan” ini.
Kegundahan dan kegoyahan iman yang sering kali dia alami perlahan bisa hilang, ketika dia mengingat kembali liku-liku perjuangannya bisa mendapatkan “tiket mahal” dari kedua orangtuanya untuk merestuinya boleh masuk biara.
“Kamu maju saja jo, tak usah hiraukan halangan orangtua kita,” begitu kurang lebih dorongan kakak dan adiknya untuk selalu menyemangati Sr. Maria Sondakh SJMJ agar tetap bergeming.
Apalagi, salah satu kerabat keluarganya bernama Sr. Yasinta Sondakh SJMJ juga senantiasa mendukung panggilannya.
Akhirnya
“Saya kini mengalami rasa-merasa sukacita, karena sekarang kedua orangtua saya akhirnya berkenan merestui jalan hidup saya,” terang Sr. Maria Sondakj SJMJ menjawab Ping dari Titch TV di Biara SJMJ Kupang, NTT, Minggu malam 26 Februari 2023 lalu.
Dengan demikian, “tiket mahal” masuk biara itu menjadi modal batin amat kuat bagi suster berwajah “artis Korea” ini untuk tetap kuat di jalan panggilan hidup bakti sebagai suster SJMJ.
Kredit: Titch TV/Mathias Hariyadi
PS: Terimakasih kepada Sr. Theresia SJMJ, Sr. Sandra SJMJ, Sr. Sisilia Hernin SJMJ. Sr. Natalia Widjaja SJMJ, Sr. Benedikta SJMJ, dan Sr. Anastasia SJMJ.