KALAU pernah mengalami krisis batin, maka justru jelang mengucapkan profesi kekalnya Sr. Paula SFS (75) malah mengalami hal itu. Tak disangka-sangka, ketika sebagai suster religius Kongregasi Suster Fransiskanes Sukabumi (SFS) ia malah harus mengalami pergumulan batin yang sangat mendera dan telah menguras energi batin.
“Teman suster sampai mengatakan kepada saya: Ngapain kok jelang profesi kekal, mulutmu sampai monyong begitu?” kenang Sr. Paula SFS mengenang hari-hari penuh perjuangan untuk menentukan diri “ya” atau “tidak”.
Syukurlah saat itu, ia tekun mencari “kehendak” Allah bersama Bapa Pembimbing Rohani. Boleh dikatakan demikian, peran pembimbing rohani itulah yang kemudian membawanya “selamat” dan tetap setia menjadi seorang suster biarawati SFS sampai sekarang.
Tahun 2022 lalu, Sr. Paula membukukan kisah peziarahan rohaninya sebagai suster SFS selama 50 tahun.
Anak perempuan satu-satunya
Dalam keluarga, Sr. Paula SFS menjadi satu-satunya anak perempuan. Karena itu, menjadi masuk akal ketika ibunya sampai serius terus saja “nggondheli” dia agar jangan masuk biara.
Bahkan ibunya masih menyimpan “bara” kurang berkenan dia masuk biara. “Barulah hati ibu bisa luluh, setelah saya mengucapkan profesi kekal sebagai suster SFS,” tutur Sr. Paula.
Rupanya, barulah beberapa tahun kemudian, ia barulah tahu kenapa ibunya sampai serius “menahan” dan merintangi jalan hidupnya sebagai suster.
“Karena saya anak perempuan satu-satunya dalam keluarga. Maka, ibu berharap nanti kalau sudah lansia, ingin ikut ke anak perempuannya. Biar lebih kopen begitu,” kata Sr. Paula SFS menjelaskan betapa harapan ibunya akhirnya “kandas” oleh keputusan akhirnya tetap tinggal di biara.
Namun di balik kisah semuanya ini, hidup orangtuanya di masa lansia tetap berlangsung hepi.
Meski kemudian ibunya ikut ipar, tetapi yang juga sangat menyayangi mertua layaknya ibu kandungnya sendiri. (Selesai)
Baca juga: Gara-gara Kardinal Justinus Darmojuwono (1)