TAHUN 2022 lalu, Sr. Susana SFS (73)merayakan pesta hidup membiara. Selama 49 tahun.
Ia mensyukuri perjalanan hidupnya sebagai seorang perawat. Secara khusus sebagai bidan. Membantu persalinan kaum perempuan hamil tua.
Semula, jauh sebelum masuk bergabung dalam Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS), ia sudah mengampu karya sebagai perawat. Di RS Misi Lebak di Rangkasbitung, Banten.
“Sekolah perawat di Rangkasbitung. Usai rampung, ya kerja di situ pula,” tutur Sr. Susana SFS, biarawati asal Wates, DIY, menjawab Mathias Hariyadi Titch TV di Biara Pusat Kongregasi SFS di Sukabumi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Atas dorongan Mgr. Geise OFM, Uskup Keuskupan Bogor waktu itu, Sr. Susana SFS kemudian berani masuk bergabung dengan Kongregasi SFS.
“Itu pun -karena tidak dapat izin dari kedua orangtuanya- surat izin dibuatkan oleh adik kandungnya,” katanya mengenang peristiwa 49 silam.
Sebagai perawat dan bidan
Sr, Susana SFS mengaku sukacita setiap kali sukses membantu proses partus (persalinan) kaum perempuan hamil. “Itu berarti menyelamatkan kehidupan baru,” ungkapnya.
Kesedihan mendalam dan rasa bersalah sempat menggelayutinya.
Sekali waktu, ia gagal menyelamatkan kehidupan baru itu. Saat seorang perempuan hamil tua harus mengalami persalinan dan bayi itu kemudian tidak selamat.
Ia mengaku sedih setiap kali mengingat peristiwa itu. Selalu ada rasa bersalah, karena sebagai bidan ia tak berhasil membantu proses persalinan tersebut.
Namun sebagai perawat, ia mengaku bahagia sepanjang hidupnya sebagai suster biarawati ia dipercaya terus berkarya di bidang layanan kesehatan.
Saat ini, Sr. Susana SFS tinggal di Biara SFS Rangkasbitung, Banten.
Kredit: Titch TV/Mathias Hariyadi
Baca juga: Sr. Anselma SFS, Dua Jam Kpma dan Dua Tahun Derita Luka Bakar Separuh Badan (1)
