Steve Job, sang chief executive officer (CEO) perusahaan komputer Apple, membuktikan kebenaran itu berdasarkan pengalamannya sendiri.
Meski hanya menyandang label seorang drop out, nyatanya perusahaan komputer berlogo buah apel yang sekerat di ujung kanannya bekas gigitan itu meraih sukses di blantika industri komputer dunia. Tak ayal, sukses Steve Jobs membangun kerajaan bisnis jaringan komputer Apple sampai membawa orang pada satu kesimpulan ini.
Inovator jenius
Steve Jobs sungguh seorang inovator, visioner dan tentu saja jenius. Semua itu tidak diperoleh dari bangku kuliah, melainkan kerja keras berikut komitmen kuat memajukan kerajaan bisnis yang dia dirikan bersama Steve Wozniak, sohib lamanya sejak membangun kerajaan Apple di Silicon Valley, California.
Sejarah Apple tak lepas dari kebesaran nama Macintosh. Kerajaan bisnis perangkat keras komputer ini lahir tahun 1970 ketika duet Steve Jobs dan Steve Wozniak memutuskan kerja sama. Hasil team-work mereka melahirkan iMac.
Sukses membesarkan kerajaan bisnis Apple dan meraih pujian sebagai CEO tenar tak membuat Steve Jobs lalu gelap mata dan menjadi arogan. Justru pada saat meniti puncak sukses itulah, dia membuat keputusan besar: meninggalkan Apple yang telah dia besarkan dan ikut membuatnya besar pun tenar lagi.
“Seperti yang sudah selalu saya katakan: manakala saya merasa sudah tidak sanggup lagi mengerjakan fungsi dan tanggungjawab saya sebagai CEO Apple, maka dengan berbesar hati pula saya akan mengundurkan diri,” tulis Steve Jobs dalam surat pernyataan pensiunnya kepada Dewan Direksi Apple.
“Sayangnya, saat itu telah datang dan karenanya saya resmi mundur,” sambungnya kemudian.
Pos strategis yang ditinggalkan Steve Jobs akan segera diisi oleh Tim Cook, CEO baru.
Kanker pankreas
Sebenarnya, bukan kali ini saja Steve Jobs meninggalkan kerajaan bisnis Apple. Tahun 1985 silam, dia juga memutuskan mundur dari Apple setelah kurang akur dengan rekan-rekan kerjanya. Namun dua tahun kemudian dia menyatakan kesediaannya untuk kembali membesarkan Apple.
Sakit kanker pankreas memang ikut melatarbelakangi keputusan Steve Jobs meninggalkan Apple. Ia ingin bebas dari beban kerja dan berkesempatan lebih luas menyembuhkan penyakitnya. Di saat usianya mencapai 56 tahun, Steve Jobs mulai menyadari kalau kesehatannya mulai rapuh. “Saya sudah merajut pertemanan di Apple dan untuk itu, saya ucapkan banyak terima kasih,” katanya dalam acara sambut pisah.
Saat ini, Apple masih punya pamor dengan produk unggulannya seperti iPhone 5 dan iPad 3, selain juga berjaya menelorkan iPod, iPhone, dan yang paling fenomenal saat ini –tentu saja—iPad.
Sampai kwartal kedua tahun ini hingga Juni 2011 lalu, Apple sudah membukukan lama tak kurang dari 7,3 milyar AS dari total penjualan senilai 28,6 milyar dolar AS. Sepanjang waktu itu, Apple berhasil menjual tak kurang dari 20 juta iPhone dan 9,25 juta iPad.
Padahal, kalau mau menilik latar belakang akademis Steve Jobs, dia tak lebih seorang drop out saja. Steve hanya sempat kuliah satu semester saja di bangku kuliah Reed College di Oregon.
Steve Jobs lahir tanggal 24 Februari 1955 dan menikmati masa kecil dan remajanya di Cupertino, California. Sebelum bekerja membesarkan Apple, Steve Jobs muda pernah magang kerja di kerajaan bisnis Hewlett-Packard, tak lama setelah ia nekad menelpon William Hewlett –Presdir Hewlett-Packard—agar bersedia memberinya pekerjaan. Di lingkungan HP inilah, dia bertemu Steve Wozniak dan keduanya sepakat membangun kerajaan bisnis baru di bidang komputer.
Mathias Hariyadi, penulis dan anggota Redaksi Sesawi.Net.
Sumber: BBC, CNN, The New York Times, Washington Post.