INI cerita agak lucu. Bapak-bapak yang jadi bos kontrakan kebetulan sekali waktu datang ke warung kami untuk makan menu kuah enak produski Bakso Londo. Setelah lebih 20 tahun menekuni bisnis kontrakan, akhirnya di masa tuanya sudah menikmati puluhan pintu yang tiap bulannya bisa menghasilkan melebihi gaji manajer bank. Walaupun sempat surut saat pandemi, namun sekarang sudah mulai ramai lagi.
Suatu kali ada seorang laki-laki yang mau kontrak di salah satu pintu. Orangnya sih gagah dan bersih, tipe-tipe cowok yang nge-gym. Badannya sixpack tapi feeling-nya kok tangannya agak melambai. Jangan-jangan memang artis figuran.
Akhirnya ya sudahlah daripada kamar kosong. Rupanya temannya lumayan banyak dan banyak yang berkunjung sambil cekikikan.
Nah kebetulan tetangga kamarnya ada pak haji dan mulai curiga dengan kelakuan tetangga kamarnya. Temannya kalau main sudah mulai nginep-nginep segala. Ya sebetulnya ngga apa wong sesama lelaki, tapi yang bikin resah kan melambainya.
Akhirnya tetangga-tetangga kamar mulai resah dan protes ke pak bos kontrakan ini.
Akhir cerita, pak bos kontrak memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak lelaki tersebut. Sebetulnya saya ya ngga terlalu pusing dengan keadaan seseorang.
Namun ketika masyarakat belum bisa menerima perilaku yang tidak biasa, akhirnya suara masyarakatlah yang menentukan. Perilaku menyimpang seseorang mungkin saja bukan 100% salah yang bersangkutan.
Pengalaman hidup bisa membuat seseorang jadi agak menyimpang. Dan, di norma yang masih memegang nilai keagamaan yang ketat, perilaku tersebut menjadi aneh, beda dengan di Eropa sana yangg masyarakatnya lebih permisif.
19/01/23
CMS – Bakso Londo
“100% daging sapi, makan jadi berseri.”