Selasa, 27 September 2016
Pekan Biasa XXVI
PW S. Vinsensius de Paul, Imam
Ayb 3:1-3.11-17.20-23; Mzm 88:2-8; Luk 9:51-56
… orang-orang Samaria di situ tidak mau menerima Dia,
karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem..Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata, “Tuhan, bolehkah kami menurunkan api dari langit untuk membinasakan mereka?” Tetapi Yesus berpaling dan menegur mereka, “Kalian tidak tahu apa yang kalian inginkan. Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk menyelamatkannya.”
INJIL hari inimewartakan bahwa Yesus dengan tegas menetapkan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Ia pergi ke Yerusalem untuk memberikan diri-Nya demi membebaskan kita dari dosa. Sungguh, Ia mendekati “peperangan”-Nya di Yerusalem sebagai domba menuju pembantaian.
Dengan cepat kita belajar bahwa senjata perang-Nya adalah kerendahan hati. Strategi Yesus adalah kebaikan, kelembutan, kasih dan kerendahan hati.
Ketika fanatisme orang-orang Samaria menolak Dia karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem, Yesus dengan rendah hati memilih menempuh desa lain. Sesederhana itulah strategi kerendahan hati Yesus. Ia tidak melawan.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi kita bersembah sujud di hadirat Yesus yang telah melangkah ke Yerusalem untuk mati di salib bagi kita. Kita belajar rendah hati bersama-Nya. Kita berdoa tak hanya bagi sahabat dan kerabat tetapi juga bagi mereka yang membenci kita. Bagaimana kita memperlakukan mereka yang “menyalibkan” kita dan menyulitkan kita? Apakah kita berusaha tetap baik pada mereka daripada menyakiti mereka?
Tuhan Yesus Kristus, Engkau murah hati dan berbelas kasih pada kami. Bantulah kami lebih memilih bersikap rendah hati dari pada bersikap sombong kini dan selamanya. Amin.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)