Minggu, 13 Maret 2022
- Kej. 15:5-12.17-18.
- Mzm: 27:1.7-8abc.13-14.
- Flp. 3:17-4:1.
- Luk. 9:28b-36
ORANG yang memiliki hati nurani yang baik. Hati nurani yang terjaga dan diselalu disinari sabda Tuhan dalam doa dan refleksi hidup ini, akan menjadi pelita di dalam kegelapan jalan kehidupan ini.
Nurani yang baik akan menuntun manusia untuk hidup dalam hukum atau peraturan hingga memiliki kelakuan yang baik.
Orang yang disinari cahaya nurani yang jernih, tidak perlu diancam hukuman untuk melakukan hukum, sebab ada “polisi” di dalam dirinya sendiri.
Kalau pun kita berbuat baik, bukan hanya karena takut ancaman hukuman, tetapi hati nuraninya memang terbentuk demikian. Yaitu tidak bisa bertindak yang menentang aturan.
“Tidak pernah saya sangka bahwa saya dipertemukan lagi dengan seorang teman yang sudah hampir 30 tahun tidak bertemu,” kata seorang ibu.
“Seorang yang dulu waktu sekolah sering saya beri buku tulis dan ballpoint, karena dia dari keluarga yang orangtuanya kurang mampu,” lanjut ibu itu.
“Ia adalah pribadi yang punya kemauan belajar jujur, ulet, pintar dan pekerja keras,” sambungnya.
“Maka tidak mengherankan kalau sekarang menjadi orang yang berhasil di dalam hidupnya,” ujarnya.
“Terima kasih sudah banyak membantuku waktu kita duduk di SD sampai SMP,” katanya kepadaku suatu ketika.
“Kamu menjadi malaikat kecil yang baik,” lanjutnya.
“Kan kita bertetangga dan akan lebih baik bisa saling menolong,” sahut ibu itu.
“Sekarang giliranmu menjadi malaikat dalam keluargaku, engkau menjadi dokter yang menyelamatkan suamiku dan keluargaku,” lanjut ibu itu.
“Inilah yang membuatku selalu yakin bahwa hidup ini tidak ada yang kebetulan, Tuhan sudah merencanakan segalanya,” ujar teman ibu itu.
“Sejak kita lahir di dunia ini, suara Tuhan menuntun kita untuk berbuat baik. Dan itu kamu lakukan sejak kecil dan itu tidak akan hilang begitu saja, karena pada saat tertentu di mana kamu mengharapkan dalam doa sebuah kebaikan, lewat caranya sesuatu yang pernah kamu buat itu dilimpahkan kembali padamu,” lanjutnya.
“Saya juga sangat yakin akan hal itu. Tidak ada peristiwa dalam hidup ini berdiri sendiri, semua terkait satu sama lain,” sahut ibu itu.
“Ketika kita mengikuti suara hati dan kehendak Tuhan, wajah terang kasih Allah itu tampak bersinar dan hadir di dalam kehidupan kita,” lanjutnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka.
Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.”
Untuk bisa melihat kemuliaan Yesus, kita harus terus melakukan perbuatan baik dan dengan melayani sesama dan Tuhan dengan tulus dan gembira hati.
Lewat karya dan bakti kita wajah kehidupan bersama bisa berubah. Dari murung sedih menjadi penuh harapan dan optimisme. Dari keterpurukan merangkak bangun hingga bisa tegar melangkah.
Kemuliaan dan belas kasih Tuhan itu dinyatakan bagi orang yang hidup di dalam pertalian hati dengan Tuhan. Yang setiap langkahnya dibimbing oleh suara hati nurani dan suara Tuhan meski tersembunyi di balik awan kehidupan kita.
Ketika melihat kemuliaan dan merasakan kemuliaan Tuhan, hendaknya kita buang jauh-jauh keinginan “mendirikan” kemah di dalam kehidupan ini.
Karena pekerjaan dan pengutusan baru sudah menunggu untuk diselesaikan. Pilihan ini mempunyai resiko yang tidak mudah yakni keberanian untuk meninggalkanlah zona nyaman.
Kita harus mencair seperti garam supaya kasih bersinar di tengah kekelaman sehingga Tuhan Yesus semakin dimuliakan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah semua keputusan dan perbuatan di dalam hidupku sudah semakin menampilkan kemuliaan Tuhan?