Bacaan 1: 2Raj 17:5-8. 13-15a. 18
Injil: Mat 7:1-5
GOSIP, gibah, atau gunjing adalah sebuah obrolan atau rumor kosong, yang biasanya berkaitan tentang urusan pribadi atau orang lain (kebanyakan berkonotasi negatif).
Bagi sebagian orang, membicarakan kejelekan seseorang di belakang mungkin terasa menyenangkan.
Namun ironinya, kegiatan ini ternyata sangat digemari, dengan alasan untuk menghidupkan suasana, mencari perhatian, mengajak orang membenci seseorang serta supaya kelihatan paling benar dan berhak menghakimi orang lain.
Melihat fenomena ini, tentunya diri ini harus banyak berkaca.
Apakah diri ini pantas mentertawakan (keburukan) orang lain? Apakah diri ini lebih baik?
Padahal mungkin diri ini memilki banyak kekurangan, siapa tahu malah lebih buruk daripada orang yang ditertawakan tersebut.
Setiap manusia terlahir punya kekurangan masing-masing, tidak ada yang sempurna sehingga tidak ada manusia manapun yang berhak untuk menilai (menghakimi) apalagi kemudian membicarakan keburukan tersebut.
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Demikian nasihat Tuhan Yesus kepada para pengikut-Nya, agar tidak jatuh dalam kemunafikan.
Kemunafikan dalam beriman telah terjadi pada bangsa Israel kuno, mereka seolah berlaku religius namun sebetulnya beribadah kepada ilah lain.
Tuhan telah memberikan ketetapan, peraturan dan perjanjian-Nya kepada nenek moyang bangsa itu. Namun, mereka lebih memilih melanggarnya dan mengikuti cara hidup bangsa-bangsa disekitar yang tidak mengenal Allah.
Walaupun TUHAN telah memerintahkan kepada mereka: janganlah berbuat seperti mereka itu.
Sebab itu TUHAN sangat murka kepada Israel, dan menjauhkan mereka dari hadapan-Nya. tidak ada yang tinggal kecuali suku Yehuda saja.
Mereka dibuang ke Asyur oleh Tuhan lewat musuhnya, yaitu Kerajaan Asyur.
Pesan hari ini
Menghakimi manusia lain sama saja berarti menghakimi “Sang Penciptanya”, yaitu Tuhan Allah.
Apakah saya lebih benar dibanding orang lain?
“Lidah itu lebih tajam daripada pisau, dan jangan sampai kamu menyesali omonganmu sendiri di kemudian hari.”