Home LENTERA KEHIDUPAN Sulit Mengampuni? Cobalah Terapi Toilet

Sulit Mengampuni? Cobalah Terapi Toilet

0
Ilustrasi

Ditanya soal dosa yang paling parah, Maria Simma (1915 – 2004), seorang mistikus yang dianugerahi kemampuan berkomunikasi dengan para arwah, mengatakan dosa yang berlawanan dengan cinta kasih. Dosa itu antara lain dendam, kebencian, permusuhan, dsb.Jika manusia hidup dalam cinta kasih, niscaya dia akan menyelamatkan jiwanya sendiri.

 

Namun demikian, tidaklah mudah mencintai sesama kita dengan tulus. Ada banyak hambatan dalam diri manusia untuk mencintai tanpa pamrih. Salah satunya adalah ketidakmampuan kita untuk mengampuni sesama. Ketidakmampuan itu seringkali dilatarbelakangai dengan kebencian, dendam, amarah, dsb yang telah berlangsung dalam waktu lama. Ada peristiwa dan orang di masa lampau yang begitu menorehkan luka dalam hati kita sehingga kita sulit mengampuni.

 

Sesuatu perlu kita ampuni jika kita mengalami sakit hati, dendam, dsb atas sesuatu atau seseorang. Jadi, dalam hal ini ada unsur “seseorang atau sesuatu yang melakukan ketidakadilan terhadap kita” dan “kita memilih menjadi obyek daripada subyek”. Jika kedua unsur itu tidak ada, tentu tidak perlulah kita mengampuni. Kenapa? Karena dalam konteks itu kita tidak mempunyai sakit hati, dendam dsb. Contoh: seseorang menghina kita karena kita dianggap miskin. Kita menanggapi hinaan itu biasa-biasa saja, tidak ada sakit hati, bahkan kita senyum-senyum sendiri karena hinaan itu hanya kita anggap lelucon. Di sini kita bertindak sebagai subyek daripada obyek lelucon itu.Di sini kita mampu mengatasi hinaan itu dan tidak muncul sakit hati, dendam, amarah, dsb. Maka, contoh di atas tidak masuk dalam konteks memaafkan. Alangkah bagusnya jika seseorang mempunyai kemampuan menjadi”subyek” daripada “obyek” seperti contoh di atas. Dengan demikian, dia akan menjadi manusia yang merdeka, tidak ditindas oleh berbagai emosi negatif.

 

Sakit hati, dendam, dsb yang disimpan bertahun-tahun akan mengakibatkan penyakit.Namun tidak mudah begitu saja orang untuk melepaskannya. Asep Haerul Gani, dalam bukunya “Forgiveness therapy. Maafkanlah Niscaya Dadamu Lapang.”mengusulkan beberapa terapi memaafkan yang sederhana, dengan memanfaatkan peristiwa sehari-hari.Salah satunya adalah saat buang air besar.

 

Membuang Emosi Negatif

Disarankan oleh Asep bahwa saat kita akan buang air besar, kita niatkan untuk membuang segenap emosi negatif, entah amarah, dendam, iri hati, dsb yang kita tahan selama ini. Ingatlah peristiwa yang memunculkan emosi negative tersebut dan munculkan kembali. Alirkanlah perasaan tersebut dan satukan pada kotoran yang akan kita buang. Saat mengeluarkan kotoran itu, dalam imajinasi, kita lepaskan berbagai emosi negatif. Dalam imajinasi kita, kita buang segenap amarah, dendam, iri hati, kebencian, dsb.Saat selesai buang air besar, kita juga berimajinasi sedang melakukan kegiatan membersihkan kotoran batin kita.Kita dapat membiasakan diri untuk melakukan hal itu setiap kali membuang air besar. Dan hal ini kiranya membantu kita melepaskan berbagai emosi negatif yang bersarang dalam hati kita. Kenapa anda tidak mencoba? Mari kita coba sama-sama.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version