Home BERITA Surat Gembala APP Keuskupan Agung Pontianak 2020: “Membangun Kehidupan Ekonomi yang Bermartabat”

Surat Gembala APP Keuskupan Agung Pontianak 2020: “Membangun Kehidupan Ekonomi yang Bermartabat”

0
Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus. (Komsos KAP)

Saudari-saudara umat Kristiani yang terkasih,

MASA Puasa adalah masa di mana kita, seluruh Umat Kristiani, diberi kesempatan secara khusus untuk mengadakan permenungan, mawas diri, meninjau kembali hidup keagamaan kita: Apakah sudah sesuai dengan apa yang kita imani.

Masa Puasa selalu diwarnai suasana mati raga, olah tapa dan semangat doa sebagai ungkapan bahwa di hadapan Allah kita hanyalah debu dan akan kembali menjadi debu, penuh dosa dan perlu melakukan pertobatan.

Masa Puasa adalah masa di mana kita dengan rendah hati mengakui bahwa  hidup keagamaan belumlah sempurna. Kita yang disadari atau tidak disadari sudah hidup dalam jalan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, diajak untuk kembali atau berbalik kejalan yang benar.

Seperti yang disabdakan Tuhan: ”Berbaliklah kepadaKu dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh.” (Yoel.2, 12).

Masa Puasa selalu ditandai dengan kegiatan berpantang dan berpuasa.

Bagi orang katolik, berpuasa dan berpantang merupakan ungkapan pertobatan dan tanda penyangkalan diri dan tanda keinginan untuk ambil bagian dalam pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai silih dosa-dosa kita dan demi mendoakan keselamatan dunia.

Dalam arti tertentu, pantang dan puasa bagi orang katolik merupakan “latihan rohani yang mendekatkan diri kita kepada Tuhan dan sesama”.

Masa Puasa dimulai pada pada hari Rabu Abu yang pada tahun ini jatuh pada tanggal 26 Februari 2020.

Tema yang menjadi pokok permenungan kita Umat Katolik, khususnya di seluruh Bumi Kalimantan selama Masa Puasa tahun ini adalah “Membangun Kehidupan Ekonomi yang bermartabat”.

Dalam iman, kita percaya bahwa seluruh alam semesta dan segala isinya diciptakan oleh Tuhan Allah yang Mahakuasa. Tuhan memberikan kuasa kepada kita umat manusia, ciptaan-Nya yang diciptakan sesuai dengan citraNya (Kej.1,27) untuk menaklukan bumi, berkuasa atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej 1,28).

Setiap orang, tak terkecuali siapa pun dipanggil untuk ”menguasai dan mengolah bumi dan segala isinya” sesuai dengan talentanya masing-masing, seperti yang diceriterakan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dalam perumpamaan tentang “talenta” (Mt. 25, 14-30).

Dalam perumpamaan tentang talenta tersebut diceriterakan bahwa yang diberikan lima talenta dipuji tuannya karena menghasilkan lima talenta pula (Mt 25,19). Dan demikian pula berlaku bagi yang  menerima dua talenta dan menghasilkan dua talenta pula. Dia dipuji oleh tuannya. (Mt 25,23).

Sebaliknya yang menerima satu talenta dan tidak diusahakannya sehingga tidak menghasilkan apa-apa, dia tidak mengelolanya sesuai dengan kehendak tuannya sehingga bukan hanya ditegur secara keras oleh tuannya, tetapi “talenta itu diambil daripadanya” (Mt 25,28) dan hamba itu disebut sebagai “hamba yang tidak berguna dan supaya dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap.” (Mt 25,29).

Ekonomi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang berarti “rumah” dan “nomos” yang berarti “aturan atau tatanan atau hukum”.

Dengan demikian, kata “ekonomi” dimaksudkan segala usaha, tingkah laku, kegiatan  umat manusia untuk menata, mengatur, menyelenggarakan kehidupan dalam “rumah” dan “keluarga umat manusia”.

Tentu tujuannya “untuk kebahagiaan umum sebesar-besarnya dan penghormatan terhadap martabat manusia.” (Dokumen Propaganda Fide, Oeconomicae et Pecuniare Questioner, yang dikeluarkan di Roma 6 Januari 2018, Ps.6).

Dewasa ini kita sungguh miris atau sulit untuk percaya kalau   melihat kenyataan bahwa Bumi Kalimantan yang kaya raya dengan sumber daya alamnya, tidak  membuat masyarakatnya hidup makmur dan berkecukupan.

Bahkan sebagian besar rakyatnya masih  tetap miskin dan hidup masih jauh dari berkecukupan. Banyak pertanyaan bisa dimunculkan dan menjadi perdebatan tentang jalan keluar yang bisa diajukan.

Sudah bertahun-tahun lamanya,  Gereja Katolik di Kalimantan Barat umumnya dan Keuskupan Agung Pontianak khuusnya  dengan kehadirannya melalui karya di bidang Pendidikan dan Kesehatan dan terakhir melalui Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi  ikut ambil bagian secara nyata dan aktif  untuk meningkatkan taraf hidup, harkat dan martabat masyarakat setempat  di bidang sosial ekonomi, namun hasilnya masih jauh dari memuaskan.

Kita bersyukur dan berterima kasih kepada  banyak pihak khususnya pihak pemerintah yang terus-menerus berusaha melalui macam program untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam segala bidang termasuk di bidang sosial dan ekonomi.

Di pihak lain kita juga tidak bisa menutup mata bahwa usaha-usaha yang mulia tersebut tidak mengurangi adanya jurang yang dalam antara yang kaya dengan yang miskin. Bahkan ada kecendrungan bahwa jurang tersebut makin melebar.

Dalam kegiatan di bidang ekonomi dan pengelolaan keuangan yang secara moral “tidak dapat diterima, bukan terletak pada pencarian keuntungan, tetapi pada pemanfaatan ketidak setaraan demi keuntungan diri sendiri. Yang tidak dapat diterima adalah “menghasilkan keuntungan besar dengan cara menghancurkan yang lain, atau membuat kaya diri sendiri dengan cara merugikan dan membahayakan kebaikan umum.” (OPQ 17).

Saudari- saudara yang terkasih,

Kita semua dipanggil untuk menguasai dan dan mengolah bumi dan segala isinya demi kebaikan bersama dan martabat manusia dengan kemampuan sesuai dengan talenta kita masing-masing.

Tanggung jawab ada pada setiap orang, baik pada mereka yang memiliki modal besar, maupun yang bermodal kecil, baik pada mereka yang punya kemampuan untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang menentukan masa depan rakyatnya maupun masyarakat biasa, baik yang mempunyai talenta besar maupun yang hanya mempunyai “satu talenta”, karena kita semua punya tanggungjawab yang sama.

Saudari-saudara yang terkasih dalam Kristus.

Masa Puasa adalah masa di mana secara khusus kita diajak untuk meninjau kembali hidup keagamaan, melihat kembali hubungan kita dengan Tuhan. Bisa jadi hidup keagamaan kita sudah mulai kearah yang tidak sesuai lagi dengan apa yang kita imani. Atau hubungan kita dengan Tuhan, Sang Pencipta mulai renggang.

Ini saatnya kita diajak untuk berbalik dan kembali kepadaNya!

Sehubungan dengan tema Masa Puasa “membangun kehidupan ekonomi yang bermartabat”, kita juga bisa  bertanya kepada diri sendiri, peran apa yang sudah dan sedang atau bisa kita perbuat, baik sebagai pelaku atau pun sebagai penggiat ekonomi?.

Tuhan sudah menciptakan  bumi dan segala isinya, termasuk kita, manusia yang diciptakan sesuai dengan GambarNya,  tanpa jasa dari pihak kita manusia.

Apakah kita sudah memperlakukan, mengolah dan menggunakannya demi kebahagiaan orang banyak, sesuai dengan kehendak  dan demi kemuliaan namaNya?.

Sehubungan dengan penggunaan talenta yang bertanggungjawab mari kita simak dan renungkan kata-kata Santo Paulus yang disampaikannya kepada umat di Tesalonika “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (2Tes 10m3b).

Akhirnya mari kita simak firman Tuhan yang disampaikanNya melalui Nabi Yoel: ”Berbaliklah kepadaKu dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.” (Yoel2: 12-13).

Selamat menjalani Masa Puasa

Pontianak, pada Hari Rabu Abu, 26 Februari 2020

Mgr. Agustinus Agus – Uskup Keuskupan Agung Pontianak

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version