Home BERITA Surat Gembala Masa Prapaskah 2019 Keuskupan Bandung

Surat Gembala Masa Prapaskah 2019 Keuskupan Bandung

Uskup Keuskupan Bandung Mgr. Anton Subianto OSC. (Dokpen KWI)

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2019
HATI BERTOBAT, HIDUP JADI BERKAT

Saudara-Saudari yang terkasih,

Kesadaran akan mutlaknya alam semesta yang sehat dan kepedulian akan pentingnya memelihara bumi sebagai rumah kita bersama kiranya makin meningkat sejak penerbitan Ensiklik Laudato Sì (24 Mei 2015).

Tiga tahun kemudian, Sri Paus Fransiskus menulis Surat Apostolik Gaudete et exultate (Bersukacitalah dan Bergembiralah, 19 Maret 2018) yang berisi ajakan menjadi kudus di zaman ini. Dengan kesadaran ekologis dan panggilan menjadi suci di zaman now, kita mengawali masa Prapaskah pada Rabu Abu, 6 Maret 2019.

Pada saat itu, dahi kita diberi tanda salib abu sebagai ungkapan pertobatan agar hidup kita menjadi berkat. Melalui tema Aksi Puasa Pembangunan 2019 “Literasi Teknologi dan Keutuhan Ciptaan”, kita bertekat untuk menjadi berkat dengan memanfaatkan teknologi sesuai nilai-nilai Kristiani guna memulihkan keutuhan ciptaan.

Dalam Injil hari ini (Luk 6: 39-45), Yesus mengajak kita untuk merenungkan tiga kesombongan diri yang membutuhkan pertobatan.

Pertama, Yesus mengundang kita untuk merenungkan apa yang biasa terjadi dalam hidup sehari-hari dan bisa berakibat fatal, di mana orang yang tidak tahu jalan kehidupan yang baik, memberi tahu bagaimana cara mencapainya; orang yang tidak sungguh dekat dengan Tuhan mau mengajari dan menunjukkan jalan Tuhan.

Itulah orang yang “sok pintar”. Kenyataan ini diungkapkan Yesus melalui pertanyaan: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?” (Luk 6: 39)

Kedua, Yesus mengajak kita untuk mawas diri, yaitu dengan rendah hati menyadari kelemahan diri sendiri agar tidak mudah menuduh dan menghakimi orang lain. Kecenderungan manusia adalah mencari kelemahan dan mengungkit-ungkit kesalahan sesama guna menutupi kekurangan sendiri. Itulah orang yang “sok benar”.

Untuk itu, Yesus mengajak kita untuk: “… keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selum- bar itu dari mata saudaramu.” (Luk 6: 42)

Ketiga, Yesus mengingatkan pentingnya meningkatkan kesucian hati untuk mengatasi kedua masalah di atas. Orang menjadi “sok pintar” bagai orang yang tahu segalanya atau “sok benar” bagai orang yang selalu benar karena orang itu ternyata “sok suci”,yaitu merasa saleh tanpa salah di hadapan sesama dan bersih tanpa dosa di depan Tuhan. Apa yang kelihatan keluar dari hati.

Bagaimana mungkin orang suci, bisa berkata dan berbuat sesuatu yang menyesatkan dan menghakimi sesama? Yesus menegaskan: “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik.” (Luk 6: 43)

Saudara-Saudari yang terkasih,

Pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan tujuan keutuhan ciptaan hanya mungkin terjadi kalau orang memiliki hati suci yang tertuju kepada Allah.

Pertama, kita harus terbuka untuk mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan teknologi yang kita manfaatkan. Tanpa pengetahuan yang baik dan benar tentang maksud, tujuan, cara kerja, dan pemeliharaan teknologi, alih-alih dapat menolong manusia, teknologi tersebut bisa menjadi bumerang, berbalik membahayakan manusia.

Di sinilah kita diajak untuk rendah hati; tidak sok tahu dan sok pintar, melainkan terbuka untuk memahaminya secara memadai hingga mampu memanfaatkannya dengan tepat guna dan sesuai dengan tujuan luhurnya.

Kedua, kita harus sadar bahwa apa yang secara teknis bisa belum tentu boleh secara moral. Kita diajak untuk mempertimbangkan penggunaan dan pemanfaatan teknologi dengan melibatkan orang-orang yang mumpuni di bidang moralitas Kristiani. Jangan sampai kita sealu merasa benar karena sudah biasa dan terbiasa menggunakan teknologi seperti saat ini padahal bisa jadi merugikan sesama dan mencemarkan lingkungan alam.

Ketiga, kita harus peka pada bimbingan Roh Kudus agar mampu mendengarkan bisikan suara hati dan memahami kehendak ilahi dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi yang diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia bersama dan masa depan lingkungan alam. Di sini kita diajak mendekatkan diri pada Allah. Orang yang suci tidak akan berlaga tahu dan sok benar, tetapi mengikuti teladan orang yang unggul dalam spiritualitas serta terbuka pada petunjuk mereka yang memiliki kesadaran humanis dan ekologis.

Lihatlah bagaimana keutuhan ciptaan dan kehidupan sesama di sekitar kita. Masih ada orang yang miskin tanpa makanan yang cukup, pakaian yang pantas, dan tempat berteduh yang aman dan nyaman. Lihatlah bagaimana alam yang telah menghidupi kita. Masih ada kerusakan alam di beberapa daerah.

Apakah kita telah memahami hakikat teknologi secara utuh dan menyeluruh serta memanfaatkannya sesuai dengan maksud luhur penciptaan? Kita membutuhkan literasi teknologi, yaitu proses yang membuat kita “melek teknologi”; memahami teknologi secara baik dan benar.

Saudara-Saudari yang terkasih,

Bersama umat dan masyarakat, marilah kita meningkatkan kesadaran humanis dan ekologis serta mengembangkan gerakan literasi teknologi dan keutuhan ciptaan sebagai bentuk laku tobat kita dalam menanggapi panggilan untuk menjadi suci.

Dalam literasi teknologi, ada semangat untuk peduli pada sesama dan lingkungan alam; ada kesadaran agar pemanfaatan teknologi ini tidak menyebabkan ketidakadilan sosial dan pencemaran ekologis, tetapi sungguh menjunjung martabat manusia dan meningkatkan kesejahteraan bersama.

Dalam mewujudkan keutuhan ciptaan, ada kehendak untuk menye- laraskan hidup pada karya keselamatan Tuhan; ada kesadaran agar karya kita memancarkan kehadiran Allah yang kudus; Allah yang murah hati dan penuh belaskasih.

Dengan matiraga dan puasa, kita makin sadar untuk mengontrol diri agar tidak sok pintar dan sok benar. Dengan doa dan tapa, kita makin peka akan penyelenggaraan ilahi agar kita tidak menjadi sok suci. Dengan amal dan kasih, kita makin peduli pada sesama.

Semoga dengan hati bertobat, hidup menjadi berkat.

Bandung, 22 Februari 2019, Pesta Tahta St. Petrus

Ut diligatis invicem,

Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC

Ref: Surat Gembala Prapaskah 2019 Keskupan Bandung

 

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version