Home BERITA Belarasa Susahnya Merawat Orang Jompo, Super Manja Lagi

Susahnya Merawat Orang Jompo, Super Manja Lagi

0
Ilustrasi.

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.

Jumat, 16 Juli 2021.

Tema: Berilah makan.

  • Bacaan Kel. 11: 10 – 12:14.
  • Mat. 12: 1-8.

HUKUM dibuat untuk melindungi. Melindungi yang lemah. Yang tak memiliki akses untuk hidup layak.

Hukum ditegakkan agar segala sesuatu dalam kebersamaan berjalan baik;  menghindari konflik-konflik yang tidak diperlukan.

Bagi mereka yang merasa paling benar, kuat, berkuasa, bisa “membeli” apa saja dan siapa. Agar bibit-bibit premanisme, kekerasan, anarkis dapat dicegah.

Kehadiran Yesus membawa sebuah harapan baru. Ia memberi hukum baru. Dalam kebersamaan hidup, belas kasih, dan keadilan.

Kasih mengandaikan kesediaan berkorban. Kasih merupakan rahmat hati Allah sendiri yang ditanam dalam hati manusia.

Minimal  mengeliminir “animal instinc” dalam pribadi manusia.

Kasih membuat manusia semakin manusiawi. Bukan tanda kelemahan, tetapi kekuatan menyerap dan bersama yang lain membangun kebaikan bersama

Engga tau diri

Awal proses menjadi imam saya diberi kesempatan selama tiga bulan bekerja di sebuah panti jompo. Program kerja nyata, probasi.

Identitas sebagai frater harus disembunyikan.

Bayangku mengurus orang jompo itu mudah. Ditemani, diajak cerita. Atau ngobrol.

Tidak sulit. Pasti bisa. Luluslah.

Hari pertama masuk saya sudah disuruh oleh membereskan satu ranjang. Terbaring di sana seorang laki-laki berumur sekitar 65.

Badan sehat. Punggungnya berdarah dan  berlubang. Membersihkan berarti mengganti  sprei, sarung bantal, selimut, dan pakaiannya nya. Dia BAB tadi malam.

Buang harga diri.

Dengan agak jijik dan neg, saya melakukan tugas dengan baik. Sebagai calon imam diajari dan sadarkan, hayatilah pelayananmu sebagaimana kamu  melakukan bagi Yesus sendiri.

Alami, jumpai Yesus yang menderita dalam diri orang-orang sakit dan menderita.

Saya belajar menghayatinya.

Siang hari disuruh menyuapin beberapa opa. Si bapak tadi minta didulukan. Memang dia selalu diistimewakan karena dari keluarga berpunya. Tapi dari hati kecil, saya ingin mengutamakan seorang bapak yang lebih tua.

Pertimbangannya kasihan. Saya menghayatinya seperti saya menyuapi Yesus yang sakit. 

Malamnya si opa meninggal.

Sepekan ini saya ditugasi hal yang sama; wash lap, membereskan tempat tidur, mencuci sprei dan pakaian mereka, sapu pel dan menyuapin makan siang

Hari keempat di opa bandel dan manja itu berteriak-teriak minta didahulukan.

Saya bilang, “Pak, sabar ya, ada yang lebih tua kasihan dan sudah lapar. Ia tidak punya makanan lain yang dikirim dari keluarga. Opa makan biskuit dulu.

Dua hari kemudian opa itu pun meninggal.

Kalau tak ingat cita-cita, tinggalkan.

Masuk pekan kedua, saya mulai lemes, stres. Nafsu makan, hilang.

Suasana dan aroma panti, neraka buatku. Teman-teman menguatkan. Karena ada unsur penilaian, saya pun sekuat tenaga menjalaninya, walau bersikap munafik.

Opa bandel mulai menjengkelkan. Mulai bertingkah. Sekarepe dewe. Karyawan lain segan dan menurutinya.

Jadilah dia sebagai raja yang harus didahulukan, dilayani. Apa pun yang diminta segera dipenuhi

Mencari celah pamungkas

Hati mulai jengkel, tapi kan tak boleh marah. Batin kesel tapi kan harus melayani. Inginnya  menghindar, tapi kan harus melewati tempat tidurnya.

Belajar cuek dan tidak mempedulikan tapi kan lagi diuji. Buntu. Kepalang tanggung. Ngak boleh nyerah, apalagi kalah.

Akhirnya, kutemukan kekuatan batin. Setiap dia minta diistimewakan, menjengkelkan, mencari perhatian dengan menjatuhkan sesuatu barangnya, saya hampiri dan berkata, “Mau mati duluankah? Sok, saya layani duluan. Siap mati  dan dikremasi seperti dua opa kemaren?”

Dia diam.

Manjur. Mak ces pleng, Hahahaha… Itulah “Paskah” -ku saat itu.

Tuhan menyelamatkan.

Yesus mengingatkan, “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan.”

Artinya, Yesus  menganugerahkan belas kasih-Nya kepada kita. Kita pun berlaku dan menegakkan keadilan pada sesama.

Memberi bahan makanan tetanggaku yang insoman, terpapar Covid-19, itulah sukacita injili saat ini.

Terimakasih kepada banyak komunitas yang telah mengusahakannya.

Hidupmu bermakna.

Tuhan, Engkau mendidik dan menyertaiku dengan sabar. Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version