Home BERITA Syukur dan Kufur

Syukur dan Kufur

0
Bersyukur.

Minggu, 26 Februari 2023

  • Kej. 2:7-9; 3:1-7.
  • Mzm. 51:3-4,5-6a,12-13,14,17.
  • Rm. 5:12-19.
  • Mat. 4:1-11.

KISAH di pandang gurun seringkali menjadi gambaran perjalanan hidup manusia dalam menanggapi cinta kasih Allah.

Kegersangan dan berbagai tantangan serta kesulitan yang dihadapi di padang gurun menjadi gambaran kegersangan hidup kita, yang diwarnai dengan tantangan dan kesulitan.

Ada dua kisah yang sangat terkenal dalam Kitab Suci yang menjadikan padang gurun sebagai settting tempat kisah itu terjadi.

Yakni kisah tentang Musa bersama Bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir menuju tanah terjanji.

Selama 40 tahun mereka hidup dalam perjalanan di tengah padang gurun.

Sedangkan kisah kedua yang menggunakan padang gurun sebagai settingnya adalah Yesus yang berpuasa selama 40 hari sebelum melaksanakan karya pengutusan-Nya, mewartakan Kerajaan Allah.

Dua kisah ini menjadi kisah yang beda zaman namun saling terkait.

Padang gurun yang secara geografi adalah tempat yang sulit, menjadi tempat perjumpaan antara manusia dengan Allah dan iblis serta Yesus yang berjumpa dengan Tuhan dan Iblis.

Bangsa Israel mengalami perjumpaan dengan Allah bahkan menerima sepuluh perintah Allah ketika mereka mengembara di padang gurun.

Namun mereka juga berselingkuh dan tidak setia kepada Allah dengan membuat lembu tuangan dan menyembahnya, di padang gurun itu.

Yesus berjumpa dengan Iblis dan dicobai sebanyak tiga kali di padang gurun, namun Yesus tetap setia kepada Allah dan menemukan betapa setia-Nya Alllah dalam hidup-Nya di padang gurun itu.

Di padang gurun kehidupan, kita bisa menemukan pengalaman syukur dan kufur.

Pengalaman dicintai dan dirahmati Tuhan namun juga pengalaman pahit ketika kita harus hidup dalam dosa dan hukuman karena meninggalkan rahmat dan cinta Tuhan.

Padang gurun adalah kehidupan kita sehari-hari, kita bisa berjumpa dengan Allah dan Iblis.

Kita bisa hidup dengan kasih dan dikendalikan oleh Roh Allah sehingga kemana pun kita berjalan ada damai dan sukacita.

Namun ada kalanya kita dikuasi Iblis, didorong dan dibimbing oleh Iblis hingga kita menolak kasih Allah dan berjalan menjauh dari cinta-Nya.

Setiap hari kita bisa menemukan pengalaman syukur dan kufur dalam perjalanan hidup ini.

Pengalaman dimana kita bersama Allah dan pengalaman dikuasai oleh Iblis.

Bagaimana dangan diriku? Seberapakah peka dan tegas diriku terhadap dorongan iblis?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version