Renungan Harian
Senin, 6 Desember 2021
Bacaan I: Yes. 35: 1-10
Injil: Luk. 5: 17-26
SUATU sore, saya menerima telepon dari seorang bapak, beliau bertanya dan sekaligus mohon.
Beliau mengatakan bahwa beliau dan istEri sudah lansia, sudah berusia 70 tahun, sedang isteri 68 tahun.
Beliau menyampaikan bahwa sudah sejak awal pandemi beliau sudah tidak mengikuti perayaan ekaristi dan tidak bisa menyambut Tubuh Kristus, beliau sudah amat rindu untuk mengikuti perayaan ekaristi dan menyambut Tubuh Tuhan.
Beliau bertanya apakah dirinya dan isterinya boleh mengikuti perayaan ekaristi di gereja.
Saya cukup lama berpikir dan menimbang-nimbang apakah saya mengatakan boleh atau tidak, karena aturan yang dibuat adalah yang boleh mengikuti perayaan ekaristi ialah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai 60 tahun.
Kalau mengizinkan berarti saya melanggar aturan keselamatan untuk lansia, tetapi kalau melarang saya dihadapkan pada kerinduan yang luar biasa dari bapak itu.
Di samping itu saya juga tahu bahwa para lansia tidak diperkenankan mengikuti perayaan ekaristi, tetapi banyak lansia jalan-jalan di mal.
Bahkan banyak umat yang lebih muda yang seharusnya bisa mengikuti perayaan ekaristi tetapi tidak mau datang dengan alasan takut terpapar covid meski mereka tidak takut untuk ke mall atau café.
Oleh karena itu, saya meminta waktu sebentar dan akan menelepon beliau kembali.
Saya bicara dengan pastor rekan dan menyampaikan permintaan bapak itu dengan berbagai pertimbangan yang ada dalam benak saya.
Akhirnya, kami memutuskan bahwa lansia diperkenankan ikut perayaan ekaristi di gereja dengan catatan bahwa para lansia ini sehat dan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Selain itu, kami menganjurkan akan memilih jam misa pagi atau sore di mana pada jam-jam itu gereja tidak penuh.
Setelah perayaan ekaristi minggu pagi, bapak dan ibu itu menemui saya.
Dengan wajah yang berbinar beliau mengucapkan terimakasih karena boleh mengikuti perayaan ekarisiti.
Beliau mengatakan bahwa sepanjang ekaristi beliau bercucuran airmata, karena merasakan kasih Allah yang begitu besar.
Beliau merasakan bahwa kemurahan Tuhan begitu luar biasa, karena Tuhan mengabulkan permohonannya untuk bisa ikut perayaan ekaristi.
Kerinduan yang berbulan-bulan dipendamnya bahkan tampak tidak ada harapan untuk ikut ekaristi di gereja lagi.
Selama perayaan ekaristi beliau sungguh-sungguh mengalami kebesaran dan keagungan Tuhan.
“Romo, rasanya saya bisa memandang wajah Tuhan. Saya dan isteri sekarang merasa lega dan siap bila Tuhan memanggil kami, karena Tuhan telah memenuhi kerinduan kami,” bapak itu mengakhiri kisahnya.
Pengalaman iman yang luar biasa yang ditemukan dalam peristiwa yang menurut saya biasa.
Tetapi peristiwa itu menjadi peristiwa luar biasa karena ada kerinduan yang luar biasa. Kerinduan yang terpenuhi bagai mukjizat besar dalam hidupnya.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas: “Hari ini, kita telah menyaksikan hal-hal yang sangat menakjubkan.”