Tahu Berterimakasih

0
Ilustrasi - Tidak tahu diri dan berterimakasih. (Ist)

Puncta 15.11.23
Rabu Biasa XXXII
Lukas 17: 11-19

TERNYATA untuk bisa berterimakasih itu harus belajar dan ditanamkan sejak kecil. Orangtua kita sejak awal sudah membiasakan diri kepada anak-anaknya untuk bisa berterimakasih. Kalau diberi sesuatu oleh orang lain, anak-anak diajari untuk mengucapkan terimakasih.

Dalam kehidupan sehari-hari akan nampak anak yang diajar oleh orangtuanya dan yang tidak dibiasakan berterimakasih kepada orang lain.

Anak yang tahu berterimakasih akan menghargai apa yang diberikan orang lain. Sikap dan tindakannya penuh hormat dan ada semangat “tepa selira” terhadap sesama.

Orangtua bertugas menanamkan kepada anak-anaknya agar bisa menghargai orang lain. Di antaranya anak-anak diajari untuk mengucapkan “terimakasih, maaf, dan permisi.”

Jika anak bisa berterimakasih, dia akan menghargai dan menunjukkan sikap hormat pada sesama. Jika anak bisa minta maaf, dia belajar rendah hati dan mampu menyadari ketidak-sempurnaannya. Jika anak bisa minta izin atau permisi, anak akan belajar bertanggungjawab atas segala tindakannya.

Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta atas permintaan mereka. Setelah sembuh, ada satu yang kembali kepada Yesus dan mengucapkan syukur kepada Allah dan berterimakasih. Kebetulan orang yang datang itu adalah orang Samaria.

Dari peristiwa ini kita belajar betapa sulitnya kita bersyukur dan berterimakasih. Dari sepuluh orang yang sembuh, hanya ada satu yang melakukan itu. Yang lain melenggang dengan santainya. Tidak tahu berterimakasih.

Yang kedua, orang yang tahu berterimakasih itu ternyata orang Samaria, yang dianggap oleh kaum Farisi sebagai “orang asing.”

Kaum Samaria dianggap sebagai orang asing, orang sebelah atau kaum yang disingkirkan.

Disini mau ditekankan bahwa kebaikan itu ada di mana-mana, bahkan ada di dalam diri orang yang kita anggap berdosa.

Di dalam diri mereka, ada juga iman kepada Yesus. Nyatanya mereka juga disembuhkan. Jangan menganggap diri kita sebagai yang paling benar dan merasa paling suci sendiri.

Jangan memonopoli bahwa Yesus hanya milik kelompok tertentu saja. Yesus milik semua orang. Di dalam diri kelompok yang disebut “orang asing” itu, Yesus juga berkarya dan di dalam diri mereka juga ada iman. Seperti yang dikatakan Yesus, “Imanmu telah menyelamatkan engkau.”

Mari kita selalu bersyukur dan berterimakasih bahwa Tuhan mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan. Dengan berterimakasih, kita akan makin peka melihat karya-karya Tuhan bagi kita.

Minum teh bunga selasih,
Di perut rasanya perih.
Mari kita selalu berterimakasih,
Tuhan mengasihi tanpa pamrih.

Cawas. Ayo terus berterimakasih
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version