Puncta 24.09.22
Sabtu Biasa XXV
Lukas 9: 43b-45
LAGU berjudul Allah Peduli yang dilantunkan penyanyi cilik Nikita pernah menjadi lagu hit rohani yang sering dinyanyikan banyak orang.
Saya kutip sebagian syairnya.
Banyak perkara yang tak dapat kumengerti.
Mengapakah harus terjadi di dalam kehidupan ini.
Satu perkara yang kusimpan dalam hati.
Tiada sesuatu ‘kan terjadi tanpa Allah peduli.
Saya masih menyimpan satu perkara yang tidak mampu saya pahami. Pada waktu bapak sakit, bapak ingin bertemu dengan semua anak-anaknya.
Bapak ingin berkumpul dengan anak-anak. Tetapi karena kondisi pandemi covid-19, hal itu jelas tidak memungkinkan.
Kami memang sedang berkumpul di rumah untuk memperingati setahun ibu meninggal.
Yang di Palembang dan Lampung sudah pulang ke rumah. Semua berkumpul untuk berdoa di rumah. Hanya bapak yang tidak ada di tengah-tengah kami, karena sakit.
Minggu malam kami merayakan ekaristi untuk mengenang satu tahun ibu menghadap Tuhan. Kami juga berdoa bagi kesembuhan bapak.
Namun Senin pagi, sementara adik-adik bersiap-siap kembali ke Sumatera, berita mengejutkan kami terima dari Panti Rapih.
“Pakde, kakung dipundhut Gusti.”
Suara tangis adik di ujung telepon sana seperti petir menyambar di siang bolong.
Seperti ada ruang hampa dan gelap di relung hati yang tidak bisa dipahami. Saya diam dan berdoa di dalam hati, mengambil waktu untuk tenang dan menguasai keadaan.
Ada banyak pertanyaan yang tak mampu saya jawab. Mengapa begitu cepat bapak dipanggil Tuhan? Apa maksud bapak ingin mengumpulkan anak-anaknya? Mengapa harus dalam situasi seperti ini? Mengapa Tuhan membiarkan peristiwa ini terjadi?
Ada sejuta tanya yang hanya tersimpan dalam hati. Saya tidak mampu memahami semua yang sedang terjadi.
Ketidakmampuan untuk mengerti itu juga dialami para murid saat Yesus berkata, “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”
Mereka tidak mengerti arti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya.
Seperti Lagu Nikita di atas, “Banyak perkara yang tak dapat kumengerti, mengapakah harus terjadi di dalam kehidupan ini.”
Yesus berbicara tentang kematian-Nya, sengsara dan penderitaan-Nya di kelak kemudian hari, tetapi para murid tidak mampu menangkap artinya.
Para murid pasti berharap Yesus hidup dan berkuasa dalam kemuliaan. Para murid tidak berharap akan sengsara, menderita dan gagal.
Mereka tidak paham maksudnya Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.
Banyak hal dalam hidup ini, yang tidak bisa kita mengerti. Kita tidak mengerti rencana Tuhan. “Rencanamu bukanlah rencana-KU” sabda Tuhan.
Kita diajak untuk menyesuaikan rencana Tuhan dengan rencana kita, walau kadang tidak mudah.
Setidak-tidaknya kita tahu bahwa rencana Tuhan pasti yang paling baik bagi kita.
Ada gadis cantik penjual jamu,
Pakai kebaya berwarna abu-abu.
Walau aku tak mengerti rencana-Mu,
Namun aku tetap percaya kepada-Mu.
Cawas, indah rencana-Mu…..
Rm. A. Joko Purwanto, Pr