Home BERITA Tak Gampang Setia Berjubah Terus (1)

Tak Gampang Setia Berjubah Terus (1)

0
Ilustrasi: Nanti jadilah imam yang sukses dan bahagia. Beginilah model formatio yang diterapkan di Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang untuk para frater calon imam diosesan 10 Keuskupan di. Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang. (Dok. Sesawi.Net)

HIDUP sebagai religius tidak pernah terlepas dari tantangan. Hidup sebagai religius berarti hidup untuk berbagi  bersama orang lain. Misalnya, mampu membagi waktu tenaga, bakat, pelayanan, pengabdian, saling menghargai dan menghormati, saling menerima dan memperhatikan, saling memperkaya hidup, mengampuni dan mendoakan.

Hal demikian ini bukan berarti suatu tindakan yang merujuk pada ketidakmampuan seseorang dalam menjalani hidup sebagai kaum berjubah.

Tetapi hal ini adalah suatu cara bagaimana memaknai keberadaan hidup sebagai religius.

Hidup membiara berarti siap untuk hidup bersama orang lain dan menjadikan semua orang sebagai saudara. Terkadang hidup membiara dipandang sebagai salah satu hal yang mengiksa pribadi seseorang.

Proses panjang

Pandangan-pandangan seperti ini bukan menjadi hambatan, tetapi ini adalah sebuah proses belajar membagikan hidup kepada orang lain.

Bukan saja demikian tetapi hidup membiara dapat diartikan sebagai suatu proses bagi setiap pribadi untuk beradaptasi dengan semua orang dalam biara.

Hidup membiara adalah hal yang menarik, karena di dalamnya terbentuklah sebuah kelompok dengan memiliki latar belakang yang berbeda serta karakter yang berbeda pula.

Maka dalam biara akan dibentuk pribadi-pribadi yang berbeda itu menjadi satu pribadi. Yakni, saling menerima, mencintai, dan saling terbuka antara satu dengan yang lain.

Hidup membiara tidak pernah terlepas dari tantangan dan kesulitan.

Hidup sebagai religius berarti siap untuk menghadapi banyak masalah dan kesulitan. Kehadiran setiap masalah dalam biara mengajarkan tentang sikap tanggungjawab.

Makna hidup membiara

Makna kehidupan membiara adala sebuah tindakan atau persembahan diri seseorang pada Tuhan.

Hidup membiara merupakan sebuah pilihan yang bebas dan tanpa paksaan dari setiap individu untuk membaktikan hidupnya pada Tuhan.

Biara juga merupakan sebuah tempat yang dikhususkan bagi segenap anggota yakni laki-laki yang disebut sebagai biarawan dan perempuan yang disebut sebagai biarawati.

Kaum biarawan juga merupakan pribadi-pribadi yang dipanggil khusus untuk membaktikan hidup demi Injil Kristus dan gereja-Nya, sebagai mempelai-Nya.

Kaum biarawan juga mampu memandang ketidakberesan dalam gereja, serta berani mewartakan kebenaran, demi iman, dan demi kerajaan Allah.

Ketika seseorang menjalani panggilan hidupnya sebagai kaum biarawan-biarawati pastilah ia mempunyai motivasi dan juga dorongan yang kuat dalam dirinya untuk membaktikan seluruh hidupnya hanya pada Tuhan.

Biara juga merupakan tempat berkumpulnya orang-orang atas nama Tuhan, memuji Tuhan, penuh persaudaraan, harta mereka dikumpulkan untuk kepentingan bersama.

Biara religius juga dicita-citakan sekaligus diyakini sebagai kumpulan-kumpulan orang-orang pilihan Tuhan, yang dipilih untuk mengikuti-Nya secara khusus dan lebih dekat.

Namun tidak semua orang dipilih dan dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi murid-Nya. Tetapi Tuhan memanggil orang yang benar-benar mengosongkan diri secara utuh.

Hidup sebagai seorang biarawan hanya untuk memberikan kesaksian tentang Kerajaan Surga.

Tidak mudah

Tentu saja memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah tidak mudah. Kehidupan para kaum berjubah saat ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan suatu tanggungjawab sebagai agen perubahan, sebagai teladan, dan pembela iman dan kebenaran.

Selain mewartakan Kerajaan Allah, ada pula tujuan lain yakni berusaha mengejar kehidupan yang membahagiakan dalam iman kepada Tuhan. 

Hidup membiara biasanya memiliki suatu sikap penghayatan akan kebahagiaan karena memiliki satun kesatuan dengan gereja.

Hidup membiara adalah sebuah tindakan persembahan diri yang bebas dan total kepada Allah, melalui kaul-kaul yang ditetapkan oleh Gereja dalam kehidupan membiara.

Maka seorang religius perlu untuk menghayati arti dan kaul-kaul dalam kehidupan membiara yang sangat penting dan bermakna.

Tentu saja untuk menghayati kaul-kaul itu tidak mudah. Menaati aturan atau kaul-kaul itu terkadang menjadikan pribadi seseorang menjadi malas dan merasa krisis dalam hidup membiara.

Seseorang merasa malas dan krisis karena memiliki pemahaman dan pandangan bahwa kaul-kaul itu hanya sebagai sebuah hukuman yang tidak membebaskan.

Maka hidup membiara itu perlu dipahami dan harus dimengerti dengan baik, bahwa hidup dalam biara itu adalah sebuah perziarahan iman yang membahagiakan dan hanya mengarahkan hati yang khusus kepada Allah. (Berlanjut)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version