Home BERITA Tak Selamanya Mendung itu Kelabu

Tak Selamanya Mendung itu Kelabu

0

Bacaan 1: Yes 8:23b – 9:3
Bacaan 2: 1Kor 1:10-13. 17
Injil: Mat 4:12-23

Di tahun medio tujuh puluhan sebuah lagu berjudul “Kidung” yang dibawakan oleh almarhum Chrisye begitu fenomenal. Orang-orang yang saat itu usia remaja pasti mengenalnya. Sebuah lagu yang menjadi tonggak transisi musik pop Indonesia.

“Tak selamanya mendung itu kelabu, nyatanya hari ini kulihat begitu ceria…”

Namun kita tidak akan mengulas lagu tesebut. Kita merenungkan perikop yang ditulis oleh Nabi Yesaya yang kemudian tergenapi oleh Tuhan Yesus Kristus. Nabi menubuatkan akan datangnya seorang pembebas yang membawa umat-Nya menuju sukacita, damai abadi, yaitu Sang Mesias Tuhan Yesus Kristus.

“Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain.

Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.

Zebulon dan Naftali pernah tergabung bersama kesepuluh suku Israel yang menyimpang, sehingga membuatnya direndahkan oleh Tuhan.

Nubuat itu terpenuhi saat Tuhan Yesus memulai karyanya di Galilea, sekaligus Ia mulai memanggil murid-murid pertamanya yaitu Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes. Mereka dipanggil dan diutus untuk mewartakan.

“Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”

Kelak, pemanggilan kedua belas rasul itu menjadi simbol pemulihan dua belas suku Israel yang pernah tercerai-berai. Pemulihan dan pembebasan seperti yang dinubuatkan Nabi Yesaya.

Bangsa Israel diutus menjadi “terang” bagi bangsa-bangsa lain yang belum mengenal Allah. Tentang hal ini, Rasul Paulus juga menggenapi pengutusan itu.

“Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.”

Pesan hari ini

Kita telah ditebus dari kegelapan dan masuk dalam terang-Nya.

Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang melanjutkan pengutusan para rasul-Nya.

“Kalau kamu pernah merasakan hujan saat langit tidak mendung, berarti kamu tahu rasanya air mata turun saat bibir tersenyum.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version