Home BERITA Takut dan Harap-harap Cemas Jalani Kemoterapi Obati Kanker Getah Bening (2)

Takut dan Harap-harap Cemas Jalani Kemoterapi Obati Kanker Getah Bening (2)

0
Rektor pertama Seminari Tinggi OMI di Condong Catur, Sleman, DIY adalah Romo Yohanes Kevin Kasey OMI (alm.). Romo Kevin Casey OMI tampak bersama para frater OMI penghuni seminari angkatan pertama di tahun 1982. Trias Diw Nugroho di sisi kanan. (Dok. Liem Tjay)

KEPADA Pastor Liem Tjai, Trias Dwi Nugroho alias Dinuk ini pun lalu berkisah tentang “suka-dukanya” dia mengalami pertama kalinya tindakan medis kemoterapi.

“Bicara tentang kanker getah bening, teman saya Kunmartiyanto dengan runtut pernah menceritakan pengalamanya sendiri saat dikemoterapi. Kisah lengkap sekali dengan segala aspek suka dukanya. Saya pun lalu merasa dikuatkan.

Selain itu, saya juga mendapat gambaran dan informasi dari Romo Ig. Yulianto OMI, staf tim pembina Seminari Tinggi OMI Condongcatur.”

“Setiap hari,” kata Trias kepada penulis, “Romo Yulianto OMI selalu setia mengunjungi saya. Juga senang bercerita tentang pengalaman terserang kanker getah bening sejak tahun 1993,” Trias mengawali kisahnya.

Sejak tahun 1993

Romo Ig. Yulianto OMI mulai mengidap terserang kanker getah bening tahun 1993, ketika imam Tarekat Oblat Maria Imakulata ini masih bertugas di Stasi Sidareja Paroki Cilacap.

Selama 29 tahun lamanya, Romo Yulianto OMI telah serius berjuang “menjinakkan” sakit kanker getah bening.

Ia melakukan itu dengan semangat kerelaan, mesti menjalani proses kemoterapi sampai mengalai semua rambutnya rontok. Bahkan, sampai harus menjalani operasi pencangkokan tulang belakang.

Kini, Romo Yulianto OMI masih tetap eksis dan selalu setia mendampingi para calon Frater OMI di Seminari OMI Wisma de Mazenod. Sambil tetap terus tekun menjalani proses penyembuhan dengan aneka perawatan sampai sekarang.

Pertanyaan mendasar

Trias dengan nada lirih sempat curhat demikian.

”Saya sudah memperoleh gambaran di dalam benak saya: bagaimana nanti harus dikemoterapi. Yeah… amat penting bagi saya mulai membangun mental keberanian untuk menjalani kemoterapi.

Namun, di balik kisah Kunmartiyanto dan Romo Yulianto OMI yang sudah menjalani dan melewati masa kritis, secara jujur timbul dalam nurani saya pertanyaan mendasar di hati saya.

  • Apakah saya makin mantap? Makin tenang?
  • Atau malah membuat saya makin berpikir, berpikir…. malah menjadi beban pikiran?”

Demikian isi hati Trias “Dinuk” Dwi Nugroho, alumnus Seminari Mertoyudan angkatan tahun masuk 1978, hari-hari akhir menjelang waktunya tiba untuk kemoterapi pertama kali. (Berlanjut)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version