Talk Less, Do More

0
Ilustrasi - Ngobrol sambil minum kopi dan main HP. (Ist)

Selasa, 9 Januari 2024.

  • 1Sam. 1:9-20.
  • MT 1Sam. 2:1,4-5,6-7,8abcd;
  • Mrk. 1:21b-28.

SEBUAH kutipan berbunyi “Talk less, do more” mengurangi bicara dengan lebih banyak berbuat sesuatu ternyata sangat efektif dalam mengembangkan diri sebagai pribadi yang dewasa.

Tidak sedikit orang yang melakukan pekerjaan baik tanpa banyak bicara dan tidak perlu membicarakan apa yang dia kerjakan.

Kebajikan itu tidak perlu diviralkan, karena tindakan baik itu sebuah persembahan bagi kehidupan bersama.

“Saya tidak ada pilihan kecuali mengambil cucuku dari ayahnya,” kata seorang ibu. “Sejak ibunya meninggal, cucuku tinggal bersama ayahnya namun dia tidak bertanggungjawab,” lanjutnya.

“Orangnya pandai bicara, namun pemalas dan cucuku sering terlantar, tidak diurus sekolahnya; bahkan kehidupan sehari-harinya,” ujarnya.

“Ketika saya ke rumahnya, cucuku kurus dan sakit, serta sudah tidak pernah sekolah,” sambungnya. “Saya sangat kaget lihat kondisi cucuku dan kemudian aku bawa dia ke rumah sakit,” katanya

“Waktu itu adalah saat terakhir aku lihat menantuku, karena kemudian dia pergi dan tidak bisa aku hubungi lagi,” tegasnya. “Kini aku rawat dan bimbing cucuku. Aku tidak punya pilihan kecuali mencintainya dengan sepenuh hati,” sambungnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.”

Ketika para ahli Taurat mengajar hanya dengan mengunakan kata-kata, Yesus tampil mengajar dengan kata-kata bermakna dan tindakan yang menyelamatkan. Yesus mengajar dengan kata-kata yang penuh dengan kuasa yang dapat menyembuhkan banyak orang

Apa yang diajarkan Yesus bukan perkataan yang hampa, melainkan suatu sabda penuh kuasa mengenai kekuatan Allah yang menyelamatkan umat-Nya.

Dalam diri Yesus terungkap kuasa dan kekudusan Allah sendiri. Pengajaran dan tindakan Yesus menampakkan keilahian Allah.

Saat ini banyak orang yang menyangka bahwa menjadi seorang Kristen itu adalah cukup dengan melakukan kewajiban berdoa kepada Tuhan dan memberikan kewajiban administrasi lainnya. Yang penting urusan ke-gereja-anku ”beres”. Tuhan tidak suka pada orang yang demikian.

Tuhan menghendaki agar kita perduli kepada orang lain serta mengungkapkan iman itu dalam perbuatan konkret. Keberimanan kita ditampakkan dengan mau membantu orang yang berkekurangan.

Dalam hal ini, kita telah menampakkan Kristus di hati banyak orang dan orang pun akan mengakui kita sebagai pengikut Kristus; sehingga Kristus semakin dimuliakan.

Talk less do more, inilah yang mestinya menjadi semboyan para pengikut Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Bukan bicara banyak kurang bekerja.

Bagaimana dengan diriku? Apakah aku kurang bicara banyak kerja atau sebaliknya?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version