SEMARANG – Ini menandai penutupan Bulan Mei sebagai Bulan Maria (Selasa, 31/5) yang juga bertepatan dengan Pesta St. Perawan Maria mengunjungi Elizabeth, di Gereja St. Yakobus Zebedeus Paroki Kristus Raja Ungaran yang berada di Pudak Payung. Karenanya dilaksanakan Perayaan Ekaristi, Adorasi-Prosesi Sakramen Mahakudus dan pemberkatan “Taman Gardu Doa”.
Perayaan Ekaristi dipersembahkan oleh Rama Aloys Budi Purnomo Pr sebagai pastor rekan Paroki Ungaran yang merangkap Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang. Perayaan Ekaristi ini disemarakkan oleh Paduan Suara “Rewovoice”, suatu kelompok komunitas dadakan spontan sejak adanya Kapel Adorasi Ekaristi Abadi di Pudak Payung.
Mereka menyebut diri tim “rewo-rewo” yang siap untuk membantu pelayanan bagi umat. Itu sudah dibuktikan dengan antusiasme mereka untuk selalu bekerja bakti membersihkan sisa-sisa material pembangunan Kapel Adorasi Abadi dan Gardu Doa Maria di Pudak Payung serta dalam berbagai aktivitas lain yang membutuhkan tenaga fisik.
Mereka juga bergabung dalam “motor touring” ke Baturetno dan sekitarnya pada tanggal 7-8 Mei 2016 yang lalu.
Dalam rangka pemberkatan “Taman Gardu Doa” Pudak Payung ternyata mereka juga penuh semangat berlatih menyanyi untuk bertugas. Maka diberilah nama Paduan Suara “Rewovoice” yang terbuka bagi siapa saja yang mau bekerja sama dan bersaudara.
“Taman Gardu Doa”
Taman yang diberkati ini disebut “Taman Gardu Doa”. Ini erdiri dari tiga unsur. Pertama, Kapel Adorasi Ekaristi Abadi St. Faustina. Kedua, Gardu Doa Maria. Ketiga, Sumur Yakub. Ketiga unsur tersebut berpadu dalam satu kompleks “Taman Gardu Doa” Pudak Payung. Lokasinya terletak di Jl. Setuk Raya RT.03/RW.04 Pudak Payung Semarang, persis di belakang Gereja St. Yakobus Zebedeus Pudak Payung.
Disebut “Taman Gardu Doa” sebab di situlah sejak tanggal 30 April 2016 pukul 18.00 WIB dimulai gerakan jaga bakti dalam doa Adorasi Ekaristi Abadi di Kapel Adorasi Ekaristi St. Faustina, tepat di belakang Gereja St. Yakobus Zebedeus Pudak Payung yang masuk dalam teritorial Paroki Kristus Raja Ungaran. Di Kapel Adorasi Ekaristi Abadi itulah umat berdoa secara bergantian dalam semangat jaga bakti di hadirat Tuhan Yesus Kristus dalam Sakramen Mahakudus selama 24 jam setiap hari. Untuk itu memang dibutuhkan semangat kerja sama, kerukunan, keakraban dan persaudaraan sehingga bisa saling mengisi secara bergantian untuk berjaga bakti dan berdoa di hadirat Tuhan.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata “gardu” berarti “bangunan kecil tempat penjagaan”. Maka sering kita mendengar ungkapan “gardu jaga” yang maknanya adalah ruang untuk berjaga bersama dalam suasana penuh kerukunan, keakraban dan persaudaraan. Semangat itulah yang hendak dibangun melalui “Taman Gardu Doa” Pudak Payung, yakni hidup bersama yang rukun, akrab, kerja sama, penuh persaudaraan dan terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat, bersumber dari tiga unsur pokok, yakni Adorasi Ekaristi Abadi, Gardu Doa Maria dan Sumur Yakub.
Gardu Doa Maria
Gardu Doa Maria merupakan bangunan kecil tempat Patung Bunda Maria ditahtakan. Patung Bunda Maria terbuat dari batu alam paras putih dengan berat kurang lebih 300 kg setinggi 170 cm. Patung ini dipersembahkan dan dikerjakan oleh keluarga besar Y. Suyadi-Ch Supriyati dan St. Bernadi Angkoso; dibantu oleh Yasmudi, Aspandi, Agus dan Hadi. Mereka adalah para seniman pahat batu dari Muntilan. Patung dikerjakan kurang lebih tiga pekan saja atas inisiatif Suryo, Pamong Lingkungan Immaculata, salah satu Lingkungan dari Pudak Payung. Gardu yang menjadi tempat pentahtaan Bunda Maria dikerjakan oleh Anton dan Tim Rewo, menurut gambar yang dipersiapkan Seniman Gedongsongo Ungaran, Krisna dan Sutikno.
Patung Maria pada Gardu Doa Maria tersebut menampilkan Bunda Maria yang dengan tangan menyembah, menyambut siapa saja yang datang ke Taman Gardu Doa dengan senyum yang ramah, manis-lembut penuh kerahiman seorang Ibu. Yang disembah adalah Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Senyum ramah, manis-lembut penuh kerahiman seorang Ibu menandakan ajakan kepada siapa saja yang datang ke Taman Gardu Doa untuk masuk ke Kapel Adorasi Ekaristi Abadi bersembah sujud di hadirat Yesus Kristus dalam Sakramen Mahakudus. Maka posisi antara Gardu Doa Maria dan Kapel Adorasi Ekaristi Abadi dibuat sedemikian rupa berhadapan sedikit menyamping. Bunda Maria menyambut ramah dan mempersilahkan siapa saja yang datang untuk berjaga bakti bersembah sujud di hadirat Kristus.
Di bawah Bunda Maria terdapat kolam kecil berisi ikan-ikan yang secara teologis menggambarkan panggilan para murid Kristus untuk menghadirkan semangat Kristus dalam kehidupan. Dalam sejarah Gereja Katolik diyakini, bahwa ikan melambangkan Kristus.
Dalam bahasa Yunani, kata ikan diterjemahkan dari kata ICHTHYS. Dalam perjalanan tradisi dan sejarah Gereja Katolik, ikan juga menggambarkan kehadiran Yesus, sebab kata Yunani ΙΧΘΥΣ (ICHTYS [: ichtus]) ternyata menjadi akronim dari Iesous Christos, Theou Yios, Soter, yang artinya, Yesus Kristus Putera Allah Penyelamat. Maka, kata ikan mengingatkan kita pertama-tama kepada Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah Penyelamat dan panggilan untuk menghadirkan Kristus dalam kehidupan.
Gardu Adorasi Ekaristi Abadi
Kita menyambut Yesus Kristus, Putra Allah, Penyelamat setiap kali merayakan Ekaristi dan menyembah Dia dalam Adorasi. Gereja St. Yakobus Zebedeus Pudak Payung selama ini dan sampai hari ini menjadi bagian dari Paroki Kristus Raja Ungaran. Di Gereja inilah, Umat yang terdiri dari sepuluh Lingkungan dari dua Wilayah dengan jumlah sekitar 1.500-an jiwa itu seminggu sekali menimba kekuatan iman dari Ekaristi Mingguan.
Ternyata, mereka memiliki semangat dan antusiasme yang hebat saat mendengarkan sharing dan homili yang saya sampaikan dalam suatu Ibadat dan Perayaan Ekaristi pada Jumat Agung dan Minggu Paskah 2016 tentang Adorasi Ekaristi Abadi, sehingga homili tersebut menginspirasi mereka untuk dengan penuh semangat bergerak membangun kerja sama dalam semangat persaudaraan demi terwujudnya gerakan Adorasi Ekaristi Abadi di Pudak Payung.
Hanya dalam waktu satu bulan, dibangunlah Kapel Adorasi Ekaristi Abadi atau lebih tepatnya “Gardu Adorasi Ekaristi Abadi”. Bangunan yang kecil, manis, sejuk, tempat Sakramen Mahakudus ditahtakan selama 24 jam memberi kesempatan bagi umat untuk datang dan bersembah sujud di hadirat Kristus dalam Sakramen Mahakudus. Seperti gardu jaga, ruangan itu memberi kesempatan kepada umat untuk berjaga bakti dalam doa di hadirat Kristus yang hadir dalam Roti Ekaristi, Sakramen Mahakudus.
Gardu Adorasi Ekaristi Abadi itu sendiri sudah diresmikan, diberkati dan dipergunakan sejak tanggal 30 April 2016 pada pukul 18.00 WIB diawali dengan Perayaan Ekaristi di Gereja Pudak Payung dan dilaksanakan Adorasi-Prosesi Sakramen Mahakudus dari altar Gereja Pudak Payung menuju altar Kapel Adorasi Ekaristi Abadi Pudak Payung. Di situlah Gardu Adorasi Ekaristi Abadi dimulai.
Dalam semangat kerja sama, keakraban, kerukunan dan persaudaraan, umat saling mengisi waktu demi waktu untuk berjaga bakti di hadapan Sakramen Mahakudus. Mereka secara bergantian dalam semangat kerja sama, kerukunan, keakraban dan persaudaraan saling mempersembahkan doa di hadapan Tuhan Yesus Kristus dalam Sakramen Mahakudus, mulai dari anak-anak, remaja, orang muda, dan dewasa. Suatu gerakan yang indah dan persembahan hidup untuk kian tinggal dalam Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Penyelamat yang menjadi sumber kehidupan kita, umat beriman.
Biasanya, memang hanya dengan semangat kerja sama, kerukunan, keguyuban dan persaudaraanlah maka gerakan Adorasi Ekaristi Abadi di suatu tempat atau paroki atau komunitas dapat diwujudkan. Tanpa adanya semangat kerja sama yang baik, hidup umat yang rukun, guyub, dan bersaudara, biasanya sulit pula diwujudkan gerakan Adorasi Ekaristi Abadi di suatu tempat atau paroki atau komunitas.
Itu prasyarat sosial-relasional di antara umat untuk bisa terwujudnya gerakan Adorasi Ekaristi Abadi. Prasyarat lain adalah iman yang cerdas, tangguh, mendalam-misioner menanggalkan egoisme demi kasih akan Kristus, Gereja dan sesama – termasuk pula semesta alam. Dengan iman, kasih dan harapan itulah umat tinggal dalam Kristus melalui Adorasi Ekaristi Abadi seturut kehendak-Nya sendiri.
Sumur Yakub
Taman Gardu Doa Pudak Payung juga ditandai oleh keberadaan sumur timba. Sumur ini merupakan sumur lama yang sudah ada seiring dengan adanya Gereja St. Yakobus Zabedeus Pudak Payung. Namun, sumur itu tidak terawat dengan baik, mengingat juga sudah tidak difungsikan dalam keseharian. Semula, ada pemikiran untuk menimbun sumur tersebut. Namun secara spontan saya mengatakan, “Jangan! Justru harus difungsikan lagi! Itu akan menjadi semacam Sumur Yakub bagi kita yang membawa kita pada perjumpaan dengan Tuhan Yesus Kristus!” Syukurlah bahwa usulan saya tersebut diterima.
Tentang Sumur Yakub, St. Yohanes menyebutnya dalam kisah perjumpaan dan percakapan Yesus dengan perempuan Samaria. Sumur Yakub berada di sebuah kota bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan kepada Yakub dahulu kepada anaknya (terkasih), Yusuf. Di situlah terdapat Sumur Yakub. Dikisahkan, ketika Yesus berjumpa dan bercakap-cakap dengan seorang perempuan Samaria, kala itu, Yesus sedang sangat letih oleh perjalanan. Karena itu, Ia duduk di pinggir sumur itu.
Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Pada saat itulah terjadilah percakapan mendalam antara Yesus dan perempuan Samaria itu. Meski percakapan diawali oleh Yesus yang berkata kepada perempuan itu, “Berilah Aku minum!” namun pada akhirnya, dalam perjumpaan dan percakapan itulah, Yesuslah yang justru mewahyukan Diri-Nya sebagai Air Kehidupan.
Yesus bersabda, “Barangsiapa minum dari air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” (lihat Yohanes 4:13-14). Sabda ini persis sama dengan sabda-Nya, “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” (Yohanes 7:37-38).
Berdasarkan sabda itu, maka, sangat cocoklah, bahwa di Taman Gardu Doa terdapat Kapel Adorasi Ekaristi Abadi dan Sumur Yakub. Keduanya dihubungkan dalam iman akan Tuhan Yesus Kristus yang menjadi Sumber (Air) Kehidupan yang memberikan kelegaan dan kesegaran kepada siapa pun yang datang kepadanya. Di dekat Sumur Yakub, Yesus Kristus mewahyukan Diri-Nya sebagai Sumber Kesegaran Hidup Abadi. Di Kapel Adorasi Ekaristi, Yesus Kristus hadir menjadi Sumber Kehidupan Abadi. Bunda Maria, Sang Bunda Kerahiman, menghantar dan menyertai kita dalam perjumpaan dengan Tuhan Yesus Kristus, yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, yang kita sambut dan sembah dalam Ekaristi dan Adorasi Abadi.
Semangat Berbagi
Taman Gardu Doa dengan tiga nuansa: Kapel Adorasi Ekaristi Abadi, Gardu Doa Maria, dan Sumur Yakub diharapkan kian membuat umat dan siapa saja yang datang berdoa memiliki semangat berkobar untuk berbagi berkat bagi sesama umat dan masyarakat. Dalam Injil kita berjumpa dengan pengalaman iman saat Yesus memberkati lima roti dan dua ikan. Peristiwa itu membawa kita pada pengalaman akan Yesus Kristus sebagai sumber kehidupan kita yang kita sambut dalam Perayaan Ekaristi dan kita sembah dalam Adorasi Ekaristi.
Maka, ikan-ikan yang berenang dalam semangat harmoni dan rukun di Gardu Doa Maria bolehlah menginspirasi siapa saja yang datang ke Taman Gardu Doa ini untuk mengembangkan semangat berbagi dalam sikap rukun dan harmoni menuju persaudaraan sejati. Pengalaman personal dalam sembah sujud di Gardu Adorasi Ekaristi Abadi pun diharapkan kian membuat siapa saja yang datang berdoa di situ memiliki kepekaan untuk berbagi berkat bagi sesama dan semesta.
Dengan demikian, gerakan Adorasi Ekaristi Abadi bukanlah merupakan sekadar memupuk kesalehan pribadi, melainkan juga mengembangkan kesalehan sosial. Bersama Kristus, Sang Roti Hidup, kita membiarkan diri diutus dengan diberkati, dipecah-pecah dan dibagikan kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan kita. Kita pun boleh belajar dari seorang anak yang mempersembahkan lima roti dan dua ikan. Tuhan sendirilah ayang akan menyempurnakan persembahan, kerelaan, kerjasama, dan persaudaraan kita melalui Adorasi Ekaristi Abadi demi kemuliaan-Nya.
Dengan Adorasi Ekaristi Abadi, kita mempersembahkan doa-doa kita laksana anak kecil yang mempersembakan lima roti dan dua ikan agar digandakan Tuhan menjadi berkat bagi umat dan masyarakat. Adorasi Ekaristi Abadi bukan laknat, melainkan berkat bagi umat dan masyarakat dari kontemplasi mendalam di hadirat Tuhan! Di sinilah, kalimat-kalimat bijak Paus Fransiskus mendapatkan kebenaran, dan saya tidak bosan untuk mengulanginya dengan penuh syukur.
“Tanpa saat adorasi yang panjang, perjumpaan penuh doa dengan sabda, percakapan yang tulus dengan Tuhan, kerja kita mudah sekali menjadi tak bermakna; kita kehilangan energi akibat kelelahhan dan kesulitan, dan semangat kita memudar. Gereja membutuhkan kedalaman nafas doa, dan merupakan sesuatu yang menggembirakan bagi saya ada kelompok-kelompok yang membaktikan diri secara khusus dengan doa dan permohonan, pembacaan penuh doa akan sabda Allah dan Adorasi Ekaristi Abadi yang berkembang di setiap tingkat kehidupan menggereja” (Evangelii Gaudium 262).
Doa-doa yang kita persembahkan bersama Bunda Maria dari gerakan Adorasi Ekaristi Abadi pun bersifat misioner dengan sendirinya, saat kita membawa seluruh isi dunia ini, sesama dan semesta, umat dan masyarakat, dengan segala kebutuhan dan persolannya, rasa sakit dan deritanya, air mata dan kepedihan hati, juga syukur dan kegembiraan, sukacita dan pengharapan, ke hadirat Tuhan. Itulah semangat berbagi kita perpanjangan dari semangat berbagi dalam mujizat lima roti dan dua ikan.
Dengan demikian, gerakan berbagi lima roti dan dua ikan dapat pula kita ungkapkan dalam Ekaristi yang kita rayakan dan Adorasi Ekaristi Abadi yang kita selenggarakan lalu kita wujudkan dalam tindakan berbagi, dalam semangat misioner, membangun persaudaraan sejati dengan semua orang. Di situlah sekali lagi kita tinggal dalam Kristus dan berbuah berlimpah dalam kehidupan bersama.