DI taman rumahku ada beberapa tanaman: delima, kelor, srikaya, anggrek dan kemuning. Ditambah dengan gerimis pagi ini, panorama harmoni ini menjadi sempurna.
Sering kali saya menikmatinya di sore atau pagi ketika sinar matahari mulai menghangatkan rumput dan dedaunan.
Saya sering mengamati kemuning karena persis di depan teras. Saat ini lagi berbunga. Baunya wangi sampai ke garasi. Ibu-ibu tukang sapu sangat senang membauinya, atau pembantu, atau siapa saja yang lewat. Ia tidak membagi wanginya hanya untuk orang-orang tertentu.
Ada kalanya bunga-bunganya jatuh, dimakan tanah menjadi humus untuk kembali menyuburkan dirinya sendiri. Bunga tidak protes ketika angin menjatuhkannya atau ketika kumbang menghisapnya karena ia tahu peran dan kodratnya untuk saling menghidupi. Semesta telah mengaturnya.
Kemuning tidak ingin menjadi srikaya di sampingnya yang berbuah sangat manis. Ia bangga menjadi dirinya sendiri. Hanya manusia yang selalu ingin menjadi seperti orang lain.
Saya sering membayangkan seandainya delima, ulat, kupu-kupu, serangga, sinar mentari tidak menjalankan peran atau panggillan kodratnya masing-masing, maka harmonisasi itu akan hancur dan chaos.
Mata yang melihat di balik keindahan surgawi itu juga akan kehilangan.
Selamat mencecap nikmatNya.