Home BERITA Tanah

Tanah

0
Cinta tanahair dan Gereja diwujudkan oleh Kelompok Bapak Katolik (KBK) dan Pembinaan Mental Kodam XII/Merdeka. (Dok. Bintal Kodam XII/Mdk)

TANAH itu penting bagi manusia. Manusia bisa hidup antara lain berkat tanah. Hampir semua yang disantap manusia terkait dengan tanah. Lebih dari itu, manusia berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah.

Demikian beberapa agama menanggapi berita kematian.

Fungsi tanah antara lain untuk ditanami. Seperti halnya tanah itu bermacam-macam kondisi dan kualitasnya, demikian pula manusia yang adalah tanah. Ada yang berbatu-batu, bersemak-duri dan ada pula yang gembur-subur.

Masing-masing menghasilkan buah yang berbeda tatkala ditanami. Tanah pegunungan kapur menghasilkan kayu jati yang berkualitas, misalnya.

Paling enak itu hidup di daerah yang tanahnya subur. Hidup demikian patut disyukuri. Itulah julukan negeri tercinta ini. Saking suburnya dipredikati zamrud katulistiwa. Negeri yang subur-makmur, “titi-tata-tentrem, karta-raharja, gemah-ripah loh-jinawi”.

Betapa banyak orang iri dan sekaligus ingin menikmati kekayaan ibu pertiwi. Jangan heran, bahwa dalam masa kampanye ini tampak banyak pihak (kelompok dan negara) berusaha merebut posisi untuk dapat menguasai kekayaan itu.

Berkat melimpah atas negeri ini bagaikan benih yang Tuhan taburkan di tanah, yakni warga negara Indonesia. Ketika rakyat Indonesia menjadi tanah subur yang dijiwai dengan pemikiran, perkataan dan tindakan yang mulia, baik, benar dan luhur, mereka menjadi tanah subur yang membuat tanah negeri ini teratur, subur, sejahtera dan makmur.

Sebaliknya, tatkala manusia Indonesia itu suka bertengkar karena berhati dan pikiran jahat, niscaya negeri ini akan membuahkan laknat berlipat-lipat.

Tuhan, sang pemberi negeri subur ini, memercayakan tanahair yang kaya dan indah ini kepada bangsa Indonesia bagai tanah yang ditaburi-Nya dengan benih dan berkat.

Apakah keduanya menemukan tanah subur atau hati yang berbatu-batu?

“The soil is the great connector of lives, the source and destination of all. It is the healer and restorer and resurrector, by which disease passes into health, age into youth, death into life. Without proper care for it we can have no community, because without proper care for it we can have no life.” (Wendell Berry)

Malang, 30 Januari 2019

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version