Rabu, 9 Maret 2022
- Yun. 3:1-10.
- Mzm: 51:3-4.12-13.18-19.
- Luk 11:29-32
MANUSIA yang benar bukan berarti dia tidak pernah mengalami kesalahan dan perbuatan dosa.
Setiap manusia mempunyai kelemahan dan kekurangan yang menyebabkan dosa.
Maka, manusia yang benar adalah manusia yang mengalami pertobatan.
Dia tidak anti salah, dia tidak anti dosa, tetapi dia mau kembali kepada jalan yang benar, ketika mengalami dosa.
“Ketika tidak ada orang lain yang berani mengkritik kita, mengkritisi sikap kita, hati-hatilah karena pintu kejatuhan sangat terbuka untukmu,” kata seorang bapak kepada anaknya.
“Sehebat apa pun hidup kita, jangan pernah merasa sempurna,” lanjut bapak itu.
“Rasanya semuanya berjalan baik dan semua orang senang dengan apa yang saya buat,” sahut anaknya.
“Apakah benar mereka senang dan melihat kamu baik-baik saja atau mereka takut dan kemudian tidak peduli lagi dengan apa yang kamu lakukan?” kata bapaknya.
“Bagi orang-orang yang ada di bawah otoritasmu, sikap diam kadang menjadi cara aman mereka dalam menyikapi kesalahanmu meski di balik itu ada banyak kisah negatif terhadapmu,” kata bapak itu lagi
“Sikap diam dan acuh bisa menjadi tanda yang mesti dengan rendah hati kamu baca dengan teliti dan penuh kasih,” lanjut bapaknya.
“Saya tidak anti kritik, tetapi saya paling tidak suka jika ada orang yang membicarakan kelemahan saya dari belakang secara sembunyi-sembunyi,” sahut anaknya.
“Bicara dari tempat sembunyi itu terjadi, karena mereka tidak bisa bicara di ruang terbuka dengan aman tanpa kekuatiran dan ketakutan,” jawab bapaknya.
“Pahami situasi ini dengan rendah hati, karena hanya dalam kerendahan hati kamu bisa membaca tanda yang mengisahkan narasi dalam sunyi tanpa kata-kata,” lanjut bapak itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian:
“Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya.
Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus.”
Yunus menjadi tanda bagi orang Niniwe dan mereka bertobat, maka Yesus menjadi tanda bagi angkatan orang Israel pada masa Yesus, tetapi mereka tidak bertobat, walaupun Yesus sebagai tanda lebih besar daripada Yunus.
Inilah dua tipe manusia: orang Niniwe yang penurut dan mau bertobat, dan orang Israel yang tidak mau bertobat.
Selalu ada tanda bagi kita untuk bertobat.
Pangkal dari sikap tidak bertobat adalah kesombongan, tidak rendah hati.
Pertobatan menunjukkan kejujuran pada diri dan kerendahan hati, serta mau menjadi lebih baik dan lebih besar dalam terang sabda Allah.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sungguh-sungguh menjadi pribadi yang bersikap jujur dan rendah hati, sehingga mau bertobat?