Senin, 14 Oktober 2024
Gal. 4:22-24.26-27.31-5:1.
Mzm. 113:1-2.3-4.5a.6-7.
Luk. 11:29-32
DALAM kehidupan kita, sering kali kita hanya mencari apa yang sesuai dengan keinginan kita, bukan apa yang benar dan baik.
Banyak dari kita sering mencari tanda dalam hidup ini, apakah itu sebuah keajaiban, jawaban doa, atau petunjuk yang jelas.
Apa itu tanda?
Tanda adalah sesuatu yang kelihatan dan menunjukkan maksud atau tujuan yang tak kelihatan. Barangsiapa peka dan memahami perintah yang terselubung dari tanda-tanda tersebut, maka ia akan selamat.
Namun, Yesus mengingatkan kita bahwa iman sejati tidak bergantung pada tanda-tanda yang terlihat. Kita diajak untuk percaya meskipun tidak selalu ada bukti yang konkret di depan kita.
“Saya pernah tersesat di hutan, karena salah membaca tanda,” kata seorang sahabat.
“Saya sudah merasakan bahwa ini jalan tidak benar, namun karena saya yakin dengan petunjuk jalan yang ada maka saya teruskan.
Namun setelah mobilku tak bisa menembus jalan lagi, baru saya sadari bahwa saya telah salah membaca tanda penunjuk jalan.
Sejak saat itu, saya sangat hati-hati membaca dan mengikuti tanda yang ada,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda, selain tanda Nabi Yunus.
Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.”
Yesus menyebutkan Nabi Yunus yang menjadi tanda bagi orang Niniwe. Kisah Yunus adalah contoh pertobatan dan belas kasih. Orang Niniwe, meskipun menerima pesan Tuhan yang singkat, merespons dengan pertobatan yang tulus.
Kita dipanggil untuk meneladani sikap mereka.
Pertobatan adalah langkah penting dalam iman kita. Ini bukan sekadar tindakan sesaat, tetapi perjalanan yang memerlukan kerendahan hati dan keberanian.
Pertobatan adalah perjalanan yang membutuhkan kerendahan hati dan keberanian. Tidak ada yang terlalu jauh untuk kembali kepada Tuhan.
Mari kita terus melangkah dalam iman, dengan hati yang rendah dan semangat yang berani, menuju hidup yang berkenan di hadapan-Nya
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku masih menunggu tanda untuk bertobat?