HANYA berselang satu tahun saja. Peresmian Kapel Santa Theresia Benedikta terjadi di Lapas Perempuan Kelas II A Pontianak. Setahun lalu kapel ini telah dibangun oleh Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus dan kemudian diberkatinya.
Kemudian, penggunaan kapel ini diresmikan kala itu oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Reynhard Sitonga. Terjadi tanggal 27 Oktober 2020.
Kini, setahun kemudian, tepatnya hari Rabu tanggal 28 Desember 2022, Uskup Mgr. Agustinus Agus turut berbagi kasih bersama anak-anaknya di Lapas Perempuan.
Diikuti oleh 31 warga binaan kristiani. Jumlah itu belum termasuk petugas dan tamu.
Perayaan Natal bersama itu dibumbui oleh keelokan pidato sambutan Kalapas Perempuan Kelas II A Pontianak: Bu R. Tarbiati. Ia baru satu tahun bertugas dipercaya membina warga binaan perempuan di Pontianak.
Sambutan hangat itu dilakukan dengan tetap hadir selama Perayaan Ekaristi Natal berlangsung dan kemudian juga ikut serta dalam acara ramah tamah bersama Uskup Agustinus.
Dendang lagu natal persembahan dari warga binaan haru tak terbendung, setidaknya mereka membuat airmata Uskup Agustinus dan R. Tarbiati mengalir haru.
Mereka bernyanyi mendendangkan lagu Selamat Natal Mama dan Papa; seolah mengungkapkan perasaan rindu mereka kepada sanak saudara selama masih berada di lapas.
Bayangkan. Seorang ibu rumahtangga, cantik dan masih muda. Juga seorang ibu lansia. Mereka mesti menghabiskan masa hukuman dengan dibina dalam “keluarga baru” mereka di Lapas Perempuan.
Pecahnya tangisan perempuan-perempuan ini sungguh menyentuh para tamu yang ikut dalam Perayaan Natal bersama Rabu pagi 28 Desember 2022.
Uskup mewakili orangtua kalian
Seperti biasanya, kedatangan Uskup Agustinus merupakan ungkapan perhatian orangtua yang tidak bisa hadir mengikuti acara ini. Baik dalam homili maupun sambutannya, Uskup Agustinus menegaskan, mereka tidak sendiri.
“Di sini menjadi kesempatan untuk mengoreksi dan merubah diri untuk kemudian menjadi pembawa damai. Kelak setelah bebas dari masa binaan,” kata Mgr. Agustinus Agus menghibur mereka.
Uskup Agustinus menitikberatkan pentingnya hidup bersaudara, saling mendukung, dan saling mendoakan.
Semua itu merupakan kunci paling ampuh dalam mengobati luka-luka batin yang telah mereka alami. Gadis-gadis muda dan cantik, ibu rumahtangga -bahkan sebelumnya ada yang bekerja di pemerintahan- kini “terpaksa” berkumpul dalam satu keluarga baru di Lapas Perempuan.
Keberagaman di sana memberikan corak warna; sekaligus menggambarkan betapa pentingnya hidup bersaudara dan saling mendukung.
Kisah tiga raja dari timur
Uskup Agustinus sampaikan dalam homilinya demikian. Tiga raja dari timur telah datang mengunjungi Bayi Yesus dan kemudian mereka pulang melalui jalan lain.
Uskup Agustinus memaknainya kedatangan mereka menengok Bayi Yesus itu sebagai cara memulai hidup baru. Menurut Uskup Agus, semangat baru setidaknya menjadi permenungan baik untuk anak-anak warga binaan di Lapas Perempuan.
“Saya datang mewakili orangtua kalian. Jangan takut dan jangan merasa sendiri. Saya ada di sini. Sebab kalian semua juga merupakan anakku juga. Jika ada waktu, pasti saya kunjungi dan beri penghiburan,” tutur Uskup Agustinus sembari mengusap airmatanya.
Pelayanan yang luar biasa
Untuk pertama kalinya, seorang kepala Lapas berjoget bersama dengan warga binaan perempuan. Juga untuk pertama kalinya, Uskup Agustinus bertemu sosok perempuan pernuh jiwa keibuan seperti yang beliau rasakan saat berada Lapas Perempuan Pontianak.
Dan sosok itu tidak lain adalah Bu R. Tarbiati, seorang muslim dari Sambas, Kalbar. Ia juga turut bergoyang ria saat Uskup Agus menyanyikan lagu Sakit Gigi karya pedangdut Meggy Z. Dinyanyikan riang gembiara dan diikuti dengan keriuhan oleh semua warga binaan.
Tak biasanya bukan? Ya itulah yang diakui oleh warga binaan, sejak kedatangan R. Tarbiati mereka merasa ada “bunda” baru yang betul-betul peduli dengan mereka selama menjalani masa binaan di Lapas Perempuan.
Dalam wawancara, R. Tarbiati mengungkapkan kekagumannya pada sosok Uskup Mgr. Agustinus yang sering dia panggil Pak Agus Agung.
Sebagai Kepala Lapas Perempuan Kelas II A, R. Tarbiati mengucap syukur bahwa Pak Agung alias Uskup Mgr. Agustinus betul-betul bersikap sangat peduli akan perkembangan mental dan kerohanian warga binaannya.
Ia juga mengungkapkan rasa terimakasihnya yang mendalam, karena keberadaan Kapel Santa Theresia Benedikta Lapas Perempuan Kelas II A Pontianak merupakan hasil sumbangan pembangunan Keuskupan Agung Pontianak. Tertera di sana ada tanda tangan Uskup Mgr. Agustinus Agus sebagai pihak yang memberkati kapel itu tahun 2020 lalu.
“Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Uskup Agung Pontianak atas perhatian dan kasihnya kepada warga binaan di sini. Semoga kedatangan Uskup Agustinus semakin meneguhkan warga binaan hingga masing-masing mampu melewati masa pembinaan ini dan nantinya kembali pulang ke keluarganya masing-masing dengan peradaan bahagia,” tuturnya.
Doleng Donado
Sudah lama tak bergaung lagi, lagu viral Dayak Ganteng menjadi lagu ikonik khas joged dalam setiap pertemuan. Kini, Uskup Agustinus membagikan kemeriahan itu saat closing acara. Dilakukan dengan dendang lagu Doleng Donado.
Lagu itu diikuti oleh seluruh orang yang berada di kapel; kira-kira sekitar 50-an orang; termasuk tamu. Semua turut bergoyang dengan hentakan gerakan yang sama.
Dengan berkeliling memutar bolak-balik. Uskup Mgr. Agustinus menjadi pusat dari goyangan dan itu membuat mereka sampai “lupa” bahwa mereka saat ini masih berada di Lapas.
“Oi, oi ingat ya kita ini masih di lapas,” tutur salah satu ibu warga binaan itu pada rekan-rekannya yang saking gembiranya sehingga lupa mereka sedang menjalani masa pidana.
Hal itu terdengar oleh Ketua PSE Keuskupan Agung Pontianak: Pastor Surip. Ia pun jadi ngakak mendengar letupan candaan sesama warga binaan.
Doleng Donado adalah lagu persembahan Uskup Agustinus kepada mereka. Lagu itu sekaligus menjadi penutup acara Perayaan Natal bersama di Lapas Perempuan Pontianak. Terjadi usai pembagian makan dan bingkisan pada semua warga bianaan kristiani.
Baca juga: Natalan bersama Warga Binaan Pontianak, Mgr. Agustinus Agus Nyatakan Kesabaran Jadi Kekuatan Andalan