Home BERITA Tekun Bekerja

Tekun Bekerja

0
Ilustrasi - Menjadi petani yang setia, rajin bekerja. (Ist)

Rabu, 30 Maret 2022

  • Yes. 48:8-15.
  • Mzm: 145:8-9.13cd-14.17-18.
  • Yoh. 5:17-30

PEPATAH Jawa mengatakan “ora obah, ora mamah“. Artinya, bahwa jika kita tidak bergerak (kerja), maka kita tidak bisa mengunyah (makan).

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah semua warga yang ora mamah (tidak bisa makan) pasti selalu ora obah (tidak bekerja)?.

Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak.

Sebagai anak petani, lebih tepatnya buruh tani, karena orangtua saya tidak punya sawah, dan hanya menggarap sawah milik tetangga atau saudara yang tidak bisa menggarap sawahnya karena kondisi tertentu. Saya merasakan bahwa seorang petani itu punya ketekunan dalam bekerja.

Jika orang ua saya tidak mau menggarap sawah dari mana mereka bisa panen, bisa mendapat makanan? Karena hanya dengan hasil panenan itulah sumber satu-satunya untuk tetap bisa bertahan melakukan aktivitas kunyah-mengunyah.

Menurut saya, orangtua saya dan juga para petani merupakan pekerja yang paling sabar menghadapi tantangan hidup, dan paling giat bekerja.

Bayangkan, mereka menanam mulai dari menebar bibit, menunggu sampai tumbuh, hingga merawat padi sampai panen selalu bekerja merawat tanaman.

Ketika tumbuh banyak hama-hama yang mulai mendekat, mereka tetap bersabar untuk berusaha menghilangkan hama.

Dijaga setiap malam dengan tidur di sawah, hanya sekedar menunggu hama pengganggu.

Kadang meski sudah dijaga, namun hama tetap mengamuk hingga hasil panen jauh dari harapan.

Para petani tidak pernah putus asa, meski hasil tidak seberapa. Namun setiap musim tanam datang, mereka akan kembali bekerja lagi. Demikian seterusnya.

Semangat para petani itu luar biasa dan wajib kita tiru, semangat untuk obah.

Mereka selalu bekerja dengan sepenuh hati.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.”

”Dalam Kitab Keluaran 20:11 dikatakan, “Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”

Namun rabi-rabi Israel mengerti bahwa Allah tidak berhenti secara total.

Kemahakuasaan Allah tetap bejerja meski pada hari Sabat, anak tetap dilahirkan pada hari Sabat, dan orang tetap dapat meninggal pada hari Sabat.

Menurut mereka, hanya Allah saja yang boleh bekerja pada hari Sabat.

Jadi, pada waktu Yesus berkata, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga” Dia “menyamakan diri-Nya dengan Allah.

Yesus menolak disebut pelanggar aturan Hari Sabat karena aturan ini diciptakan Allah untuk kebaikan manusia.

Sedangkan menyembuhkan orang sakit dan mengampuni dosa adalah tindakan belas kasih Allah. dan Tuhan Yesus tidak menghidari kesan bahwa Dia memiliki suatu hubungan yang sangat erat dengan Allah Bapa.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mau ikut membangun kesejahteraan hidup bersama meski ada yang menentang?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version