JUMAT, 13 April 2018, diberitakan di Paris, Perancis bahwa akses kepada terapi kuratif hepatitis C telah meningkat. Laporan tersebut mencatat bahwa dengan perawatan yang lebih sederhana dan lebih terjangkau, maka akan menjadi lebih mudah tersedia untuk menyelamatkan jiwa dan mempercepat peningkatan skala global.
Apa yang sebaiknya diketahui?
Diperkirakan 1,5 juta orang telah memulai terapi kuratif dengan sofosbuvir, sebuah obat antivirus aksi langsung (DAA atau direct-acting antiviral) pada tahun 2016, dibandingkan dengan sekitar 1 juta pada tahun 2015.
Di balik peningkatan yang mengesankan pada tahun 2016 tersebut, beragam negara telah mengambil tindakan penting. Mesir dan Pakistan, dua negara dengan beban terberat infeksi virus hepatitis C (HCV) di dunia, menyumbang setengah dari jumlah orang yang menerima obat HCV.
Negara-negara lain yang melaporkan kemajuan termasuk Australia, Brasil, Cina, Perancis, Georgia, Mongolia, Maroko, Rwanda dan Spanyol. Meskipun ada kemajuan yang signifikan, jumlah keseluruhan orang yang menerima obat HCV masih hanya sekitar 3 juta, dari total 71 juta orang yang membutuhkannya.
Para pemimpin global dan nasional seharusnya memanfaatkan peluang luar biasa yang sekarang tersedia, untuk menyembuhkan sebanyak mungkin orang dengan hepatitis C kronis dan menyelamatkan nyawa mereka. Beberapa negara dengan cepat telah bertindak dalam meningkatkan cakupan layanan, menunjukkan bahwa penghapusan hepatitis C bukanlah mimpi, tetapi itu dapat dan harus dilakukan, demikian kata Dr. Gottfried Hirnschall, Direktur Departemen HIV dan Program Hepatitis Global WHO.
Diagnosis utama infeksi HCV cukup dengan pemeriksaan serologis untuk mendeteksi antigen dan antibodi terhadap virus ini. Sebaliknya, untuk konfirmasi diagnosis primer, untuk mengukur viral load, dan untuk menentukan genotipe ataupun mutan resistan sebelum pengobatan antivirus, diperlukan tes molekuler kualitatif dan kuantitatif.
Namun demikian, penyederhanaan besar dalam pengobatan HCV dan penyediaannya untuk mendukung peningkatan cakupan terapi dalam skala global, sekarang dimungkinkan. Perawatan baru yang sangat efektif, yang dapat menyembuhkan semua atau 6 subtipe HCV utama, dengan tingkat keberhasilan lebih dari 90%, sekarang tersedia.
Pemberian terapi kausatif sekarang dapat disederhanakan, dengan penggunaan obat kombinasi dosis tetap, yaitu satu pil per hari, dengan menghilangkan persyaratan pemeriksaan genotipe. Sebelum ini, pasien dengan infeksi HCV memerlukan tes genotipe yang mahal, sebelum memulai terapi kausatif, untuk menentukan obat yang mana dari beberapa rejimen yang berbeda, yang paling mungkin dapat menyembuhkannya.
Penggunaan rejimen pan-genotip semacam itu, juga dapat mempermudah banyak negara dalam mengelola pengadaan dan pasokan DAA, untuk mempercepat upaya peningkatan cakupan terapi kausatif.
Bukti baru yang ditunjukkan ini, mendorong semua remaja mulai usia 12 tahun atau lebih, juga orang dewasa dengan HCV kronis (kecuali wanita hamil), harus ditawarkan tentang pengobatan dengan terapi kausatif ini. Selain itu, memulai pengobatan kuratif lebih dini pada semua orang dengan hepatitis C, terlepas dari stadium penyakit mereka, dapat sangat bermanfaat.
Ini berarti mereka akan sembuh dengan cepat, bahkan secara signifikan mengurangi risiko kanker hati dan penyakit lainnya, kata Dr. Marc Bulterys, Ketua Tim untuk Program Hepatitis Global.
Secara global, sekitar 400.000 orang meninggal karena sirosis dan kanker hati, yang disebabkan oleh infeksi HCV yang tidak diobati setiap tahun.
- Ketua Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH mengatakan berdasarkan data riset dari Kementerian Kesehatan tahun 2013, prevelansi masyarakat Indonesia yang terinfeksi virus hepatitis C sebesar 2,5 persen atau sekitar 5 juta orang.
- Kasubdit Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kemenkes RI Dr. Sedya Dwisangka melaporkan, berdasarkan hasil Riskesda 2017, sebanyak 7,1 % penduduk Indonesia mengidap hepatitis B. Hepatitis C dan B tidak jauh beda, hanya selisih 1,01 % penduduk Indonesia mengidap Hepatitis C.
Penyembuhan dengan terapi kausatif diprediksi dapat menyebabkan pengurangan setidaknya 87% kematian terkait gagal hati dan 80% risiko kanker hati karena HCV. Obat tersebut juga dapat mengurangi komorbiditas umum pada orang dengan HCV, seperti depresi, diabetes dan penyakit ginjal kronis.
Sebagian besar, diperkirakan 62% orang yang membutuhkan terapi kuratif HCV, tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang memiliki lisensi sukarela (voluntary licenses) untuk penggunaan DAA dan karena itu mereka dapat memperoleh obat versi generik secara murah. Pada akhir Maret 2017, WHO melakukan prakualifikasi bahan aktif farmasi generik dari sofosbuvir untuk pengobatan hepatitis C.
Langkah ini akan memungkinkan lebih banyak negara untuk memproduksi obat hepatitis C yang terjangkau.
Keberhasilan mencapai tujuan penghapusan hepatitis (to eliminate hepatitis) pada tahun 2030 sebenarnya tidak terlalu ambisius. Laporan dari 28 negara dengan beban hepatitis tinggi, telah memberi alasan untuk optimis dalam mengendalikan hepatitis.
Sudahkah Anda terlibat membantu?