“Rajin pangkal pandai hemat pangkal kaya.” Itulah nasihat bagi orang yang ingin sukses dalam hidup.
Peribahasa itu menyiratkan adanya sesuatu yang kecil (hemat dan rajin) dan digunakan secara teliti disertai dengan ketekunanan dan kehati-hatian. Hasilnya bisa dipetik di masa depan.
Pesannya, orang perlu berusaha sungguh-sungguh sampai menemui kejayaan dan keberhasilan. Sikap rajin dan hemat itu mesti menjiwai mentalitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Itu bukan teori di langit, tetapi bagian konkret perjuangan hidup.
Kerajaan Allah juga merupakan bagian konkret dan terpenting dari kehidupan ini (Lukas 13: 18-21). Kecil bentuknya dan tersembunyi tempatnya, tetapi amat besar daya pengaruhnya. Bagaikan biji sesawi atau ragi.
Ketika ditanam, biji sesawi yang terkecil di antara jenis biji-bijian itu akan tumbuh menjadi pohon, tempat burung-burung di udara bersarang (Lukas 13: 19). Agar tumbuh menjadi pohon, biji itu mesti dimasukkan ke dalam tanah dan mati, lalu tumbuh sebagai pohon (Yohanes 12: 24).
Demikian pula dengan ragi. Harus dicampur dengan tepung yang akan diolah menjadi roti. Jumlahnya jauh lebih sedikit daripada tepung yang akan diolah (Lukas 13: 21). Meski demikian, ragi itu akan mengubah seluruh adonan.
Kerajaan Allah itu ditemukan dalam pribadi Yesus yang menampakkan kekuatan kasih Allah. Daya itu menjiwai kehidupan umat manusia. Demikian pula para pengikut-Nya yang mengambil bagian dalam kasih-Nya diutus ke tengah dunia yang penuh tantangan (Matius 10: 16).
Gereja dan umat-Nya telah diberi daya kuasa Yesus dan diutus ke tengah dunia. Mereka tidak boleh menikmati rahmat itu hanya bagi dirinya sendiri, melainkan terjun ke dalam dunia dan menjiwainya. Dengan demikian dunia akan mengalami keselamatan.
Orang Kristen itu seperti biji sesawi yang ditanam dan ragi yang dicampur dengan tepung adonan. Agar dunia dan umat manusia merasakan hadir-Nya Kerajaan Allah, mereka mesti tercampur dengan dunia tanpa hanyut di dalamnya.
Selasa, 25 Oktober 2022
