Senin 5 Agustus 2024.
Yer 28:1-17;
Mzm 119:29.43.79.80.95.102; Mat 14:13-21
KEPEDULIAN menjadi sebuah sikap yang harus terus dipertahankan dalam arus dunia yang makin mengutamakan kepentingan sendiri.
Keluhuran kemanusiaan kita terwujud dalam sikap dan usaha kita dalam mempedulikan orang lain membantu mengembangkan empati dan kemampuan untuk terhubung dengan orang lain; bahkan di masa-masa sulit.
Kemampuan seseorang untuk membantu juga didasarkan pada niat dalam hati dan kemauan. Oleh sebab itu, pentingnya empati dan kepedulian adalah kunci utama yang harus senantiasa digenggam. Jangan sampai menjadi pribadi yang apatis atau tak punya rasa peduli.
“Membantu orang lain tidak harus menunggu menjadi kaya terlebih dahulu,” kata seorang ibu.
“Beberapa waktu yang lalu, di dekat kompleks perumahan saya ada warga yang rumahnya terbakar.
Ibu dan anak yang masih kecil sedang jualan sayur di pasar, sedangkan suaminya berjualan sandal jepit keliling. Waktu mereka sedang tidak di rumah, rumah mereka terbakar, kemungkinan karena lalai mematikan kompor.
Sungguh tragis karena rumah itu ludes terbakar, dan hampir saja rumah sekitar terdampak namun beruntung karena penduduk dengan sikap menghentikan api yang hampir merembet ke tempat lain.
Warga perumahan dengan guyup membantu keluarga itu, dengan pakaian pantas pakai, makanan dan minuman serta penginapan.
Saya sekeluarga menfokuskan pada kebutuhan anak mereka yang masih kecil, mulai dari pakaian, susu, hingga pempers. Kami melakukan pertolongan ini atas dasar kemanusiaan. Penderitaan dan kesedihan mereka juga menjadi penderitaan dan kesedihan kami.juga,” syering ibu itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.”
Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.”
Kutipan dari perikop di atas tidak hanya menunjukkan kuasa Yesus, tetapi juga mengajarkan kita tentang kepedulian-Nya dan bagaimana kita seharusnya memperlakukan kebutuhan orang lain dengan kasih.
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk memiliki hati yang penuh belas kasihan terhadap sesama kita. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita terlalu fokus pada kebutuhan kita sendiri dan lupa untuk memperhatikan kebutuhan orang lain di sekitar kita.
Kita sering merasa bahwa apa yang kita miliki tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Namun, Tuhan dapat melakukan perkara-perkara besar bahkan dengan apa yang tampaknya tidak memadai. Dalam situasi apapun, marilah kita belajar untuk menyerahkan apa yang kita miliki kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia akan menyediakannya dengan cara-Nya yang kadang tidak pernah bisa kita pahami.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku juga tergerak oleh belas kasih atas penderitaan sesama?