Senin, 31 Januari 2022
- 2Sam. 15:13-14.30;16:5-13a.
- Mzm: 3:2-3.4-5.6-7.
- Mrk. 5:1-20.
TIDAK sedikit orangtua yang dibuat susah oleh anak-anaknya.
Anak-anak itu menjadikan game online sebagai aktivitas sehari-hari hingga melupakan waktu belajar maupun kegiatan hidup bersama di kekuarga.
Mereka kecanduan game online sehingga menganggu mental mereka.
Gangguan itu ditandai dengan dorongan untuk bermain game hingga berjam-jam; bahkan melupakan atau tidak mempedulikan aktivitas lainnya,.
Game online apabila dilakukan dalam batasan yang wajar dan tidak mengganggu aktivitas belajar maupun kondisi kesehatan, kebiasaan ini sebenarnya tidak bermasalah.
“Romo, saya benar-benar menyerah, menghadapi anakku yang bungsu,” kata seorang ibu.
“Dia siang malam sibuk main game hingga kuliahnya terbengkelai,” lanjutnya.
“Di dalam pikirannya hanya keinginan bermain game setiap waktu, hingga tidak punya waktu untuk berkumpul dengan keluarga bahkan ke gereja pun tidak pernah, apalagi ikut kegiatan menggereja,” ujarnya lagi.
“Pernah suatu malam karena hujan petir jaringan internet terganggu hingga dia tidak bisa main game,” katanya.
Sepanjang hari itu dia uring-uringan dan murung, bahkan tiba-tiba marah-marah, karena tidak bisa bermain game,” lanjutnya.
“Ciptakan aktivitas yang membuat dia merasa harus bertanggung jawab, dan letakkan perangkat game di luar kamarnya sendiri,” kata romo itu.
“Harus ada kegiatan yang mengalihkan perhatian anak ibu dari game, bantulah anak ibu menemukan kegiatan yang lebih dia senangi daripada game, entah itu sekedar hobi atau usaha yang mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan,” lanjutnya.
“Saya merasa game online sudah menjadi roh jahat zaman ini bagi anak-anak, hingga mengahalangi anak untuk berkembang lebih baik bahkan membuat anak lupa akan hidup rohani hingga dengan mudah meninggalkan Tuhan,” sahut ibu itu.
“Tugas dan tanggungjawab dilalaikan hanya untuk mengejar kesenangan dan kepuasan,” lanjutnya.
“Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian:
“Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah kepada-Nya seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan.
Orang itu diam di sana dan tidak ada lagi yang sanggup mengikatnya, dengan rantai sekalipun.
Sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantai itu diputuskannya dan belenggu itu dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya.”
Setiap saat kita berhadapan dengan kekuatan kegelepan yang ingin membawa kita jauh dari kasih Tuhan.
Bahkan pada zaman ini, godaan roh jahat itu begitu lembut dan halus memasuki ruang-ruang privat kita.
Jika kita tidak tegas, bahkan terlena maka kuasa kegelapan itu, akan menyeret kita hingga tidak satu orang pun bisa mengingatkan dan membawa kita kembali.
Tidak akan ada yang bisa menjinakkan kebinalan roh jahat yang telah mencengkeram pikiran, perasan, dan hati kita kecuali Roh Tuhan sendiri.
Kelincikan roh-roh jahat itu, tidak lain bertujuan menggoda kita untuk menentang, dan membawa kita jauh dari Tuhan Yesus.
Bagaimana dengan diriku?
Adakah kebiasaan yang membuatku tidak mengutamakan Tuhan?