Renungan Harian
Kamis, 30 Desember 2021
Bacaan I: 1 Yoh. 2: 12-17
Injil: Luk. 2: 36-40
“ROMO, sesungguhnya hidup saya ini gelap dan kelam. Saya lahir dari keluarga yang cukup berada, sehingga sejak kecil hidup saya sudah penuh dengan segala fasilitas.
Keluarga kami keluarga katolik yang cukup taat, orangtua kami aktif di gereja, dan cukup dikenal sebagai tokoh di gereja kami. Kegelapan hidup saya berawal, ketika saya melanjutkan kuliah di kota besar di pulau Jawa.
Saya kuliah di perguruan tinggi swasta yang terkenal di kota besar ini.
Saya, seorang anak gadis dari kota kecil di luar Jawa, tiba-tiba kuliah di kota besar di Pulau Jawa membuat saya silau dengan segalanya. Saya amat kagum dengan segala hal yang ada; rasanya semua itu mengagumkan.
Saat kuliah sudah mulai saya sudah punya teman-teman yang kemudian menjadi sahabat. Kami menyebut diri Geng Cantik.
Lewat teman-teman ini, saya semakin mengenal kehidupan kota besar dengan segala fasilitasnya.
Saya senang dengan teman-teman saya ini, karena mereka mau memberitahu saya bagaimana harus bersikap sehingga tidak kentara, kalau dari “kampung”.
Romo, bergaul dengan teman-teman geng cantik, lama kelamaan membuat saya minder. Ketika masih di rumah, saya merasa sudah penuh dengan fasilitas, bahkan melebihi teman-teman SMA.
Tetapi ternyata setelah di kota besar dan bergaul dengan teman-teman fasilitas yang saya miliki bukan apa-apa. Dari situlah muncul kebutuhan-kebutuhan yang tidak pernah terbayang sebelumnya.
Saya membutuhkan sepatu dan tas yang tidak cukup satu dan harus bermerk; butuh baju-baju yang harus bagus.
Semua itu membutuhkan uang yang cukup banyak. Sudah barang tentu semua itu tidak bisa dipenuhi semua oleh orangtua saya.
Romo, di kota besar ini saya dititipkan ke salah satu teman papa. Saya sudah mengenal beliau, karena beliau dulu pernah satu kantor dengan papa di luar Jawa.
Teman papa ini selalu perhatian dan bertanya kebutuhan saya.
Singkat cerita, saya menjadi “simpanan” teman papa ini. Lewat teman papa inilah saya terpenuhi segala fasilitas yang saya butuhkan.
Dengan segala fasilitas yang ada membuat saya semakin kelam. Pergi ke club, diskotik adalah yang amat biasa, bahkan hampir setiap malam tempat itu menjadi tempat saya dan geng berkumpul menghabiskan waktu.
Romo, saya amat menikmati segala hal itu, namun bukan berarti saya tidak pernah menyesal.
Sering kali setiap pulang ke kos, saya merasa sedih dengan hidup saya, namun sulit untuk keluar dari lingkaran itu.
Satu pihak sulit meninggalkan geng saya, di lain pihak amat sulit meninggalkan kesenangan dan kenikmatan yang selama ini saya dapatkan.
Untunglah saya bertemu dengan pacar saya yang sekarang jadi suami. Dialah yang membuat saya berani untuk meninggalkan dunia kelam saya. Dia bukan hanya mendorong saya meninggalkan dunia kelam saya, tetapi juga mau menerima saya dengan segala kekelaman saya.
Saya yang kotor dan busuk ini masih diterima dan dicintai dengan sepenuh hati,” seorang ibu muda menceritakan kisahnya.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Surat Yohanes:
“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.”