Home BERITA Tersinggung

Tersinggung

0
Ilustrasi - Tersinggung. (Ist)

Renungan Harian
Senin, 13 Desember 2021
PW. St. Lusia, Perawan dan Martir
 
Bacaan I: Bil. 24: 2-7. 15-17a
Injil: Mat. 21: 23-27
 
BEBERAPA waktu yang lalu, setelah misa, ada seorang bapak yang dengan tergopoh-gopoh menemui saya.

“Romo, itu di samping gereja, ada orang yang berantem,” bapak itu menyampaikan.

“Umat kita atau orang luar yang berantem?” tanya saya.

“Umat, romo, baru keluar gereja, tetapi langsung ribut,” jawabnya.

Saya diantar bapak itu menuju samping gereja. Di sana saya melihat beberapa umat berkerumun dan berusaha memisah dua orang bapak muda yang sedang ribut.

Dari apa yang kelihatan mereka tampak sudah siap untuk saling memukul.

Saya menghampiri kedua bapak yang ribut itu dan mengajak mereka ke pastoran.
 
“Pastor, tidak usah ikut-ikut, biar kami selesaikan dengan cara kami,” kata salah seorang bapak itu dengan marah.

“Pak, saya setuju bapak menyelesaikan dengan cara bapak-bapak. Tetapi kalau bapak menyelesaikan di sini dan dikerubungin banyak umat, malu,” jawab saya.

“Kenapa mesti malu, biar sekalian kalau memang harus malu,” jawab bapak itu masih dengan nada marah.

“Pak, seandainya  bapak tidak malu, saya yang malu. Yuk sekarang ke pastoran,” jawab saya.

Akhirnya dengan setengah dipaksa kedua bapak itu mau ke pastoran.
 
“Pak, sebenarnya ada apa? Baru juga selesai misa, tetapi malah ribut-ribut,” tanya saya.

“Begini pastor, bapak ini duduk di sebelah saya, kami memang tidak saling mengenal. Sejak lagu pembukaan, bapak ini main HP terus, dan beberapa kali mengangkat telepon.

Saya mengingatkan, kalau mengangkat telepon di luar saja, karena mengganggu.

Bapak itu diam saja tetapi terus main HP.

Saya mengingatkan lagi kalau main HP di luar saja, karena saya dan beberapa umat yang melihat terganggu.

Tetapi bapak itu tampaknya tidak terima sehingga tadi jadi ribut,” salah satu bapak itu menjelaskan.

“Pastor, apa hak dia menegur saya? Dari mana dia punya mandat untuk menegur saya? Memang dia sungguh-sungguh ikut misa?

Diam tidak berarti ikut misa kan? Lagaknya seperti orang suci saja,” bapak yang satu menjawab.

“Pastor, saya pasti bukan orang suci, tetapi sebenarnya awalnya saya tidak berpikir keberatan dia terima telepon, tetapi saya minta terima teleponnya di luar.

Saya tidak berpikir menegur karena saya sudah suci, tetapi saya merasa dia mengganggu yang lain. Hanya itu saja,” bapak itu menjelaskan maksudnya.
 
“Pak, menurut hemat saya, memang seharusnya tidak bermain HP saat misa, karena menjadi sandungan bagi yang lain.

Saya merasa bapak tadi telah bertindak sebagai seorang saudara yang mengingatkan. Saya tidak tahu, apakah untuk mengingatkan atau menegur harus punya surat kuasa atau harus suci terlebih dahulu.

Saya bisa mengerti kalau bapak sibuk dan ada urusan penting sehingga harus menggunakan HP. Namun demikian lebih baik dan lebih pantas tidak dalam gereja saat misa.

Seandainya bapak bisa mengerti kiranya tidak harus ribut-ribut seperti ini,” kata saya.
 
Saya agak heran dengan bapak yang marah-marah karena diingat saat bermain HP di gereja.

Keheranan saya bertambah ketika dalam kemarahan mempertanyakan hak untuk menegur dan untuk menegur harus ada mandat.

Namun kiranya karena tersinggung dan merasa harga dirinya dilukai sehingga bapak itu marah dan mempertanyakan hak serta mandat.

Kiranya sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius, imam-imam kepala dan pemuka-pemuka bangsa Yahudi mempertanyakan kuasa Yesus, karena harga diri mereka terlukai dan sehingga tidak dapat melihat dan bertindak dengan bijak.

Apa yang muncul adalah kebencian sehingga ingin menyingkirkan Yesus.

“Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?”
 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version