Renungan Harian
Selasa, 15 Februari 2022
Bacaan I: Yak. 1: 12-18
Injil: Mrk. 8: 14-21
BEBERAPA tahun yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman lama. Dia seorang pekerja keras dan seorang yang mempunyai mimpi yang besar. Maka tidak mengherankan bahwa dia menjadi orang yang sukses di usianya yang masih cukup muda.
Dia mengawali kariernya sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta. Dia bekerja dari pagi hingga sore hari. Sepulang dari kantor, dia melanjutkan usaha sampingan menjadi agen perusahaan asuransi. Dia menekuni usaha sampingan itu dengan luar biasa agar mendapatkan penghasilan tambahan.
Berkat keuletan dan ketekunannya, usaha sampingan ini memberikan penghasilan yang jauh lebih besar dari pada gajinya sebagai karyawan. Setelah mempertimbangkan berbagai hal dia memutuskan untuk keluar dari perusahaan dan menekuni usaha sebagai agen perusahaan asuransi.
Menurutnya, dia bisa lebih bebas mengatur jam kerjanya dan juga menjadi pimpinan atas diri sendiri. Keputusan dia untuk fokus sebagai agen asuransi berbuah manis. Dia memiliki rumah yang bagus seperti yang diimpikannya dan juga sudah mempunyai mobil yang bagus pula.
Dalam perjumpaan itu dia mengatakan bahwa dirinya baru mendapatkan ujian dari Tuhan. Semua hasil jerih payahnya selama ini habis, menyisakan rumah kecil dan satu sepeda motor tua.
Dia mengatakan bahwa dia mendapatkan tawaran dari teman dekatnya (salah satu rekan bisnisnya) untuk ikut bisnis investasi. Dia tergiur dengan hasil yang didapat dengan investasi itu. Pada awalnya dia menginvestasikan tabungannya. Dia berpikir bunga tabungan amat kecil dibanding hasil investasi maka dia menginvestasikan semua tabungannya. D
alam setahun dia mendapatkan hasil yang luar biasa. Setiap bulan dia mendapatkan hasil dari investasinya dalam jumlah yang lumayan.
Menurutnya, dia diam di rumah tidak harus bekerja setiap bulan sudah mendapatkan uang hasil investasi yang bisa menutupi kebutuhan bulanannya.
Melihat hasil yang luar biasa, maka dia terdorong untuk menambah nilai investasinya. Karena dia tidak memiliki uang lagi maka dia menggadaikan rumah dan mobil untuk menambah investasi.
Karena nilai investasinya semakin besar maka hasil yang didapat juga semakin besar. Tiga bulan pertama dia mendapatkan hasil yang luar biasa tetapi setelah itu dia tidak pernah mendapatkan apa yang menjadi haknya.
Bahkan kemudian semua uang yang diinvestasikan hilang dibawa kabur oleh pemilik usaha investasi dan sampai pada saat bertemu dengan saya belum diketahui keberadaannya.
“Wan, ini ujian yang amat berat bagi saya; tetapi saya yakin Tuhan tidak akan mencobai hambanya di luar batas kemampuan hambanya,” katanya.
Mendengar kisahnya saya ikut prihatin; dia yang selama ini sudah sukses dan berkelimpahan tetapi sekarang dalam kesulitan yang luar biasa.
Saya bersyukur bahwa dia tidak putus asa dan tetap memiliki harapan serta semangat hidup. Hanya dalam pikiran saya bertanya:
“Benarkah apa yang dialaminya itu sebuah ujian atau pencobaan dari Tuhan? Ataukah sebuah risiko yang harus ditanggung karena kesalahan sendiri?”
Betapa lebih mudah mengatakan sedang mendapat ujian dan pencobaan daripada mengatakan bahwa saya salah karena “lupa diri”.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Surat St. Yakobus: “Janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah.”
Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.”