Puncta 5 Juli 2024
Jum’at Biasa XIII
Matius 9:9-13
PERNAH di Amerika ditayangkan sebuah film seri tentang kehidupan Yesus berjudul The Chosen yang disutradarai oleh Dallas Jenkin. Salah satu episodenya adalah peristiwa panggilan Matius.
Ada beberapa tokoh yang terlibat di adegan itu; Yesus, Matius, Petrus, tentara Romawi dan orang banyak.
Matius yang pemungut cukai ini adalah pribadi yang cakap, cekatan dan supel dalam bergaul. Ia telah lama mendengar nama Yesus dan karya-karya-Nya.
Ia sangat terkesan dan ingin mendengar sabda-Nya. Tetapi pekerjaannya menghalanginya bergaul bebas dengan semua orang.
Yesus juga terkesan dengan orang muda pemungut cukai ini. Yesus ingin mengajaknya bergabung menjadi murid-Nya. Tetapi penolakan justru datang dari Petrus.
Sebagaimana anggapan umum, seorang pemungut cukai adalah kaum pendosa, kafir dan antek penjajah, Petrus pun berada dalam posisi yang sama.
Pikiran Petrus ini sejalan dengan pikiran kaum Farisi. Pemungut cukai adalah orang berdosa yang pantas dijauhi dan disingkiri. Najislah berteman dengan mereka.
Sedang Tentara Romawi yang jadi “satpam” merayu Matius agar tidak mengikuti Yesus karena ia akan kehilangan harta, pekerjaan yang mapan dan masa depan cerah.
Tetapi dengan keyakinan dan ketetapan hati, akhirnya Matius mengikuti Yesus.
Kalau kita ikut masuk dalam peristiwa The Chosen ini, kita berada di posisi siapa?
Apakah kita seperti seumumnya kaum Farisi yang menghakimi Matius sebagai pendosa?
Atau juga seperti Petrus yang merasa diri paling benar dan menolak orang berdosa bergabung di Gereja kita?
Ataukah kita seperti Tentara Romawi yang menghambat orang untuk berbuat baik, mengikuti jalan Tuhan? Menggoda orang dengan harta, uang, kekuasaan, posisi dan jabatan menggiurkan agar orang itu tidak ikut Yesus?
Ataukah kita berani seperti Matius menerima panggilan Yesus. Kendati harus kehilangan segalanya, dicap sebagai kafir dan pendosa, dijauhi oleh banyak orang, dihambat dalam karier dan pekerjaan, namun tetap teguh mengikuti Yesus?
Kita ini sebenarnya seperti Matius. Merasa ‘semua baik-baik saja, tidak ada masalah. Seolah-olah semua aman-aman saja.
Tetapi Yesus tahu bahwa ada sesuatu yang menggelegak di dalam hati. Yesus tahu apa yang kita butuhkan. “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Kata-kata Yesus itu langsung ditujukan kepada kita yang “merasa baik-baik saja,” tetapi sebenarnya membutuhkan seorang tabib yang bisa memenuhi kerinduan kita. Dialah Yesus Kristus, Tuhan kita.
Ke Wonogiri dengan bersepeda,
Melewati sawah dengan bunga-bunga.
Yesus sangat tahu kerinduan kita,
Ia undang kita masuk ke hati-Nya.
Cawas, mengikuti Yesus
Rm. A. Joko Purwanto, Pr