Home RESENSI FILM “The Theory of Everything,” Ketika Ada Hidup di Sana Ada Harapan

“The Theory of Everything,” Ketika Ada Hidup di Sana Ada Harapan

Dokter menjelaskan penyakit neuron motor akan membuat Stephen Hawking tidak dapat lagi berbicara, menelan makanan, dan menggerakkan badan.  Hal yang semakin membuat Stephen Hawking (Eddie Redmayne) syok ialah hidupnya kemungkinan tinggal 2 tahun lagi.  Stephen bertanya, “Apakah otakku masih bisa bekerja?”  Dokter menjawab, “Ya.”

Selanjutnya Stephen Hawking, ilmuwan brilian abad ke-20 dengan segala keterbatasannya menunjukkan bahwa ia bukan seorang loser karena pernyataan dokter itu.  Malahan dikisahkan pikirannya tiada berhenti bekerja, melampaui ketakberdayaan tubuhnya.  Stephen telah berhasil menelusuri keberadaan alam semesta dan tentang eksistensi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Karena bagusnya, film ini menyabet banyak penghargaan, diantaranya Aktor Terbaik menurut Golden Globe dan Penggarapan Gambar Terbaik versi British Academy Film Awards.  Ini cukup menyentuh dan memberikan pelajaran berharga bagi para penonton.

Keluarga yang unik

Secara khusus film The Theory of Everything mengekspos kehidupan Stephen sebagai seorang suami, kepala keluarga, dan lelaki yang pantang menyerah.  Kisah ini diangkat dari catatan Jane Wilde (dalam film ini diperankan oleh Felicity Jones) mantan istri Hawking, yang adalah seorang sastrawati.  Hawking 100% mengabdikan hidupnya untuk perkembangan sains.

Penonton dapat melihat bagaimana relasi antara Stephen dengan Jane.  Relasi mereka cukup unik.  Kisah cinta mereka diawali semasa berada bangku kuliah.  Walau Stephen akan mengalami kondisi yang semakin memburuk seturut perkiraan dokter, Jane dengan bermodalkan cinta dan komitmen berjuang untuk memberikan yang terbaik.  Ia rela mengurusi keterbatasan fisik Stephen, membesarkan anak-anak, menyelesaikan persoalan rumah tangga, juga mengorbankan dunia sastranya.  Hingga akhirnya ia sampai pada titik dimana ia merasa tak mampu.

Dalam perjalanan waktu Stephen menyadari relasinya dengan Jane semakin memburuk.  Ia tahu bahwa keterbatasannya menyebabkannya tidak seperti lelaki pada umumnya.  Ia tidak menuntut Jane dengan setumpuk kewajiban.  Sebaliknya, Stephen terbuka untuk mengakui kelemahan diri dan perjuangan Jane.  Keduanya berusaha mengenali dan bukan jatuh pada penghakiman.

Situasi inilah yang membuka pintu bagi Jonathan (Charlie Cox) masuk ke dalam kehidupan keluarga Stephen.  Ia menjadi guru piano bagi anak-anak mereka.  Ia membantu Stephen. Bahkan meneguhkan kesetiaan Jane.  Kehadiran Jonathan memotret sisi hidup yang tak terpikirkan sebelumnya dalam suatu relasi rumah tangga.

Melampaui keterbatasan

Juga dalam film yang berdurasi 123 menit ini, penonton diajak untuk mengenal arti suatu perjuangan hidup.  Kehidupan Stephen Hawking berbicara tentang betapa pentingnya perjuangan seorang manusia.  Sangat mempesona bagaimana dalam tubuhnya yang lemah, spiritnya membuatnya terus berjuang sampai titik darah penghabisan.

Stephen berkata dalam suatu pidatonya ketika ditanya soal eksistensi Allah, ”Ketika ada hidup di sana ada harapan.”  Kendati secara eksplisit ia tidak mengatakan tentang eksistensi Allah, namun pernyataan itu menyiratkan suatu keyakinan.  Hidup bagaikan lahan untuk spirit berkarya secara mengagumkan.  Stephen justru menggambarkan betapa agungnya kehidupan ini.  Akhirnya tersisa sebuah Tanya, “Bukankah hanya mereka yang mampu mengagumi kehidupan adalah orang-orang yang bisa melihat Allah?”

Selamat menonton.

 

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version