Home BERITA “The Vatican Tapes”, Eksorsisme Kalah oleh Gerakan Anti Kristus

“The Vatican Tapes”, Eksorsisme Kalah oleh Gerakan Anti Kristus

1
Ritual eksorsisme yang tak kuasa menahan kekuatan pengaruh roh jahat yang merasuki kesadaran manusia.

JANGAN melihat film horror dengan latar belakang iman kristiani ini dengan ‘mata iman’ dan apalagi dari perspektif ajaran Gereja. Sebaliknya tinggalkan semua magisterium (ajaran iman Gereja) dan kenakalan ‘kacamata kuda’. Film ini semata-mata adalah film. Sama sekali tidak ‘menyentuh’ ajaran resmi gerejani, sekalipun konten kisah cerita ini seakan-akan Vatikan turun tangan mengatasi kisruh seorang perempuan muda yang karena kerasukan setan lalu menggelorakan segenap umat menjadi ‘pasukan’ anti Kristus.

‘Kacamata kuda’ yang saya maksudkan di sini tak lain film ini melulu hiburan yang mengambil bahan dasar thriller horror untuk mencekam emosi penonton. Tak lebih dan tak bukan, karena itu nikmati saja bahwa ada seorang perempuan bernama Angela Holmes (Olivia Taylor Dudley) secara tak sengaja kerasukan roh jahat (baca: setan), ketika tangannya tergores pisau saat dia mengiris kue tart hadiah HUT-nya.

Burung gagak

Alam pikir Barat selalu berpikiran negative tentang burung gagak. Dari tampilan bulunya yang serba hitam dan warna serak-serak basah ‘kicauan’nya, memanglah burung gagak sungguh tak menarik. Teman saya sampai benar-benar merasa ‘jijik’ setiap kali menemui burung gagak bertengger di pepohonan rumahnya di Davor, sebuah hunian di dataran tinggi sekitar 100 km dari Ibukota Hobart di Pulau Tasmania, Australia.

Grook…groook… begitulah burung gagak selalu berusaha memamerkan ‘keindahan’ kicauannya yang memang tidak seindah burung murai atau cucak rowo di Jawa. Maka tak heran, alam pikir Barat sering dengan mudahnya ‘menghakimi’ burung gagak sebagai ‘simbol kejahatan’ yang sebenarnya juga tidak ada kaitannya sama sekali.

Bayang-bayang setan atau kekuatan jahat dalam diri Angela Holmes.

Di film The Vatican Tapes ini, burung gagak divonis sutradara sebagai penyebar ‘virus roh jahat’. Ketika burung gagak datang mendekat, maka orang langsung kena sirep.  Di situ,  virus kejahatan langsung menguasai manusia sehingga daya ingatnya lumpuh, ratio-nya hilang, namun kekuatan jahatlah yang kemudian ‘membimbing’ orang ini melalukan tindakan sadis: membunuh.

Angela kena virus jahat itu, ketika saat tangannya terluka dan mau diobati di sebuah RS di Amerika, tiba-tiba datanglah burung gagak yang ‘jahat’ itu. Seketika itu, perangai Angela berubah. Kadang ia menjadi tak terkendali sehingga mengancam keselamatan banyak orang.

Eksorsisme

Gejala Angela yang kerasukan ‘roh jahat’ (setan) membuat gusar dua petinggi Vatikan bernama Kardinal Bruun (Peter Andersson) dan asistennya Pastor Imani (Djimon Hounsou). Di seberang Laut Atlantik sana ada Pastor Lorenzo  (Michael Peña) yang juga tertarik mengamati perangai Angela yang berubah-ubah.

Ketika semua usaha ayahnya Kolonel Roger Holems (Dougray Scott) dan pacarnya Peter “Pete” Smith (John Patrick Amedori) gagal, maka Angela pun dikirim ke sanatorium di bawah asuhan psikiatris Dr. Dr. Richards (Kathleen Robertson). Ternyata, di sini pun Angela tak bisa dikendalikan sehingga turunlah Sang Kardinal terbang meninggalkan Roma menuju Amerika untuk ‘mengobati’ Angela.

Ritual mengusir kekuatan roh jahat (setan) yang merasuki jiwa manusia sehingga orang bisa kerasukan setan. Senjata pastor dalam melakukan ritual ini biasanya ‘benda-benda’ rohani yang telah disucikan.

Sebagaimana sering kita dengar dari perikop Injil, Yesus pun sering kali harus melakukan terapi pengobatan pengusiran setan terhadap orang-orang yang tengah kerasukan roh jahat. Terhadap perangai orang yang dikendalikan bukan oleh kesadarannya sendiri melainkan oleh kekuatan ‘roh jahat’, Gereja memang memiliki ritus eksorsisme: pengusiran setan.

Di film horror ini, digambarkan bagaimana ritual eksorsime oleh Kardinal Brun itu berlangsung dengan ‘berdarah-darah’ yang berakhir dengan terbunuhnya sang cardinal, ayah kandung dan pacar Angela. Yang bertahan hidup hanyalah Angela dan Pastor Lorenzo.

Film ini berakhir dengan konklusi yang tentu saja membuat kita mengernyitkan dahi: Gereja kalah oleh ‘Gerakan’ Anti Kristus. Inilah kelompol loyalis yang kini ‘mengabdi’ kepada Angela yang kesadarannya kini dikuasai sepenuhnya oleh roh jahat (setan). Angela berlaku layaknya seorang ‘nabi’ dengan ribuan pengikut yang siap menggilas umat kristiani dan gereja dengan Gerakan Anti Kristus tersebut.

Sekali lagi, The Vatican Tapes ini hanyalah film. Sekalipun mengumbar Vatikan dengan cuplikan berbagai film dokumenter,  tapi ikuti prinsip baku ini: Tontonlah film ini semata-mata sebagai hiburan. Jangan lebih.

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version