Kamis 27 Juli 2023.
- Kel. 19: 1-2,9-11,16-20b.
- MT Dan. 3:52,53,54,56.
- Mat. 13:10-17.
PERSAHABATAN adalah ikatan luar biasa yang memperkaya hidup kita, mengisi hati kita dengan kegembiraan, dan memberi kita rasa memiliki.
Kehadiran seorang sahabat sejati dapat mengubah saat-saat tergelap kita menjadi seberkas cahaya, dan dukungan mereka yang tak tergoyahkan dapat memberikan penghiburan bahkan di saat-saat yang paling menantang sekalipun.
Persahabatan adalah harta yang melampaui batas, usia, dan jarak, menenun permadani cinta, kepercayaan, dan dukungan.
Dalam persahahatan, ada komitmen yang sama terhadap kebutuhan sahabat akan kerahasiaan juga harus dijunjung tinggi.
Kita hanya akan terus terang bercerita segalanya kepada seorang sahabat hingga tidak ada rahasia yang tersembunyi lagi.
Sedangkan kepada orang lain, kita hanya akan bercerita sesuatu yang normal dan tetap menyimpan aneka rahasia.
Meskin terkadang, tidak ada yang terasa lebih baik daripada “menceritakan semuanya” kepada seorang sahabat.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?
Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.”
Perikop Injil hari ini mengisahkan murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya, mengapa Ia berbicara dengan perumpamaan kepada orang banyak, tetapi tidak kepada mereka.
Yesus menjawab bahwa kepada mereka telah diberikan karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi tidak kepada orang-orang lain.
Allah memberikan karunia itu hanya kepada orang-orang yang mau membuka hati untuk mencari tahu siapa Allah sebenarnya.
Oleh sebab itu Yesus menyebut mereka berbahagia.
Sedangkan orang-orang lain, terutama orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, tidak dikaruniai rahasia itu karena mereka merasa telah mengerti.
Sekalipun mereka mendengarkan perumpamaan-perumpamaan Yesus, hati mereka tak terbantu untuk menangkap ajaran-ajaran Yesus.
Maka sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.
Seperti nubuat Nabi Yesaya, hati mereka telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku membuka hati dan membuka telinga bagi sabda Tuhan?