Selasa, 26 November 2024
Why 14:14-20.
Mzm 96:10.11-12.13.
Luk 21:5-11.
DUNIA ini adalah tempat sementara, persinggahan yang penuh dengan keindahan, kemegahan, dan keajaiban.
Namun, segala yang ada di dalamnya tunduk pada hukum alam yang tak terbantahkan, tidak ada yang abadi.
Bangunan-bangunan megah yang menjulang tinggi ke langit, yang dibangun dengan keringat, ambisi, dan teknologi mutakhir, pada akhirnya akan lapuk dimakan waktu.
Kekayaan yang melimpah, yang dikumpulkan dengan kerja keras, siasat, atau bahkan tipu daya, perlahan akan hilang, entah karena bencana, warisan, atau sekadar terlupakan oleh generasi berikutnya.
Tubuh kita, yang hari ini terasa kuat, tegap, dan mampu melakukan banyak hal, suatu saat akan kehilangan tenaga. Tubuh ini akan menyerah pada kelemahan, tua, dan pada akhirnya kembali menjadi tanah, sama seperti mereka yang telah mendahului kita.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Apa yang kamu lihat di situ–akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
Ketika banyak orang mengagumi bangunan Bait Allah, Yesus justru menubuatkan bahwa bait itu akan hancur tanpa bekas.
Hal itu pun digenapi tahun 70 Masehi, ketika tentara Romawi yang dipimpin Jenderal Titus memerangi Yerusalem. Sejak itu, bangunan Bait Allah musnah.
Padahal, itu adalah lambang kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Lantas, apakah ketiadaan Bait Allah meniadakan kehadiran Allah?
Apa yang kita lihat megah, kokoh, dan seolah tak tergoyahkan pada akhirnya akan mengalami kehancuran.
Tidak ada bangunan, kekuasaan, atau peradaban yang mampu menentang waktu.
Kita sering terpesona dengan pencapaian-pencapaian dalam kehidupan ini, gedung-gedung menjulang, kota-kota besar, dan teknologi canggih.
Kita merasa aman dalam benteng kebanggaan kita, lupa bahwa semua itu hanya sementara.
Bangunan Bait Allah yang lama telah hancur dan musnah, namun bangunan Bait Allah yang baru kuat berdiri sampai saat ini, yakni Tubuh Kristus, Gereja.
Allah telah melakukan karya keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus. Ketika kita beriman kepada Kristus, Roh-Nya berdiam di dalam kita. Maka tubuh kita pun menjadi bait-Nya, yakni tempat kehadiran-Nya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah tubuhku pantas disebut sebagai Bait Allah?