HARI ini Gereja merayakan cara istimewa Tuhan mencintai manusia, yakni lewat hidup, sengsara, dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus. Dia adalah wujud nyata kasih Allah terhadap umat manusia. Gereja merayakannya antara lain dalam Hari Raya Hati Kudus Yesus.
Tiga bacaan hari ini (Hosea 11:1.3-4.8c-9; Efesus 3:8-12.14-19; Yohanes 19:31-37) berbicara tentang kasih Allah. Pada Abad Pertengahan, devosi terhadap hati kudus Yesus lebih merenungkan hati Yesus yang terluka (Yohanes 19:31-37). Namun kini Gereja lebih memberikan perhatian pada hati Yesus yang merupakan simbol dan tanda kasih Yesus dan Allah sendiri.
Berbeda dari Injil Sinoptik, Injil Yohanes banyak berbicara tentang tanda. Misalnya, Yesus mengubah air menjadi anggur, memberi makan lima ribu orang, menyembuhkan orang buta sejak lahir, dan lain-lain.
Lambung Yesus yang mengalirkan darah dan air juga merupakan tanda (Yohanes 19:34). Gereja memahaminya sebagai lambang sakramen-sakramen Gereja atau tanda keselamatan bagi umat manusia.
Hanya bila orang lahir kembali dalam air dan Roh, dia akan selamat (Yohanes 3:5). Mereka yang makan tubuh Yesus dan minum darah-Nya memiliki hidup abadi (Yohanes 6:54). Betapa penting air dan darah Yesus itu.
Santo Yohanes Pengarang Injil mengajak orang meyakini bahwa air dan darah yang mengalir dari lambung Yesus itu melambangkan sakramen baptis dan Ekaristi. Itulah dua sakramen utama yang Gereja perdana rayakan.
Devosi kepada Hati Kudus Yesus tidak terlepas dari Sakramen Baptis dan Ekaristi. Artinya, setiap kali melakukan devosi itu, orang diajak untuk menghayati hidup Kristennya yang berawal dari pembaptisan dan tumbuh sehat dalam menghayati Ekaristi.
Hari raya ini mengingatkan orang bahwa keselamatan umat manusia mengalir dari hati Yesus yang mencintai manusia sedemikian hingga menumpahkan darah dan air. Jadi, keselamatan dunia tidak mungkin ada tanpa hati Yesus.
Semoga hati kudus Yesus senantiasa menjiwai hati kita.
Jumat, 7 Juni 2024
Hari Raya Hati Kudus Yesus
HWDSF
