Puncta 30.06.23
Jumat Biasa XII
Matius 8: 1-4
DALAM sebuah seminar hipno parenting, ada tiga kata ajaib yang harus diajarkan kepada anak-anak sejak kecil. Tiga kata ajaib itu adalah tolong, terimakasih, dan maaf.
Orangtua harus mengajari anaknya jika ia minta sesuatu kepada orang lain, tidak boleh mengucapkan dengan kalimat perintah langsung – apalagi dengan teriak-teriak – tetapi diawali dengan kata, “minta tolong…”
Orangtua juga harus memberi contoh hal itu. “Nak, tolong papa ambilkan buku di meja ya…”
Kalau anak diberi sesuatu harus diajari untuk mengucapkan terimakasih. Tidak boleh pergi tanpa mengucapkan “terimakasih.”
Jika anak melakukan kesalahan, dia harus berani mengatakan, “maaf adik salah mah…”
Tiga kata ajaib itu mengajarkan banyak hal tentang hormat, kejujuran, kerendahan hati, solidaritas dan tahu diri.
Dalam Injil hari ini ada seorang kusta yang datang kepada Yesus. Ia sujud menyembah dan berkata, “Tuan, jika tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”
Orang lain yang sakit buta sejak lahir berteriak-teriak, ”Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.”
Ada banyak cara orang minta disembuhkan. Yang menarik dari orang kusta ini adalah sikap dan kata-katanya. Ia sujud menyembah. Sikap ini sudah menunjukkan ia merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Kata-katanya pun mengungkapkan penyerahan diri di hadapan Tuhan, “Jika Tuan mau.” Ia tidak memaksa dengan kata-kata perintah. Tetapi ia menyerahkan diri pada kehendak yang memberi.
Ia pasrah tidak menuntut. Ia merendahkan diri tidak memerintah. Tuhan berkuasa atas kita, bukan kita yang menguasai Tuhan.
Kalau kita berdoa, kita seringkali memaksa Tuhan untuk mengabulkan permohonan kita.
Banyak sekali permintaan yang kita sampaikan. Mulut kita seperti mitraliyur yang ditembakkan dalam perang, membombardir Tuhan dengan banyak tuntutan.
Seolah-olah Tuhan itu bawahan atau pembantu kita yang dengan semau-maunya kita perintah. Bahkan tidak jarang kita mengancam Tuhan.
Akibatnya kalau doa-doa kita tidak terkabul, kita kecewa dan meninggalkan Tuhan. Ada banyak orang meninggalkan Tuhan karena “ngambeg” doanya tidak dikabulkan.
Kepada sesama saja, kita tidak boleh memaksa atau main perintah, tetapi meminta dengan kata-kata sopan, “minta tolong…”, apalagi dengan Tuhan yang lebih tinggi derajat-Nya.
Sikap orang kusta itu menyadarkan kita untuk merendahkan diri dan percaya kepada kebaikan Tuhan. Ia percaya seratus persen bahwa Tuhan itu baik. Kehendak atau kemauan Tuhan pasti yang terbaik untuk kita.
Bertemu dengan banyak rusa-rusa,
Kumpul di Cawas penuh sukacita.
Semua pasti indah pada waktunya,
Apa yang diperbuat Tuhan bagi kita.
Cawas, Terimakasih para Rusa Jantan