Puncta 22.02.23
Rabu Abu, Pantang dan Puasa
Matius 6: 1-6.16-18
SEORANG pendeta di Mozambik, Fransesco Barajah dikabarkan meninggal dunia setelah mencoba berpuasa selama 40 hari.
Ia ingin melakukan secara letterlijk seperti apa yang tertulis di dalam Kitab Suci yang mengisahkan Yesus berpuasa selama empatpuluh hari di padang gurun sebelum memulai karya-Nya.
Pendeta Evangelis Santa Trindade itu dilarikan ke rumah sakit di kota Beira dalam kondisi kritis. Setelah 25 hari tidak makan dan minum, berat badannya menurun cukup drastis sampai tidak bisa berdiri.
Barajah didiagnosis mengalami anemia akut dan masalah organ pencernaan yang parah.
Tenaga medis mencoba memberikan asupan makanan melalui cairan infus kepada pendeta yang baru berusia 39 tahun itu, tetapi upaya ini sudah terlambat. Ia dinyatakan meninggal dunia pada Rabu, 15 Februari 2023. Berita dilansir dari BBC News Indonesia.
Hari ini kita memulai puasa dan pantang selama 40 hari untuk menjalani masa Prapaskah. Masa Prapaskah adalah masa persiapan menjelang peringatan wafat dan kebangkitan Tuhan. Agar kita sehati dengan Yesus yang menderita, maka kita menjalani laku prihatin selama 40 hari.
Laku prihatin kita tidak se-ekstrem pendeta yang berpuasa tidak makan dan minum sampai harus mencelakai dirinya sendiri. Tetapi laku prihatin itu kita wujudkan dalam tiga tindakan yakni doa, puasa dan amal kasih.
Yesus mengajarkan bagaimana cara berdoa. “Apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang.”
Yesus menegaskan, “Jika engkau berdoa masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Dalam hal berpuasa, Yesus mengajarkan, “Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.”
Pamer kesalehan itu cirinya orang munafik.
Yesus mengatakan, “Apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Begitu pun dalam melakukan amal, “Apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang-orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang.”
Intinya adalah jangan sampai perbuatan baik itu dipamer-pamerkan supaya dilihat orang. Biarkan Tuhan saja yang mengetahui. Dia akan membalas kebaikan kepada kita.
Tuhan Yesus menasehati kita, “Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.”
Mari kita memasuki masa Prapaskah dengan hati bersih, tulus dan suci. Kita perbanyak laku prihatin kita dengan beramal kasih, berdoa dan berpuasa.
Semoga dengan demikian Tuhan melimpahkan berkat pada kita.
Gaya penjajahan baru oleh media massa,
Sungguh enak menggiurkan orang muda.
Hati gembira menyambut masa puasa,
Disertai amal kasih dan rajin berdoa.
Cawas, penjajahan baru di era digital.