KUNJUNGAN ke CU-CU wilayah Pantura, Sabtu 28 Mei 2016, diawali dengan pertemuan dengan Panitia Pelatihan CU Se-Keuskupan di Rumah Makan Barokah 3 Slawi. Hadir dalam pertemuan itu Romo Stef sebagai Ketua PSE Purwokerto sekaligus Penanggungjawab Panitia Pelatihan CU, Mbak Cicil (Staf PSE, Divisi CU), Pak Pri, Bu Damai, Bu Jarsiti, dan Bu Widji. Selain sebagai Panitia Pelaksana Pelatihan CU nanti, mereka juga Pengurus dan Pengawas CU Bintang Timur Slawi.
Pertemuan yang berlangsung pukul 07.30 WIB ini diawali dengan penyampaikan informasi dari Ketua Komisi PSE. “Yang bisa saya sampaikan sebagai informasi dari pihak kami adalah waktu-waktu yang bisa digunakan untuk konfirmasi terkait dengan Pelatihan CU nanti, yaitu: (1). 1 Juni, pertemuan para romo dan DPP Dekanat Tengah, (2). 5 Juni, pertemuan PSE Dekanat Tengah, (3). 15 Juni, rapat pastoral para romo di HG.”
Pertemuan berhenti sebentar karena makanan yang dipesan sudah siap santap. Setelah makan, dilanjutkan dengan pembicaraan lagi terutama dari panitia setempat yang diwakili oleh Bu Damai, dilengkapi secara dialog oleh panitia yang lain.
Dari pembicaraan tersebut, disepakati beberapa hal sebagai berikut:
- Semangat dasar panitia ini “Suka Cita dalam Pelayanan”.
- Sebelum tanggal 8 Juni, data peserta sudah diterima Rm. Stef.
- 14 Juni pkl. 16.00 rapat panitia lengkap sebagai ceck akhir di Purwokerto.
- CU Sabda Utama Tegal tidak hadir diganti PSE Purwosari.
- Dari kutoarjo akan berangkat dua orang PSE sebagai calon pengurus CU Sakala (G. Suharto dan Ag. Haryanto).
- Banjarnegara baru bisa mengirim informasi kepastian pada hari Senin. Nama peserta dari Paroki Limpung baru 1 orang, yang lain oke.
- PR untuk konfirmasi Banjarnegara adalah Rm. Stef, sedangkan untuk Purwosari + CU Sari Asih Kapencar adalah Mbak Cicil.
- Minggu, 29 Juni Panitia Pelaksana Slawi akan ke Guci untuk pemetaan tempat pertemuan,
- Honor nara sumber di dalam proposal tertulis Rp 6 juta, transport Rp3 juta; namun akan direalisir: honor Rp 3 juta, transpor Rp3 juta, stipendium Rp 1,5 juta, sisanya akan digunakan untuk transportasi antar jemput panitia.
- Setiap hari, perlu diedarkan kesan dan pesan untuk pembahasan panitia dalam evaluasi harian di malam harinya. Di akhir pertemuan tersebut, panitia juga mengoreksi bersama terkait dengan banner, piagam, dan name tag yang akan dipakai untuk acara tersebut.
Pukul 09.30, pertemuan berakhir tepat sesuai dengan jadwal dan pertemuan berlanjut ke CU Sabda Utama Tegal. Pertemuan dengan CU Sabda Utama Tegal terjadi dari pukul 10.15–12.00 WIB.
Pak Hidayat sudah menanti di depan ruang rapat, bagian sebelah utara dari komplek halaman gereja Hati Kudus Yesus Tegal. “Oh, itu yang namanya Pak Hidayat to Mbak?” tanya Romo Stef begitu mobil sampai di halaman gereja pada Mbak Cicil.
Pertanyaan ini diajukan karena tokoh CU di Tegal yang satu ini sering disebut namanya, tetapi Ketua Komisi PSE belum tahu orangnya. Tidak lama, Pak Hidayat dan Ibu Ery Kusumawardani sebagai pengurus CU menyambut rombongan dari Komisi PSE dan mempersilakan masuk ke ruang pertemuan. Dua orang Ibu yaitu Ibu Ismi dan Ibu Alida dari PSE paroki juga sudah menunggu dan siap di depan ruang rapat itu.
Di ruangan kecil yang sudah diatur sebagai ruang rapat itu, sudah tersaji tahu plethok, makanan khas Tegal, di meja. Dua orang yang kemudian diketahui sebagai suami istri sekaligus pengurus CU datang dan bergabung. Acara diawali dengan doa kemudian pengantar dari Pengurus CU Sabda Utama Tegal.
Bapak Hidayat sebagai Ketua CU mengantar pembicaraan dalam pertemuan ini. “Saya senang didatangi PSE Keuskupan. Harapan kami bisa membawa harapan, angin segar,” kata Hidayat.
Cerita sedikit mengenai sejarah CU Sabda Utama. Di Tegal pada tahun 1989, lahir dua CU: Ganesha dan Sabda Utama. Ada koperasi becak pula sebagai koperasi tandingan, tetapi sekarang sudah mati.
Sabda Utama masih eksis sampai sekarang walaupun kecil dan merupakan CU tertua di Keuskupan Purwokerto. Sejak zamannya Rm. Hadisisway, MSC, beliau mendukung dan memberi ruangan untuk CU di pastoran. Beliau pernah jadi anggota dan menghibahkan separo tabungannya ke CU Sabda Utama.
“Ganti Rm. Widyantardi Pr, kantor/ruangan CU diminta untuk ruang arsip dan koster. Akhirnya, Ganesha pindah di sekolah, Sabda Utama tidak punya tempat dan arsip-arsip di rumah saya,” lanjutnya.
Problem, kredit macet besar sekali. RAT terakhir membuat beberapa opsi:
- SHU 20% per tahun untuk menutup yang macet.
- Piutang dari kredit macet itu ditanggungkan anggota.
- CU dibubarkan.
- Namun, dari opsi-opsi ini anggota menghendaki CU tetap berdiri dan menyetujui SHU 20% untuk menutup yang macet.
Opsi-opsi lain juga berhasil disetujui yaitu: pemberian sembako tahunan ditiadakan. Opsi lain adalah dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, bahkan sudah bisa memberi pinjaman sebesar 120 juta dan lancar karena memang dipilih untuk anggota-anggota yang disiplin. Tempat operasional/kantor tidak ada, sehingga komunikasi pengurus tidak bisa intensif. Akan lebih cepat pulih CU in jika likuiditas terjaga. Andalan kami hanya pinjam di Puskopdit Semarang dengan bunga 12% dan menjual kembali 18%.
Romo Stef sebagai Ketua Komisi PSE menyampaikan maksud kedatangan Komisi PSE. Kedatangan tim PSE KP dengan maksud:
- Membangun jejaring antar CU di keuskupan.
- Semangat dasarnya adalah CU akan maju, jika maju secara bersama-sama.
- Silaturhami untuk mengenal masing-masing CU di keuskupan.
- Untuk menunjukkan posisi CU dengan PSE. Yakni, PSE mewakili Gereja sangat mendukung CU. Itu karema CU menjadi salah satu bidang perhatian PSE. Walaupun secara hirarki CU otonom.
- Kami mengajak PSE Tegal mengapresiasi CU Sabda Utama. CU Sabda Utama ternyata merupakan CU tertua dan jika sampai sekarang masih ada, tentu ini merupakan yang luar biasa. Opsi-opsi RAT Sabda Utama kemarin juga patut diapresiasi karena memilih opsi tetap terus dengan segala konsekuensinya
Setelah disampaikan inti pertemuan tersebut oleh Romo Stef sebagai Ketua Komisi PSE Keuskupan Purwokerto, Mbak Cicil sebagai Staf PSE bagian CU menyampaikan hasil pelatihan CU tingkat Regio Jawa tentang perkreditan di Muntilan bulan Februari yang lalu. Romo Stef kembali membuka kesempatan pengurus CU Sabda Utama yang hadir untuk memberikan tanggapan.
Dukungan paroki itu penting
Tanggapan pertama muncul dari Pak Hidayat:
Terkait harapan CU Sabda Utama terhadap PSE Paroki dan Tim Komisi PSE Keuskupan, ternyata CU didukung oleh Gereja, jadi mohon dibuat semacam ‘surat gembala’ dan disosialisasikan ke semua paroki. Puskodit Kaldumas berada di kantor Komisi PSE Keuskupan. Syukur PSE bisa memfasilitasi pelatihan-pelatihan CU seperti ‘Daperma’ (dana perlindungan bersama) dan perhitungan daperma model baru yang juga kami butuhkan.
Tanggapan kedua muncul dari Pak Sugeng:
Hubungan CU Sabda Utama dengan PSE sejak berdirinya tidak ada relasi yang baik. Memang yang mendirikan CU adalah para ketua wilayah. Harapan kami semoga CU didukung oleh PSE Paroki terutama untuk hal permodalan. Yang terjadi dalam CU Sabda Utama adalah yang mengundurkan diri dari keanggotaan justru dari tokoh-tokoh Katolik sendiri. Mereka malah meng-isu-kan Sabda Utama bangkrut dan kejelekan-kejelekan lainnya.
Tanggapan ketiga adalah dari Ibu Indriati atau Ibu Sugeng sebagai Bendahara CU: Anggota yang keluar dan yang macet justru dari tokoh-tokoh Katolik sendiri. Dan akhir-akhir ini, yang masuk justru dari orang-orang muslim.
Tanggapan Rm. Stef:
- Senang karena ternyata Sabda Utama masih ada hal-hal positif yang bisa diangkat, seperti dua tahun terakhir pinjaman lancar, banyak orang muslim terlibat di CU. Untuk yang positif ini mari kita angkat, kita promosikan. Mari kita bantu untuk meng-cover, meluruskan anggapan jelek CU Sabda Utama. Dari opsi anggota CU juga sudah mau mengurangi untuk tidak ada pebagian sembako pada RAT. Ini hal-hal baik yang perlu didukung.
- Salah satu cara mengangkat dan mempromosikan CU Sabda Utama ke publik dengan networking ke forum CU Keuskupan Purwokerto, maka kalau tidak hadir dalam pelatihan CU di Slawi nanti, ya bagaimana bisa mempromosikan?
- Untuk pelatihan CU di Pantura, prinsipnya kami selalu mendukung, misalnya mengadakan ‘CU day’ di Pantura.
Bu Ismi sebagai PSE paroki ikut menanggapi. “Ketika memandu APP, Pak Hidayat bisa sekaligus mempromosikan CU ke lingkungan/wilayah.”
Pak Tunggono dari DPP mengatakan, “Ada benarnya kalau yang gembosi CU adalah orang-orang dalam. Itu juga dilakukan terhadap sekolah Katolik. Yang salah mungkin soal rasa memiliki yang tidak ada. Termasuk juga ke CU Sabda Utama. Mungkin, Romo saat misa, dalam kotbahnya, bisa menumbuhkan kepercayaan umat pada CU agar umat secara spontan mau masuk. Uang guliran paroki saja macet, apalagi CU. Dari 19 kreditor, 8 di antaranya macet.”
Pak Hidayat menanggapi: “Dhuwit paroki akan lebih banyak macet, karena dianggap uang Gereja. Gereja kan murah hati seperti sinterklas.”
Rm. Stef menanggapi, “Hal mendesak adalah soal penerimaan yang baik tentang CU Sabda Utama. Hal ini bisa dilakukan misalnya PSE mengadakan acara “sosialisasi karya sosial ekonomi Gereja”. Dalam acara itu, bisa mengundang lingkungan/wilayah, tokoh-tokoh umat. CU Sabda Utama bisa dipromosikan, dijelaskan di kesempatan itu.”
Pak Sugeng menanggapi, “Di CU Sabda Utama yang terlibat dari dulu justru dari orang ekonomi sulit. Di paroki lain, dana gerah disalurkan melalui CU, di HKY, entah disalurkan melalui apa. Padahal 10 juta saja sudah sangat membantu pengembangan CU Sabda Utama.”
Rm. Stef menanggapi, “Yang mendesak adalah memulai dengan memberi pemahaman yang baru tentang CU kepada umat kita sendiri. Kalau dari umat sudah ada tanggapan positif, baru kita bersama-sama mendukung CU. Dukungan itu bisa berupa menjadi anggota, bisa memberikan suntikan modal, dll.”
CU Widuri Pemalang
Setelah melakukan kunjungan ke CU Sabda Utama di Tegal, rombongan berlanjut ke arah timur melalui jalur utama Pantura. Rencana berikutnya adalah mampir ke CU Widuri di Pemalang dengan satu maksud untuk mengantar buku Puskopdit yang baru saja selesai dan dicetak. Tidak disangka, di depan kantor CU Widuri yang terletak di bagian belakang gereja, ada salah satu pengurus yaitu Pak Tyarno sebagai Bendahara.
Di dalam kantor, Mbak Fany dan Mbak Lucy siap menyambut rombongan. “Mari dimakan snack ini, jarang loh ada snack kalau tidak ada tamu begini,” kata Romo Stef bercanda menyambut Mbak Lucy yang menyuguhkan dua piring makanan sebagai snack.
Semua tertawa di siang itu. Tampak kalau kantor itu sedemikian sempit. Ini terbukti dengan ditambah kedatangan Pak Tuharno sebagai Ketua dan Mardoyo yang menyusul datang. Mereka tidak bisa duduk di dalam kantor, tetapi di bagian luar.
“Ini saya tahu maksudnya, staf manajemen mengundang semua pengurus untuk menunjukkan kepada saya sebagai Ketua Komisi PSE, ini loh Romo, kantor kami sempit sekali, mbok dibantu untuk mencarikan tempat yang lain,” kata Romo Stef disambut tawa semua yang hadir tanda mengamini yang dikatakan oleh Romo Stef.
Tidak ada pembicaraan serius di siang itu karena memang rombongan hanya bermaksud mampir saja, mengantar buku dan sedikit membicarakan tindak lanjut rencana kerja untuk menyelesaikan persoalan keuangan di Puskopdit. Setelah berfoto bersama di depan kantor dengan background banner CU Widuri, rombongan diundang oleh Romo Kristi Adi untuk makan siang di Susteran PBHK di Wisma Sepuh karena pada hari itu bertepatan dengan pesta pelindung kongregasi.
Di sana, rombongan berjumpa dengan banyak suster, karyawan, Romo Kristi Adi sebagai romo paroki Pemalang, Romo Cosmas MSC sebagai pastor bantu, Romo Hadi MSC sebagai pastor sepuh. Tidak lama, setelah makan, rombongan langsung beranjak ke Pekalongan, tujuan terakhir dari agenda hari itu.
Pertemuan dengan Pengurus CU Kaliloji dan juga dengan Tim Kerja PSE Paroki Pekalongan berlangsung di ruang rapat di lantai 2 pastoran yang tampak sedemikian megah itu. Hadir dalam pertemuan itu: Bp. Y. Lilik Partoyo sebagai Ketua CU, Bp. YP. Andreyanto (Tim PSE sekaligus Pengurus CU), Bp. M. Siswanto, Ibu Linawati (Tim Kerja PSE). Bp. St. S. Subiyanto (sebagai Pengawas sekaligus sebagai Ketua Bidang Dewan Paroki ), Ibu Th. Sapta Rini, dan Ibu Kristi Diasari (pengelola/pelaksana harian CU).
Posisi Komisi PSE dan CU
Pertemuan siang itu terjadi pukul 14.50, dan berakhir pukul 16.40 persis sebelum perayaan Ekaristi di gereja itu dimulai. Setelah doa, acara diawali dengan pengantar dari pihak Pekalongan dilanjutkan dengan penjelasan maksud kedatangan dari Romo Stef sebagai Ketua Komisi PSE.
Rm. Stef menjelaskan 3 pilar karya PSE: APP, HPS, LKM-CU. Selain itu, juga diperjelas tugas Komisi PSE di bidang CU.
“Komisi PSE sampai saat ini menemani, mendampingi 10 CU yang dilahirkan oleh ‘rahim’ paroki ditambah 1 CU yang lahir dari LSM namun sangat dekat dan bermitra dengan Komisi PSE. Dari 10 CU itu, 1 berada di Paroki Katedral belum mau disebut CU, masih menyebut diri sebagai “Paguyuban Serba Usaha Talenta”.
Maksud kedatangan Komisi PSE adalah supaya CU-CU yang ada di keuskupan bisa berjejaring. Kami menghubungkan satu sama lain. Pelatihan CU di Slawi nanti adalah salah satu cara membuat jejaring.
“Kami ingin mengenal CU, maka kami datang ke CU-CU di wilayah Keuskupan Purwokerto. Profil CU perlu kami kenal, supaya jika Bapak Uskup bertanya tentang anggota, aset, dll, kami sebaga lembaga yang dipercaya Keuskupan untuk mendampingi CU bisa menjawab.”
Memperjelas hubungan antara PSE dengan CU, agar punya pemahaman yang sama bahwa antara CU dengan Gereja Katolik/PSE secara institusi berdiri sendiri, otonom. PSE bersifat suportif, mendukung CU.
Salah satu bentuk dukungannya adalah: membidani lahirnya CU. Pengurus PSE bisa menjadi pengurus CU.
Bentuk dukungan dalam bidang keuangan: PSE/APP paroki bisa mengadakan kerjasama dengan CU untuk kredit produktif APP, dana gerah bisa dititipkan sebagai modal di CU. Juga dalam bentuk sarana: Gereja bisa memberi tempat/ruang untuk kantor CU.
Di tingkat keuskupan/Komisi PSE Regio Jawa, dukungan itu antara lain dengan memfasilitasi pelatihan-pelatihan untuk pemberdayaan CU. Misalnya pelatihan pengurus, pengelola, dan perkreditan. Peserta pelatihan bisa bergantian hadir dalam pelatihan-pelatihan tersebut. Yang paling dekat ada pelatihan CU di Malang pada bulan September tahun 2016 nanti.
Mbak Cicil menyambung dengan menyanpaikan hasil pelatihan CU Regio Jawa di Muntilan bulan Februari yang lalu terkait dengan perkreditan. Mbak Cicil juga menjelaskan mengenai Puskopdit Kaldumas dan dilanjutkan penyerahan buku AD/ART dan Poljak Puskodit ke CU Kaliloji.
CU Kaliloji
Pak Subiyanto menyampaikan terkait dengan profil CU Kaliloji. Juga oleh Pak Lilik. CU Kaliloji lahir sebagai support PSE paroki. Ada beberapa pengurus PSE yang menjadi pengurus CU. Dana ‘gerah’ dan pinjaman kantor untuk CU sebagai bentuk nyata support dari PSE Paroki. CU Kaliloji masih mencari pangsa pasar yang pas: pedagang dan pengusaha kecil menjadi prioritas pelayanan.
Kaliloji masih perlu berbenah secara intern. Termasuk rencana mencari tenaga marketing. RAT I (CU berdiri November 2013) akan dilaksanakan tahun ini. Ini dimaksudkan untuk menimbulkan kepercayaan kepada umat dan masyarakat. Permasalahan di CU Kaliloji adalah banyak donatur/penabung, yang pinjam sedikit.
Dari 161 anggota (berdasarkan data bulan Desember tahun 2015) dan sudah menjadi 186 orang. Aset 650 juta. Yang bergulir 310 juta (50%). Dana yang tidak dipinjamkan di- deposito-kan di Bank Permata Syariah dengan bunga untuk membantu operasional CU.
Untuk kantor, sementara masih nunut di gereja. Rm. Sheko menawari rumah milik salah satu umat untuk kantor, tetapi CU Kaliloji belum akan memakai rumah tersebut dengan pertimbangan keamanan, apalagi staf pengelola adalah ibu-ibu.
Beberapa usulan/permohonan dan pertanyaan:
- Mohon dari Komisi PSE bisa menilai/mengusahakan ahli yang bisa menilai CU Kaliloji termasuk CU ini sehat atau tidak.
- Mohon ada pelatihan pengurus dan pengawas.
- Untuk kelebihan dana, apakah bisa diusahakan ada silang pinjam antar CU.
- Apakah CU diperbolehkan menarik angsuran harian?
- Masih kesulitan dalam manajemen, konkretnya apa yang dimaksud dengan penagihan bermartabat bagi para kreditor?”
Ibu Lina menyambung dengan menyampaikan hal-hal terkait dengan tugas-tugas ke-PSE-an paroki Pekalongan.
- PSE paroki telah membantu pendidikan untuk anak usia SD, MP, SMA. Tahun ajaran ini ada 12 orang. Bantuan SPP per anak antara 40-80 ribu. Membantu SPP 175 ribu/orang untuk 7 orang.
- Dana fakir miskin paroki digunakan untuk membantu sembago/beras.
- Rehab rumah dan bantuan kesehatan (3 orang).
- Apakah diperbolehkan dana bergulir dikenakan bunga?”
Beberapa tanggapan dari Komisi PSE yang disampaikan oleh Romo Stef dan Mbak Cicil.
- Tentang beberapa permasalahan CU secara prinsip Komisi PSE akan membantu, tetapi ada satu sarana untuk panjenengan bisa bertanya, share dengan teman-teman CU yang sudah berpengalaman, yaitu ketika Anda datang di pelatihan CU Slawi tanggal 17-19 Juni 2016 nanti. Silakan gunakan waktu sebaik-baiknya untuk menggali beberapa pengalaman dari CU yang lain. Komisi PSE sebenarnya lebih ke arah menjaga moral agar CU tidak terlepas dari misinya.
- Untuk pemanfaatan dana bergulir APP dan dana-dana yang lain itu menjadi hak dan wewenang pastor paroki, termasuk boleh tidaknya dana bergulir dikenakan bunga. Yang disarankan Komisi PSE: silakan dana produktif diarahkan ke CU dan untuk hal-hal yang sifatnya karitatif itu yang ditangani Tim Kerja PSE.
- Untuk hal-hal teknis seperti pelatihan CU dan untuk membantu mengatasi persoalan di primer-primer sebenarnya yang paling pas, sesuai peran dan wewenangnya adalah CU sekunder/puskopdit. Namun, karena pukopdit masih belum mampu, maka Komisi PSE mencoba memfasilitasi sebagai bentuk dukungan.
- Yang dimaksud penagihan bermartabat adalah penagihan pinjaman yang tidak menggunakan kekerasan, ancaman, tetapi menggunakan pendekatan dan komunikasi/dialog, kalau perlu dilakukan penjadwalan angsuran kembali untuk meringankan angsuran. Ada ukuran dalam penagihan adalah kalau yang ditagih itu sudah tidak mau muncul lagi baik di lingkungan maupun di gereja, nah ini berarti ada yang tidak bermartabat dalam penagihan. Dokumen terbaru Paus terkait dengan keluarga-keluarga Katolik bermasalah, coba dicarikan jalan keluar, dicarikan kemurahan untuk menerima sakramen-sakramen supaya mereka tetap setia bertahan dalam Gereja Katolik. Mgr. Suharyo sebagai Uskup Agung Jakarta pernah mengatakan bahwa di dalam Gereja Katolik tidak ada jalan buntu. Cuma, kitanya saja yang malas mencari jalan itu. Maka, mari dicari se-kreatif mungkin cara-cara penagihan itu.
Demikian ditegaskan bagian akhir ini dari Romo Stef sebagai Ketua Komisi PSE.
Hari Pangan Sedunia
Masih dalam kesempatan tanya jawab, Pak Siswanto dari Tim Kerja PSE menanyakan mengenai HPS.
“HPS adalah Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober setiap tahunnya. Namun demikian, bukan berarti bahwa peringatan HPS dilaksanakan hari itu saja. Peringatan HPS dapat dilaksanakan sepanjang tahun. Yang termasuk kegiatan HPS adalah kegiatan yang bernuasan pangan, sumber daya pangan (manusia penyedia pangan), dan lingkungan.”
Waktu yang rasanya sudah memaksa pertemuan harus berakhir karena sudah sore dan umat paroki sudah berdatangan di lantai satu untuk merayakan perayaan Ekaristi sore itu. Rombongan dari Komisi PSE Keuskupan Purwokerto meninggalkan komplek Gereja Pekalongan, pukul 16.40.
Demikian perjalanan kunjungan PSE ini sebagai bentuk perhatian dan dukungan PSE pada Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang disebut CU. Pendampingan CU adalah bagian dari bidang kerja PSE. Semoga dengan perhatian kecil yang dibuat mulai dari kunjungan, keterbukaan untuk berjejaring itu akan pelan-pelan terjadi.
Domine Ad Quem Ibimus,
Dinotulensi oleh Mbak Cicil (Staf PSE Divisi CU)
Pembahasaan ulang oleh Stef, Pr (Ketua Komisi PSE/APP Keuskupan Purwokerto)