SEKOLAH TK dan SD Xaverius 1 Jambi ini berlokasi di Jl. Abdulrahman Saleh No 20, Kota Jambi. Sekolah ini milik Kongregasi Suster Fransiskan Misionaris Maria (FMM). Secara kelembagaan, kedua sekolah tersebut ada di bawah Yayasan Regina Pacis FMM.
- TK Xaverius 1 berdiri sejak tahun 1953.
- SD Xaverius 1 menyusul setahun setelahnya.
Kembangkan potensi murid
Sejak awal berdirinya, sekolah ini mengusung konsep pengembangan potensi peserta didik secara maksimal dari segi akademik, karakter sosial dan iman. Seiring perkembangan zaman dan berjalannya waktu, para pengelola, pendidik dan seluruh tenaga kependidikan berupaya agar tetap memberi pelayanan terbaik.
Menata jadi lebih baik
Di awal Tahun Pelajaran 2024/2025, lembaga Pendidikan ini mulai menata lagi arah perkembangannya. Tata Kelola dilaksanakan searah dengan visi baru Yayasan Regina Pacis FMM. Yaitu, menjadi yayasan pendidikan bereputasi akademik unggul dan berwawasan global yang berlandaskan semangat FMM: “Belaskasih, Rendah Hati, Integritas, Damai, dan Kepemimpinan yang Melayani”.
Direktur Yayasan Regina Pacis FMM Cabang Jambi adalah Sr. Emiliana Surajinah FMM, M.Pd. Dalam beberapa kesempatan, ia selalu menekankan penerapan nilai-nilai “CHIPS” yaitu Compassion, Humility, Integrity, Peace sebagai basis pendidikan karakter di TK-SD Xaverius 1 Jambi.
“Belaskasih, Kerendahan hati, Integritas, Kedamaian dan Kepemimpinan yang Melayani tidak lain bersumber dari semangat pendiri Kongeregasi Suster-suster FMM. Maka, hendaklah hal itu juga selalu menjadi spirit kita dalam kegiatan pendidikan,” ungkap Sr. Emi FMM saat membuka rapat kerja hari Selasa 18 Juni 2024 lalu.
Selanjutnya, Kepala SD Xaverius 1 Jambi Romualdus Kaju S.Fil, M.Pd menyampaikan kepada para guru untuk mulai bergerak. Dari semula model sekolah yang berfokus pada pengembangan potensi peserta didik kepada model sekolah yang berwawasan global. Hal ini untuk menjawab kebutuhkan masyarakat Jambi saat ini.
“Kita perlu terus bergerak maju. Konsep pengembangan potensi peserta didik sangat penting dan harus kita teruskan. Tetapi wawasan masyarakat kita yang semakin terbuka terhadap pergaulan lintas negara perlu kita akomodasi. Semoga tahun pelajaran berikutnya kita bisa memulai kelas bilingual yang manajemennya tertata dengan baik,” jelasnya saat pembukaan rapat kerja guru.
Menghidupkan kesadaran karya Pendidikan sebagai panggilan suci
Sehari setelah pembukaan rapat kerja guru, kegiatan dilanjutkan dengan lokakarya bersama narasumber: Br. Dr. Gregorius Bambang Nugroho FIC. Kegiatan ini diberi tema “Pengembangan Profesionalitas dan Kompetensi Pendidik TK/SD Xaverius 1 Jambi di Era Digital dan Globalisasi”.
Bruder Bambang dalam paparannya menyampaikan sekolah yang sukses selalu dikelola oleh good people dan good system yang kompeten dan berkualitas tinggi. ”Pembentukan pribadi siswa perlu mensinerginakan hard skills dan soft skills, untuk menghadapi tantangan global yang salah satunya adalah revolusi digital dalam dunia Pendidikan,”.
Menurutnya sekolah saat ini harus mampu menjawab perubahan paradigma belajar dari semula menerapkan teacher-centred learning menjadi student-centred learning melalui empat transformasi pendidikan. Yakni, critical thinking, creativity, communication, and collaboration.
Secara teknis, demikian menurutnya, untuk mendukung keberlangsungan sistem pendidikan di sekolah, juga dibutuhkan kolaborasi seluruh unsur pendidikan di antaranya orangtua, peserta didik, guru, tenaga kependidikan dan masyarakat dalam satu spirit yang mempengaruhi seluruh komunitas.
Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai keterampilan di antaranya:
- Keterampilan mengembangkan hubungan antar manusia atau komunikasi antar-pribadi.
- Kemampuan kerja dalam tim.
- Keterampilan menjadi pendengar yang baik.
- Keterampilan mengendalikan stres dan konflik.
- Keterampilan membangun motivasi dan etos kerja.
- Keterampilan menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.
Bruder Bambang FIC juga menyebutkan, sekolah Katolik identik dengan pendidikan karakter yang terbuka terhadap perbedaan baik status sosial, fisik, intelektual, suku, ras, agama, dan emosional. Ia meyakini bahwa setiap siswa merupakan pribadi yang unik, cerdas, dan istimewa, sehingga tidak ada penolakan bagi peserta didik yang ingin bersekolah dengan kondisi spesial atau yang kita kenal dengan istilah anak berkebutuhan khusus (ABK).
“Sekolah harus menjadi inklusi sesuai dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus,” tegasnya.
Lokakarya ini pun berlangsung sangat menyenangkan. Karena dipaparkan materi kontekstual yang dikemas secara luwes dan santai. Hal ini terlihat dari respon peserta lokakarya yang sangat antusias.
Kegiatan diakhiri dengan refleksi kelompok tentang tiga hal utama yaitu hal-hal yang harus dilanjutkan, dihentikan, dan dimulai untuk kemajuan Yayasan Regina Pacis Cabang Jambi.
PS: Materi berita disiapkan oleh tim humas SD Xaverius 1 Jambi.