Bacaan 1: Kel 20:1-17
Bacaan 2: 1Kor 1:22-25
Injil: Yoh 2:13-25
Langit senja alun-alun Klaten semakin gelap di malam itu. Gemerlap lampu-lampu pedagang semakin menambah kemilaunya malam itu, terang kerlap-kerlip menambah semarak wahana-wahana yang sedang beroperasi di alun-alun malam itu.
Musik jedhag-jedhug alunan lagu dangdut bersaut-sautan.
Ada banyak macam transaksi di pasar malam, mulai dari makanan, hiburan, perdagangan bahkan bisnis amoral mewarnai ramainya pasar malam.
Paskah Yahudi adalah perayaan besar dan banyak orang diaspora mudik ke Yerusalem. Dalam perayaan tersebut mereka wajib memberi persembahan hewan dan juga membayar pajak Bait Suci dengan mata uang lokal, Tyria.
Melihat peluang pasar ini maka banyak pedagang hadir disitu yang tentu atas seizin para imam kepala. Sampai disini, kegiatan pedagang seolah sangat membantu para peziarah luar kota.
Lantas, mengapa Tuhan Yesus malah ngamuk?
Bait Allah seharusnya menjadi tempat pertemuan umat dengan Allah, namun telah berubah menjadi seperti pasar bebas yang penuh intrik-intrik, kolusi dan mencari keuntungan pribadi. Tempat kudus (karena disana Allah hadir) menjadi kotor oleh transaksi duniawi, ketidakjujuran dan ketidakadilan.
Kemarahan Tuhan Yesus karena tidak rela tempat suci menjadi sarang penyamun, terlihat dalam kalimat:
“Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku”.
Tuhan Yesus sangat mencintai Bapa-Nya, ini yang membedakan-Nya dengan para imam kepala dan pedagang yang ada disitu. Seolah “sangat membantu” namun tidak ada kasih disana.
Tuhan Yesus merepresentasikan Bait Suci dengan Tubuh-Nya sendiri.
Ia akan mati disalib menebus dosa manusia dan bangkit setelah tiga hari. Inilah yang diwartakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Salib yang bagi orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Maka untuk menjaga kekudusan tubuh, Allah memberikan pedoman hidup baik melalui Musa untuk disampaikan kepada Bangsa Israel. Menjaga tubuh terhadap hal-hal duniawi yang kotor. Pedoman itu dikenal dengan “Sepuluh Perintah Allah”.
Pesan hari ini
Dengan pembaptisan maka tubuhmu menjadi Bait Sucimu, karena disitu Allah hadir bersemayam memimpin hidupmu lewat Roh Kudus.
Tubuhmu bukanlah pasar malam, jangan dikotori.
“Dalam kekudusan, kita tumbuh membenci dosa; dan Allah, yang suci tanpa batas, memiliki kebencian yang tak terbatas terhadap dosa.”