SALAH satu penjahat yang disalibkan bersama Yesus berkata, “Ingatlah aku ya Tuhan, bila Engkau masuk dalam kerajaan-Mu.”(Lukas 23:42).
Penjahat itu memohon belaskasih Tuhan atas segala kesalahan dan dosa selama ia hidup di dunia. Ia tahu bahwa ia tak punya waktu lagi untuk memperbaiki hidupnya. Mohon ampun. Hanya itu yang bisa ia lakukan agar ia bisa diterima masuk dalam kerajaan Allah.
Nah, ayat ini pula yang sering saya ucapkan dalam doa-doa pribadi saya, ‘Tuhan, ingatlah aku, bila Engkau masuk dalam kerajaan-Mu. Tuhan, ingatlah aku bila saat matiku nanti.” Doa ini mempersiapkan diri saya bila saatnya Tuhan memanggil saya.
Saya lemah dan berdosa. Saya butuh pengampunan Tuhan agar pantas masuk dalam kerajaan-Nya. Allah itu suci. Kudus. Tak bercela sedikit pun. Tak pantaslah bila bersatu dengan yang bercemar. Maka, yang bercemar itu perlu disucikan. Dimurnikan. Diampuni segala kesalahan dan dosanya.
Pengampunan itu proyek besar Allah. Saya butuh pengampunan Tuhan, maka saya juga harus mau mengampuni kesalahan sesama. Sampai berapa kali? Sampai tujuh puluh kali tujuh (Matius 18:22). Mengampuni sampai ke akar-akarnya, tanpa menyimpan kesalahan, dendam dan kebencian. Hanya bersama rahmat Allah saja, kita semua akan mampu melalukan sesuatu di luar batas manusiawi kita.
Seperti pelangi yang indah karena banyaknya warna. Begitulah kehidupan menjadi indah karena banyaknya warna yang ada di dalamnya: di situ ada kasih Tuhan yang membuatnya segalanya menjadi baik, indah, dan suci. Tak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabat-Nya (Yohanes 15:13)***