Home BERITA Tuhan Mengubah Kelemahan Menjadi Kekuatan

Tuhan Mengubah Kelemahan Menjadi Kekuatan

0
Ilustrasi: Anak muda penuh sukacita.

Jumat, 24 Januari 2025

Ibr. 8: 6-13.
Mzm. 85:8.10,11-12,13-14.
Mrk. 3:13-19

SETIAP orang memiliki latar belakang yang berbeda.

Ada yang tumbuh dalam keadaan berkecukupan, ada yang besar dalam kekurangan. Ada yang hidupnya penuh perjuangan, ada yang seakan berjalan mulus tanpa banyak halangan.

Apa pun cerita hidup kita, Tuhan memanggil kita untuk menjadi sahabat-Nya dalam memuliakan Allah.

Apa pun latar belakang kita, apakah kita seorang pelajar, pekerja, ibu rumah tangga, atau pemimpin dalam masyarakat. Tuhan Allah ingin menggunakan hidup kita untuk memancarkan terang-Nya.

Ketika kita menjalani hidup dengan penuh syukur, setia pada panggilan kita, dan melayani sesama dengan tulus, kita sedang memuliakan Allah.

Sering kali, kita merasa tidak layak atau tidak cukup baik untuk dipakai Allah. Namun kisah panggilan para murid Yesus yang diwarnai dengan kisah orang-orang biasa yang Allah gunakan untuk tujuan besar menyakitkan kita bahwa Allah bisa menjadikan kita alat kasih-Nya di dunia ini.

“Sejak kecil, saya sering dianggap sebagai pemuda yang tidak berguna. Saya tidak pandai dalam pelajaran, sering gagal membantu pekerjaan di sawah, dan cenderung pemalu,” kata seorang sahabat.

“Di gereja, saya jarang berbicara. Kadang waktu misa saya hanya duduk di pojok, mendengarkan khotbah dengan pikiran yang kosong. Banyak orang mengira bahwa saya tidak punya masa depan, dan bahkan orangtuaku mulai kehilangan harapan.

Namun, di dalam hatiku, aku menyimpan sesuatu yang tidak pernah aku ceritakan kepada siapa pun: sebuah kerinduan untuk lebih dekat dengan Tuhan.

Hingga suatu hari ada pendaftaran masuk seminari, dan dengan diam-diam saya mendaftarkan diri. Teman-teman dan para guru, bahkan orangtuaku kaget dengan rencanaku.

Dengan bulat hati saya memilih jalan panggilan ini. Semuanya berjalan begitu saja, saya mendaftar dan diterima. Sejak saat itu saya berjuang dan menapaki panggilan sampai saat ini.

Banyak hal yang sulit dan tidak mudah, namun itu tidak membuatku surut bahkan karenanya aku semakin menyadari betapa berharga dan mulianya jalan panggilan yang dikaruniakan Tuhan kepadaku.

Selama masa pendidikan hingga saat ini, saya sering merenungkan perjalanan hidupku ini, bagaimana Tuhan mengubah kelemahanku menjadi kekuatan, “kata sahabatku itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya.

Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil.”

Yesus memanggil mereka yang dikehendaki-Nya. Pilihan Yesus tidak didasarkan pada kehebatan, latar belakang, atau kemampuan manusiawi.

Sebagian besar murid-Nya adalah nelayan, seorang pemungut cukai, dan orang-orang biasa yang tidak memiliki status istimewa di masyarakat.

Ini menunjukkan bahwa panggilan Yesus tidak bergantung pada siapa kita di mata dunia, tetapi pada kasih karunia dan kehendak-Nya.

Sama seperti para murid, kita dipanggil bukan karena kita layak, tetapi karena Allah mengasihi kita dan ingin memakai kita untuk tujuan-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mendengar panggilan Tuhan dan bersedia datang kepada-Nya?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version